“ASHILLA!” #6
Sinar matahari masuk kesela-sela ventilasi kamar. Shilla
mencoba untuk tidur kembali, tapi itu terlalu menyilaukan!
“hoam….” Shilla menguap dan menggeliat kecil. Ia mencoba
membuka matanya dan mengucek matanya perlahan. Shilla melihat kearah jam yang
terpasang didinding kamarnya.
“hem.. silau banget sih. Baru jam setengah 7 ternyata” ucapnya lalu kembali menutup matanya.
1 detik, 2 detik, 3 detik,
“hem.. silau banget sih. Baru jam setengah 7 ternyata” ucapnya lalu kembali menutup matanya.
1 detik, 2 detik, 3 detik,
“ha? Jam setengah 7?” Shilla terkejut dan langsung lompat dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
“aduh kalo gue telat gawat nih. Bisa-bisa fans-fans gue
kecewa” ucap Shilla rempong sambil menutup
pintu kamar mandi.
**
“ma... Pa…” panggil Shilla saat ia sudah berada dibawah.
“ma... Pa…” panggil Shilla saat ia sudah berada dibawah.
“lho? Kok gaada orang sih?” ucapnya sambil celingak-clinguk.
Shilla menemukan secarik kertas diatas meja makan, lalu ia membacanya.
'sayang, maaf ya mungkin pas kamu bangun mama udah berangkat. Soalnya mama dan papa harus berangkat pagi-pagi banget.
Oiya itu udah mama masakin sarapan buat kamu, soalnya bibi lagi sakit dan dia gak bisa kerja dulu'
Mama
“ebuseet... Pantesan gue kesiangan gak ada yang bangunin. Orang rumah pada gak ada gini hush” dumel Shilla.
Shilla menepuk jidatnya dan buru-buru berlari sambil mengambil dulu sehelai roti+selai.
“pak Udjo.... Ayo cepetan! Udah kesiangan nih!” teriak Shilla
yang langsung duduk dikursi belakang. Pak udjo malah gark-garuk tengkuk'nya.
Shilla malah cengo.
“kenapa pak? Ayo cepetan” ucapnya gak nyante sambil ngunyah rotinya.
“aduh non, maaf banget non. Saya gak bisa mengantar ke
sekolah. Soalnya mobil ini mogok. Dan mobil yang lainnya dibawa tuan dan
nyonya” jelas pak Udjo yang langsung membuat Shilla cengo setengah mateng(?)
“lha? Berarti gue naik...” ucap Shilla gantung dan langsung berlari keluar gerbang rumahnya.
“lha? Berarti gue naik...” ucap Shilla gantung dan langsung berlari keluar gerbang rumahnya.
“huwaaa... Taksi dimana taksi. Taksi woi taksi!" teriak
Shilla sambil melambai-lambaikan tangannya.
“taksi woy taksi….” Teriak Shilla makin kenceng.
“aduh, gue lupa, emangnya bakal ada taksi yang lewat yak ke
komplek ini?”
“mama... Gue kesiangan. Gimana ini” Shilla ngoceh sendiri
sambil meremas-remas rambutnya. Shilla melihat kearah jam tangannya.
“aduh.. ini udah jam 06.55, berarti waktu gue 15 menit lagi” lanjutnya sambil mengetuk jam tangannya, dengan telunjuknya.
“aduh.. ini udah jam 06.55, berarti waktu gue 15 menit lagi” lanjutnya sambil mengetuk jam tangannya, dengan telunjuknya.
Jam masuk SMA CNI itu pukul 07.10 yaa jadi 15 menit lagi deh
waktu Shilla.
Tiba-tiba handphone'nya berbunyi, Shilla langsung mengambilnya dari saku bajunya dan menekan tombol hijau.
“halo Shill” ucap seseorang diseberang sana.
Tiba-tiba handphone'nya berbunyi, Shilla langsung mengambilnya dari saku bajunya dan menekan tombol hijau.
“halo Shill” ucap seseorang diseberang sana.
“lho masih dimana?” lanjutnya bertanya.
“e.. Halo Fy, gue masih dirumah ni” jawab Shilla pada Ify -si
penelpon-
“What? Sumpah lo? Bentar lagi bel tau!” teriak Ify yang sukses
membuat Shilla kaget.
“heh! Gausah pake teriak kali Fy!” jawab Shilla sambil
mengusap telinganya.
“hehe.. Iya maaf Shill” jawab Ify sambil cengengesan.
“hehe.. Iya maaf Shill” jawab Ify sambil cengengesan.
“yaudah lo cepetan ya.. Pelajaran pertama bahasa Inggris lho,
dan gurunya sangar dahsyat” Ify mengingatkan.
“iya iya..” jawab Shilla yang langsung memutus telfon “ini
gimana dong? 12 menit lagi” resah Shilla yang dari tadi liatin jam tangannya.
“hai Shill, belom berangkat?” tanya seseorang yang tiba-tiba
datang dengan motor cagiva berwarna Putihnya.
Shilla cengo sedetik duadetik. ia memperhatikan seseorang
yang wajahnya ada dibalik helm itu.
“eh, kak Rio?” kata Shilla sambil menunjuk Rio. Rio tersenyum manis.
“eh, kak Rio?” kata Shilla sambil menunjuk Rio. Rio tersenyum manis.
“kenapa lo? Telat ya?” tanya Rio. Shilla mengangguk.
“yaudah, cepet naik” suruh Rio.
“yaudah, cepet naik” suruh Rio.
Tanpa babibu Shilla langsung loncat ke motor Rio dan duduk dibelakangnya. Rio terlihat bingung dengan Shilla. ‘biasanya banyak cincong dulu ni anak, kok ini langsung naik gitu aja ya?’ batin Rio.
‘eh iya, dia kan lagi telat’ Rio langsung menepok jidatnya dan tertawa kecil.
“kenapa kak?” tanya Shilla yang bingung melihat Rio.
“eh engga apa-apa kok” jawab Rio salting. Shilla hanya membulatkan mulutnya.
“eh engga apa-apa kok” jawab Rio salting. Shilla hanya membulatkan mulutnya.
“yaudah capcuss kak” teriak Shilla bersemangat sambil
memegang baju Rio, Shilla enggan untuk memeluknya. Dia kan bukan mukhrim.
“okeeeh” jawab Rio dan langsung melajukan motornya dengan cepat dan ngebut membelah jalanan.
Gak seperti hari kemarin saat di bonceng Cakka, kali ini Shilla santai-santai aja dibawa ngebut, soalnya kan lagi kepepet.
Ya walaupun Shilla keliatan ketakutan dan kedinginan.
‘aduh bibir gue nyampe kayak yang dower gini ketiup angin.
Haduh gapapalah.. Yang penting gak telat’ ucapnya dalam hati. Sadar gak sadar
Shilla memeluk Rio dengan erat. Rio mendadak cengo.
‘aduh… shilla meluk guee’ batin Rio
“udah nyampee…” ucap Rio sesampainya di sekolah. Dan langsung
memarkirkan motornya. Rio menengok ke belakang. Rio terlihat cengo ngeliat
Shilla.
“Shill, lo… Gakpapa kan?” tanya Rio ragu. Shilla hanya
menggeleng dan turun dari motor Rio.
‘Shilla kenapa bengong sambil mangap gitu ya?’ pikir Rio.
“kak... Buset dah baru kali ini gue mau diajak ngebut. 5
menit langsung nyampe gini. Sekalinya dibawa ngebut, gue kayak orang kesambet
gini nih” ucap Shilla sambil menarik nafasnya.
“waduh, sorry Shill. Gue gak tau kalo lo gak mau dibawa
kebut-kebutan. Lagian lo kok gak bilang kalo lo gak suka dibawa ngebut?” sesal
Rio.
“haha… Udahlah kak santai aja lagi. Gausah nyesel gitu” jawab Shilla. Rio langsung bernafas lega.
“haha... Makasih tumpangannya ya kak. Gue jadi gak telat
deh.” ucap Shilla sambil tersenyum pada Rio.
‘senyumnya.. Lebih Cantik daripada Bidadari’ batin Rio menatap Shilla kagum.
‘senyumnya.. Lebih Cantik daripada Bidadari’ batin Rio menatap Shilla kagum.
“iya Shill, no problem” jawab Rio sambil tersenyum juga
tentunya.
Shilla terkekeh kecil.
“yaudah kak gue duluan ya” pamit Shilla. Rio mengangguk.
Shilla terkekeh kecil.
“yaudah kak gue duluan ya” pamit Shilla. Rio mengangguk.
“eh Shill…” panggil Rio saat Shilla sudah agak menjauh. Shilla membalikan badannya.
“iya kak?” jawab Shilla.
“itu…” ucap Rio sambil menunjuk ke arah….
“rambut lo” lanjut Rio. Shilla langsung ngeh dan merapikan rambutnya.
“hehe.. Lupa kak" Shilla malah cengengesan dan merapikan
rambutnya yang acak-acakan menggunakan jari-jarinya. Rio tertawa geli melihat
Shilla. Shilla teratawa canggung dan langsung membalikan badannya lagi dan
berjalan cepat menuju kelas.
@kelas X3
“pagi Ify, Sivia, Prissy…” sapa Shilla pada teman-temannya.
“pagi" jawab mereka.
Shilla langsung duduk didekat Ify dan ikut larut dalam perbincangan mereka.
“pagi Ify, Sivia, Prissy…” sapa Shilla pada teman-temannya.
“pagi" jawab mereka.
Shilla langsung duduk didekat Ify dan ikut larut dalam perbincangan mereka.
“Shill, tadi pagi lo bareng siapa? Kok bisa langsung cepet
gitu?" tanya Ify
“oh.. Sama kak Rio" jawab Shilla singkat sambil
memamerkan deretan giginya yang dipagari dengan rapih itu.
“ha? Kak Rio?” teriak ketiganya histeris.
“syutt.. Jangan berisik dong” ucap Shilla.
“kok bisa sih?" tanya Prissy.
“bisa lah… Dia kan….” omongan Shilla gantung. Shilla mengingat-ngingat dulu. Ify,Sivia,dan Prissy malah dibikin tambah penasaran.
“oh iya, kok bisa ya kak Rio jemput gue? Emang dia tau darimana rumah gue?” tanya Shilla balik sambil memasang wajah polosnya. Ketiga sahabatnya malah melengos.
“mungkin dia gak sengaja lewat kali Shill” Sivia angkat bicara. Shilla hanya manggut-manggut.
“iya kali” jawab Shilla.
**
bel istirahat-pun berbunyi.
“Shill, kantin nyok” ajak Sivia.
"duluan aja deh, gue mau cari pulpen gue dulu" jawab Shilla sambil mencoba masuk ke kolong bangkunya—“
“yaelah Shill, pulpen gitu doang mah beli lagi aja” ucap
Prissy enteng.
“iyasih.. paling Cuma 2 rebu perak” tambah Ify
“eh itu tuh bukan pulpen sembarangan tau, jadi gak boleh
nyampe ilang” jawab Shilla masih tetap tengok kanan bawah atas bawah.
“hmm.. Yaudah deh semoga sukses ya Shill.” kata Ify. Shilla
hanya memberikan jempolnya tinggi-tinggi tanpa melihat kearah Ify.
“yaudah duluan yaaw" pamit Sivia yang langsung ngacir
bareng Ify dan Prissy.
“ish tu pulpen dimana ya? Kok gak ketemu sih? Nyusahin gue
aja ah!" oceh Shilla yang masih tetap fokus di kolong meja.
“Shill.." panggil seseorang. Shilla yang merasa
dipanggil langsung berdiri, tapi
‘DUG’
“aww…” pekik Shilla. “heh, meja sialan lo! Sakit tau” dumel Shilla pada meja(?) yang bikin dia kejedot sambil mengelus-ngelus kepalanya.
“Shill lo gapapa?” tanya seseorang tadi sambil menghampiri Shilla.
“eh, ada kak Alvin?” ucap Shilla salting.
“aww…” pekik Shilla. “heh, meja sialan lo! Sakit tau” dumel Shilla pada meja(?) yang bikin dia kejedot sambil mengelus-ngelus kepalanya.
“Shill lo gapapa?” tanya seseorang tadi sambil menghampiri Shilla.
“eh, ada kak Alvin?” ucap Shilla salting.
‘aduh, ni bangku sialan amat yak. Udah mah gue kejedot, abis
itu malah ngedumel lagi sama bangkunya. Malu banget gue. Pasti kak Alvin liat
itu tuh, pasti ini pasti’ pikir Shilla.
“lo gak kenapa-napa kan?" tanya Alvin khawatir.
“eng…gak kok kak. Gak kenapa-napa iya bener deh” jawab Shilla
sambil merapihkan dandanannya.
“maaf ya, lo pasti kaget y ague panggil. Jadinya lo kejedot
deh” sesal Alvin.
“eh.. engga kok kak, bukan gara-gara lo” jawab Shilla sambil
lambai-lambai tangan. #taugak?
“oiya kak Alvin ngapain ada disini?” tanya Shilla.
“Nemuin lo”. Shilla langsung melengo.
‘ha? Nemuin gue? Buat apa? Wah apa dia mau nembak gue? Eh
engga deh gak mungkin' pikir Shilla yang langsung ditepisnya.
“kenapa Shill?”
“eh engga kok kak”
“eh engga kok kak”
“kantin yuk!” ajak Alvin. Shilla mengangguk. Alvin langsung
menarik tangan Shilla keluar. Shilla hanya memandang tangannya yang digenggam
Alvin dengan tatapan tak percaya.
“eh maaf Shill” ucap Alvin yang menyadari tangannya yang
memegang Shilla.
“iya gakpapa kok” jawab Shilla.
‘sumpah kak, gakpapa kok kalo mau pegangin gue terus. Gue malah seneng deh, sumfeh' batin Shilla.
“iya gakpapa kok” jawab Shilla.
‘sumpah kak, gakpapa kok kalo mau pegangin gue terus. Gue malah seneng deh, sumfeh' batin Shilla.
“mm.. Oiya Shill. Kertas kemarin udah lo baca?” tanya Alvin
sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya lalu berjalan lagi.
“kertas? Kertas apa?" tanya Shilla sambil menyamakan
melangkahkan kakinya.
“aduh.. Itu lho kertas yang kemaren itu.” Alvin mengingatkan
Shilla.
“kertas yang ada di Diary gue itu kak?" tanya Shilla
yang sepertinya sudah ingat.
“iya iya kertas yang ada di Diary lo Shill” jawab Alvin
semangat sambil menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya. #maksudnya gimana
seh?-_-)
“oh itu dari lo kak?” tanya Shilla memastikan.
“iya itu dari gue. Lo suka?” jawab+tanya Alvin.
“ha? Itu kan cuma kertas kosong kak. Kertas gitu sih gue juga punya” jawab Shilla enteng. Alvin langsung melengo. ‘kertas kosong?’ batin Alvin.
“ha? Itu kan cuma kertas kosong kak. Kertas gitu sih gue juga punya” jawab Shilla enteng. Alvin langsung melengo. ‘kertas kosong?’ batin Alvin.
“tapi Shill itu bukan…” ucapan Alvin terpotong saat seseorang
memanggil Shilla.
“Shill… Shill.. Hosh hosh” panggil seseorang itu sambil
mengatur nafasnya.
“ada apa Ky?” tanya Shilla. Dia Rizky, ketua kelas dikelas
Shilla.
“itu, lo dicariin tuh sama pak Tian” ucap Rizky.
“ha? Ada apa?" tanya Shilla kaget.
“gak tau deh. Yaudah gue ke sana dulu ya” jawab Rizky dan langsung meninggalkan AlShill.
“e.. Kak Alvin, gue ke Ruang guru dulu ya. Kak Alvin duluan
aja ke Kantinnya. Okey okey..” kata Shilla dan langsung berjalan cepat menuju
ruang guru.
“eh tapi Shill” teriak Alvin tapi sayang Shilla gak denger.
“ah.. Shilla!” kata Alvin sebal lalu menendang sebuah Tomcat(?) #penulisgila—“
“ah.. Shilla!” kata Alvin sebal lalu menendang sebuah Tomcat(?) #penulisgila—“
“tunggu tunggu, gue kan gak tau mejanya pak Tian disebelah mana? Terus gue gimana dong?” Shilla langsung menghentikan langkahnya dan berfikir sejenak.
“oh iya tanyain aja ke guru lain aja” Shilla melangkahkan
lagi kakinya menuju Ruang guru.
“permisi pak” ucapnya sesampainya di meja pak Tian.
“kamu Ashilla?” tanya pak Tian sambil membenarkan
kacamatanya.
“i.. Iya pak” jawab Shill sedikit gugup. ‘kenapa harus gugup
sih Shill? Ini kan cuman berhadapan sama guru, bukan polisi’ batinnya.
“kemarin kamu tidak masuk di jam pertama kan? Jadi ini,
kerjakan soal ini” kata pak guru itu sambil memberikan selembar kertas pada
Shilla. Shilla mengambil kertas itu dari tangan pak Tian, dan membacanya dengan
pelan.
“10 soal Biologi kelas X SMA” Shilla membaca tulisan dipaling atasnya.
‘cuma 10 soal? Cetek’ pikirnya enteng.
“yasudah pak saya permisi dulu ya" pamit Shilla.
“eh, apa kamu bilang? kamu pikir soal itu mudah kamu kerjakan? Kamu menganggap enteng soal yang saya berikan? i ya?” aneh sekali, kenapa pak Tian tiba-tiba bilang begitu? Ngebentak lagi? Shilla langsung melengos.
“saya bisa baca pikiran orang lain. Dan tadi kamu bilang soal
itu cetek kan?” jelas dan tanyanya. Shilla langsung Skak dan menelan ludah. Guru yang ada di depannya bisa membaca
Pikiran orang lain?
“e engga pak bukannya begitu”
“hm, yasudah cepet kerjakan sana. Pokoknya soal dan jawaban
itu harus sudah ada di meja saya sebelum saya pulang. Oh iya, Itu di kerjakan
di perpus ya, karena jawabannya ada di buku-buku yang ada di perpus” jelas pak
Tian panjang lebar. Shilla manggut-manggut.
“iya pak. Yasudah terimakasih pak. permisi ya pak” Shilla
langsung aja ngacir keluar, takut lama-lama tuh guru baca semua yang ada
dipikiran Shilla lagi.
“Gila tuh guru, kalo tadi gue lama-lama disana, bisa-bisa
semua yang dipikiran gue dibaca sama dia huft..” gumam Shilla. “untung aja tadi
gue gak mikirin tentang cowok atau tentang kecantikan gue” lanjutnya lalu
mengibaskan rambutnya.
Shilla kini sedang
berjalan menuju Perpustakaan. Jarak dari Ruang Guru menuju perpus memang agak
jauh. Perpus disekolah itu mempunyai gedungnya sendiri.
“ini perpus lama banget lagi nyampenya” omel Shilla sambil
mempercepat jalannya.
"huh... Nyampe juga" kini Shilla sudah ada didepan Ruang Perpustakaan. Shilla menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Ia memasuki perpustakaan itu.
"huh... Nyampe juga" kini Shilla sudah ada didepan Ruang Perpustakaan. Shilla menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Ia memasuki perpustakaan itu.
“ebuseet... Cari bukunya dimana gue? Rak'nya banyak banget”
ucap Shilla sambil melihat sekelilingnya. Disana terdapat banyak rak buku, yang
setiap rak'nya berisi bermacam-macam buku. . Perpus disekolah itu sangat besar,
hampir semua buku ada disitu.
Buku yang sejak berdirinya Sekolah CNI saja masih tersimpan
rapih di perpustakaan itu. Ya... Itu sih buku-buku keluaran lama. Dan anak-anak
CNI sih jarang dan bahkan gak mau nyentuhnya, ya walaupun emang masih tertata
rapih dan bersih sih.
Shilla menatapnya dengan miris. Lalu ia duduk di sebuah bangku yang terdapat di perpustakaan itu. Ia menyimpan soalnya di meja tersebut. Lalu membaca satu persatu butir-butir soal yang terdapat di kertas itu.
Shilla menatapnya dengan miris. Lalu ia duduk di sebuah bangku yang terdapat di perpustakaan itu. Ia menyimpan soalnya di meja tersebut. Lalu membaca satu persatu butir-butir soal yang terdapat di kertas itu.
“buset dah.. Padahalkan cuma 10 soal, tapi kok susah semuanya
sih.” Shilla mendengus kesal setelah membaca soal-soal tadi. Ia mengacak pelan
rambutnya.
“gue harus cari bukunya dimana ini?” gumamnya sambil melihat
ke sekeliling.
“mana Ify, Sivia, Prissy gak ada lagi” seketika Shilla
memperlihatkan raut wajah kecewa'nya.
Shilla beranjak dari duduknya dan berjalan ke salah satu rak buku yang ada disina.
“eh bentar deh, touch up dulu” ucapnya lalu mengambil sisir dan kaca yang ia simpan di saku bajunya. #aduh Shilla, kok malah dandan? -_- #
Shilla beranjak dari duduknya dan berjalan ke salah satu rak buku yang ada disina.
“eh bentar deh, touch up dulu” ucapnya lalu mengambil sisir dan kaca yang ia simpan di saku bajunya. #aduh Shilla, kok malah dandan? -_- #
“selesai…” Shilla langsung memasukan sisir dan cerminnya
lagi.
“mulai dari mana ya carinya?” ucapnya sambil memainkan
bolpoin yang ada di tangannya.
“sana dulu deh” Shilla menunjuk kearah rak buku yang
bertuliskan BIOLOGI, dan berarti buku yang ia cari ada disana.
Shilla memperhatikan setiap buku yang ada dirak tersebut.
membacanya dengan teliti. Saat sudah di Rak paling ujung, Yes! dia menemukan
Buku itu an langsung saja ia tarik bukunya. Tapi…
“eh ini punya gue!” ucap Shilla sambil menarik buku tersebut.
“eh punya gue!” bela seseorang yang juga ingin mengambil buku
tersebut. Shilla pun menghampiri orang itu.
“HEH!!” ucap keduanya bebarengan.
“Shilla/Kak Iyel?” ucap keduanya bebarengan. Ternyata orang
yang tadi adalah Gabriel.
“ngapain lo disini?” tanya Gabriel.
“nyari buku lah kak, masa nyari duit” jawab Shilla enteng.
“oh, kirain mau nyariin gue” ucap Iyel sambil cekikikan.
“idih… ngapain gaada kerjaan” jawab Shilla.
“eh lo ngapain ambil buku itu?” tanya Iyel –lagi-
“oh, ini kak, mau ngerjain ini” jawab Shilla sambil
memberikan kertas soal. Gabriel langsung mengambil dan membacnya.
“eh Shill, ngapain lo ngambil buku itu?” tanya Gabriel
setelah mebaca kertas soal tsb.
“ya… kan kata pak Tian cari jawabannya di Buku-buku Biologi
kelas X di perpustakaan.” Jawab Shilla.
“nah sekarang gue tanya, buku yang tadi mau lo ambil buku
kelas berapa?” kata Gabriel. Shilla langsung melirik kearah atas rak yang
terdapat tulisan jenis buku.
“hehe… kelas XI kak” jawab Shilla cengengesan.
“hemm, yaudah gue bantu yok”
“bantuin apa kak?”
“ngisi soal ini” jawab Gabriel dan langsung menarik tangan
Shilla menuju meja.
0 komentar:
Posting Komentar