Blogger Widgets

Rabu, 25 September 2013

Aku, Kamu, dan Hujan... #Chapter 4

#Chapter 4

“Hhh…” Shilla menghela nafasnya.
Sudah berkali-kali ia melakukan itu. Tarik nafas-buang nafas. Tarik-buang. Tarik-buang. Dan begitu seterusnya.
Shilla mengetuk-ngetukkan bolpoinnya. Menimbulkan suara yang mungkin bisa mengganggu orang-orang di sekitarnya yang sedang berkonsentrasi belajar dan memperhatikan sang dosen yang sedang mengajar.
Tapi, Shilla tak peduli. Yang jelas, kali ini Shilla sedang pusing! Perasaannya campur aduk. Dan hal itu membuat Shilla malas untuk belajar.

“elo harus move on, Shill! Harus!” gumam Shilla. Shilla mengetukkan bolpoinnya lebih kencang. “HARUSS!!!” ucap Shilla dan lagi-lagi mengetukkan bolpoinnya, dan sepertinya ia sedang menganggap bolpoin itu palu yang diketuk oleh Hakim di pengadilan.
Suara ketukan yang makin keras itu membuat semua orang yang ada di ruangan itu mengalihkan pandangannya pada Shilla. Termasuk dosennya.

“ehemm.. Ashilla, sedang apa kamu? Ada apa?” tanya Pak Dayat menatap tajam Shilla dari balik kacamatanya.
Shilla cengengesan sendiri. Merasa MALU!

“ehehe.. gak ada, pak. Gak ada apa-apa.” Jawabnya.

Pak Dayat membenarkan kacamatanya.
“perhatikan saya mengajar! Jangan melamun terus!” ujarnya lalu berbalik badan menghadap papan tulis.

“iya” jawab Shilla singkat. Sangat singkat.

Shilla menopang dagunya. Menatap malas ke depan kelas.

“Rio lagi ngapain, ya?” gumamnya. Sedetik kemudian, ia membelalakan matanya.
“kenapa gue mikirin Rio? Aduuhh.. bodoh!” Shilla menepuk kepalanya pelan.

“ayodong cepet selesai.. belnya manaaa??” gumam Shilla menggerutu gak jelas.

Tutt tutt (?)

Astaga! Handphone Shilla berbunyi!


***

“Den Rio gak kuliah? Ini ‘kan udah jam 11, den.”
Rio yang sedang bersantai di sofa sambil menonton tv, memandang Bi Sumi dengan malas.

“Males.” Jawabnya singkat, datar, dan Nyess kena hati.

Bi Sumi sangat meleg pastinya. Nanya baik-baik di jawabnya datar banget. Dasar anak gak sopan! Sama orang tua malah begitu. Untung saja dia majikannya, kalau bukan.. pasti di teke (?) lah..

“Yasudah, bibi permisi, den.”

“Hmm..”

Rio memencet remote dengan asal. Entah siaran apa yang sedang ia cari.

“gak ada yang asik!” ucapnya kesal lalu mematikan (?) televisinya.

“Hhh…” Rio menghela nafasnya panjang.

“kayaknya gue beneran jatuh cinta deh sama tuh anak. Cewek aneh tapi ngangenin. Cewek rada stress (?) tapi bener-bener bikin gue klepek-klepek kalau liat senyumnya. Cewek yang....” Rio menghentikan ucapannya.
“…masih cinta sama mantan pacarnya.” Rio menundukkan kepalanya.

“Tapi gue pasti bisa kok dapetin dia. Pasti! Cewek mana yang gak terpesona sama gue? Kece, baik, pinter, unyu, nyaris perfect! Tinggal mancungin idung aja. Hahaha…” ucap Rio diiringi tawanya yang menggelegar. Untung dia di dalam rumah. Coba kalau di luar, udah ngomong sendiri, narsis sendiri, pake ketawa-ketiwi gitu lagi.

“Aha!” Rio menjentikkan jarinya. “sms si cantik ahh~” ucapnya lalu beralih mengambil handphone di sebelahnya.

***

“Handphone siapa itu?”

GLEKK!
Shilla menelan salivanya dalam-dalam, saat mendengar dosennya itu.

Pak Dayat memperhatikan sekitar kelas.
“saya kan sudah bilang, matikan handphone kalian saat pelajaran saya!” ucapnya membahana di dalam kelas.

Zevana yang ada di sebelah Shilla melirik Shilla dengan tatapan menyelidik.

“Shilla, itu handphone lo kan yang bunyi?” tanyanya.

Shilla mencoba bersikap senormal mungkin.
“Enggak! Bukan kok, Ze!” jawabnya bohong banget.

Tutt tutt (?)

Handphone Shilla berbunyi lagi!
Zzz… nyebelin! Siapa sih yang sms dia!

“Aha! Saya tau handphone siapa itu!” kata Pak Dayat membuat Shilla membulatkan matanya.

“Shilla, coba saya lihat handphone kamu.” Pak Dayat berjalan mendekati bangku Shilla.

Shilla udah panic gak jelas. Bukan apa-apa, mending kalo Cuma di ambil selama satu minggu, sebulan atau berapa gitu, lah ini beda lagi urusannya. Kalo udah di tangan pak Dayat, handphonenya boleh di ambil setelah sarjana nanti.
Bagus! Sekalian aja jual tuh handphone.

“coba Shilla, keluarkan handphone kamu dari tas kamu itu.”

Shilla menuruti maunya dosen gila itu.

Shilla membulatkan matanya saat mengetahui siapa yang mengirim pesan itu. Sial! Gara-gara dia nih, Shilla jadi calon korban!

“sms dari siapa, Shill?” tanya pak Dayat.

Shilla mendongakkan kepalanya. “Bapak KEPO DEEEHHH…” jawabnya yang langsung membuat seisi kelas tertawa.

Pak Dayat sudah berapi-api. “kamu ini yaaa!!!”

“kenapa? Saya cantik, Pa? oh tentu sajaa…”

***

Shilla merasa menyesal juga malah membantah pak Dayat. Sudah tau dosen killer, malah dilawan begitu.
Dasar Shilla!

“Tapi gak pa-pa. ada untungnya juga kok gue dihukum disuruh keluar. Kan gue bisa bales smsnya si Rio.” Ucapnya sambil cekikikan.
Ya. Benar saja. Orang yang membuat Shilla di hokum adalah Rio. Rio yang mengirim sms pada Shilla. Gak tau waktu!

“untung juga, soalnya handphone gue gak diambil. Untung gue cantik, untung gue kece, untung untung dan untung…”

Shilla duduk menyender di sebuah bangku didepan kelasnya.
Ia membuka kotak masuk di hadphonenya.
Ada dua sms dari Rio.

From : Rio

Hello cewek aneh :p

“buset ini anak! Ngatain gue cewek aneh segala!” gerutu Shilla sebal.

From : Rio

Eh Shill, lagi apa?

Shilla menyentuh (?) tulisan reply di layar handphonenya.
Dan mulai mengetik balasan untuk Rio.

To : Rio

Lagi duduk di depan kelas karna di hukum gara-gara ada sms dari alien.

Selang beberapa detik kemudian, Shilla mendapat balasan dari Rio.

From : Rio

Wah hebat, Shill! Lo smsan sama Alien? Kapan ketemu? Kok dia bisa tau nomor lo?

To : Rio

Tau tuh. Biasalah.. dia nge fans gitu sama gue. Terbukti kalo fans gue tuh menyebar ke seluruh dunia bahkan luar angkasa.

“Send” Shilla tersenyum sendiri memandang layar handphonenya.
Tak berapa lama, Shilla kembali mendapat balasan sms dari Rio.
Shilla jadi senyum-senyum sendiri saat smsan sama Rio.
Malah kadang sampe ngakak. Malu-maluin sih sebenernya.
Masalahnya, gak sedikit mahasiswa yang melewati koridor itu.
Paling mereka mencibir; cantik-cantik kok gila?

***

Kelas ternyata sudah usai. Beberapa mahasiswa sudah keluar dari kelasnya masing-masing.
Kecuali kelas Shilla. Memang, jika pak Dayat yang sedang mengajar, urusannya bakal panjang lebar. Gak perduli waktu udah berjalan berapa lama.
Shilla masih stay pada posisinya. Ya. Begitu.
Duduk, liatin hape, terus nyengir dan ngakak sendiri. Hiiihh..

“Shilla, lo kenapa?” sebuah suara memanggil Shilla.
Shilla tak bergeming.
“Shill..” kali ini, sambil mengguncang pundak Shilla.
Shilla terlonjak kaget. “Astagfirullah!” pekiknya kaget.

“Ify? Yaampun.. ngagetin aja lo!”
Ify hanya nyengir. “kenapa sih lo? Senyum-senyum gak jelas gitu?” tanya Ify. “smsan sama siapa sih?” Ify menengokkan (?) kepalanya mencoba mengintip handphone Shilla.
Dengan reflex Shilla menyembunyikan handphonenya. “bukan siapa-siapa kok! Kantin yuk!” ajak Shilla, seraya menarik tangan Ify.

Ify hanya menurut dan pasrah ditarik seperti itu.

***

Shilla menyeruput (?) jus jeruknya yang kini hanya tinggal setengah jelas.
Mereka berdua asik dengan kegiatannya masing-masing.

Tiba-tiba, mata Shilla terdiam menatap Ify yang sedang asik memakan mie ayam pesanannya.

“Fy..” panggil Shilla.
Ify mendongak dengan mie yang masih bergantung (?) di depan mulutnya.
“apa?” jawab Ify masih dengan mulut yang penuh dengan makanan.

Shilla menghela nafasnya. “kapan lo tunangan sama Gabrielnya?”

“UHUK!!” Ify langsung tersedak mendengar pertanyaan –yang menurut Ify- konyol itu.
“maksud kamu?” tanya Ify bingung.
Shilla menelan ludahnya susah payah. Agak berat untuk mengulang pertanyaannya barusan itu.

 “kapan lo sama Gabriel tunangan?” ulang Shilla bertanya.
Ify Nampak menundukkan kepalanya. Menatap ubin kantin yang berwarna putih polo situ.

“Gue gak tau.” Jawab Ify seadanya.

Shilla hanya manggut-manggut mengerti.

“Shilla..” panggil Ify.
Shilla menoleh. “Ya?”
“maafin gue ya, Shill. Ini semua bukan kemauan gue..” ucap Ify.
Shilla menaikan sebelah alisnya tak mengerti.
“perjodohon ini bener-bener gak gue tau. Dan gue sama sekali gak nyangka kalo ternyata cowok yang di jodohin sama gue itu….”
“Gabriel?” potong Shilla cepat. Shilla tersenyum pada Ify. “udahlah, Fy. Lo gak usah merasa bersalah gitu. Gue… gue gakpapa kok. Lo.. emang paling pantes buat Gabriel.”
“Shill—“
“Fy.” Potong Shilla cepat. “gue gak papa.” Ucap Shilla dengan senyum yang mengembang di biibir manisnya.
ANEH! Shilla merasa aneh. Biasanya, Shilla sering merasa sakit hati jika membicarakan ini.
Tapi, kenapa sekarang tidak? Apa Shilla sudah merelakan Gabriel untuk sahabatnya sendiri? Hah? Kok bisa?

“apa lo cinta sama Gabriel, Fy?” tanya Shilla serius.
Ify menatap Shilla kebingungan.
Seketika, suasana menjadi hening.
Ify.. bingung! Harus jawab apa dia?
Merasa tidak mendapat jawaban dari Ify, Shilla segera berbicara. “udahlah, gak usah dijawab.”

“Hellooo, ladies!!!” Shilla dan Ify sama-sama menoleh ke sumber suara.

“eh, Gabriel..” ucap mereka berdua.
Gabriel Nampak bingung sendiri.
Mau duduk dimana dia? Sebelah Shilla yang kini notabennya sebagai ‘mantan pacar’, atau di sebelah Ify sang ‘pacar’?

BRUUKK!!
Shilla mendorong tubuh Gabriel agar duduk di kursi sebelah Ify.

“Shilla! Jantung gue mau copot! Kaget tau!” seru Gabriel.
“gak usah alay, Yel. Kalo copot, copot aja. Gak perlu bilang sama gue.” Jawab Shilla.

Drrrttt.. Drtttt…
Shilla merasakan getaran di saku celananya.
Shilla meraih benda mungil berwarna putih itu.

Rio’s calling

“Rio?” gumam Shilla pelan. Sangat pelan.

Gabriel dan Ify sama-sama menoleh kearahnya.

“gue.. angkat telfon dulu ya.” Pamit Shilla dan langsung pergi menjauhi Gabriel dan Ify untuk menjawab telfon itu.
Gabriel dan Ify hanya manggut-manggut saja karena Shilla udah keburu ngacir entah kemana.

*
“Hah? Alamat kampus gue?”
“Iya..”
“buat apaan?” tanya Shilla pada orang di seberang sana.
“gak usah banyak tanya! Pokoknya gue minta alamat kampus lo itu!”
“kalo gue gak mau?” balas Shilla.                        
Rio yang berada di seberang sana terdengar berdecak sebal. “yaudah, kasih tau nama kampus lo.”
“kalo gue tetep gak mau?” balas Shilla menjengkelkan!
“UDAH JANGAN BANYAK OMONG! Cepet kirim lewat sms! SEKARAAAANGGG!!!”
Tutt tutt..

Shilla menjauhkan handphonenya dari telinganya.
“COWOK STRESSS!!!!” teriak Shilla pada handphonenya itu.
“ngapain coba minta alamat kampus gue?” decaknya sebal.
“mana teriak-teriak gitu lagi! Stress!!!!!” ucapnya. “untung lo ganteng. Eh, ngomong apa gue?”

*

Rio langsung tersenyum senang saat mendapat sms dari Shilla.
“Yes!” serunya.

“oke, yang perlu gue lakukan sekarang adalah ganti baju dan siap-siap.” Ucap Rio.
Rio buru-buru menaiki tangga menuju rumahnya.

Trak trak trak trak..

Suara sepatu Rio terdengar keras saat bergesekan dengan lantai tangga (?). jelas saja, itu karena Rio berlari menaiki tangganya.

BRAAKK!!
Rio menutup pintu kamarnya cukup keras. Menimbulkan getaran sampai ke lantai bawah. Seperti gempa.

Rio mengambil kaos berwarna merah dengan tulisan Conversenya, dan sebuah kemeja berwarana putih.
Rio menatap tubuhnya di depan cermin.

“lho? Kok gue malah keliatan kayak bendera gini sih? Merah putih?” ucap Rio yang merasa aneh dengan penampilannya.
“tinggal ambil derekan dan tiang, dan gue siap untuk dipakai Agustusan. Hahaha…” seru Rio diiringi tawa khasnya.

Rio membuka kemeja putihnya, dan diganti dengan kemeja hitam.
“udahlah, ganteng kok pake baju apapun.” Ucap Rio.
Rio mengambil gel’nya. Lalu menata rambutnya itu.
“gila.. gue keren banget!” puji Rio pada dirinya sendiri. Kepedean lah istilahnya.

Rio menatap jendela kamarnya.
“waduh?” serunya. “please jangan hujan…” ucapnya terdengar memelas.
“kenapa sih setiap gue jalan sama Shilla bawaanya tuh hujan? Gue, Shilla, dan hujan. Hahaha…”

***

Shilla memasukkan buku-bukunya kedalam tasnya. Ia menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
“jam empat sore.” Gumamnya. Kuliah untuk hari ini selesai! Yey!

Shilla beranjak dari duduknya.

“Shilla!!”
Shilla mendongak. Dan terlihat dua makhluk yang sudah berdiri di ambang pintu kelas, dengan memasang senyum yang lebar. Siapa lagi kalau bukan Gabriel dan Ify.

Shilla berjalan cepat menghampiri mereka.
“ayo pulang!” ajak Gabriel.
Shilla mengangguk. Lalu mereka bertiga berjalan bersama, sambil memberikan guyonan yang membuat mereka tertawa di sepanjang koridor.

“Eh, gue lupa.” Shilla menghentikan langkahnya sambil menepuk jidatnya itu.
“kenapa?” tanya Ify.
“belum sms supir gue buat jemput.” Jawab Shilla.
“pasti gara-gara kebiasaan pulang bareng Gabriel nih..” ucap Ify. “yaudah bareng Gabriel aja.”
“What?” seru Shilla lebay. “gak usah. Sekarang itu udah jadi hak lo, Fy.” Jelas Shilla.
“gue minta jemput aja.” Lanjutnya.

Kini mereka sudah sampai di parkiran.
Gabriel menerawang, mencari mobilnya.

“SHILLAAA!!” tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah depan.
Shilla, Ify, dan Gabriel langsung menoleh ke sumber suara.


Shilla terbelalak melihatnya. Dasar Cowok Stress! Ngapain dia kesini?, ucapnya dalam hati.

***
To Be Continued!!

0 komentar:

Posting Komentar

 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template