Blogger Widgets

Sabtu, 21 September 2013

Aku, Kamu, dan Hujan.. #chapter 2

#Chapter 2

Tok.. Tok.. Tok..

Shilla menggeliat kecil saat mendengar ketukan pintu di depan kamarnya.

“Shilla.. bangun sayang..”
Suara Mama terdengar dari luar, membangunkan Shilla.
Shilla masih enggan untuk membuka matanya. Ia masih ingin tidur!

“Shilla.. ayo cepet bangun..” suara Mama kembali terdengar.
Dengan susah payah (?) Shilla membuka kedua matanya perlahan. Matanya menyipit saat melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden kamarnya.

“Shill..”
“Iya, Ma.. Shilla udah banguuuunn...” Jawab Shilla cepat.
“Kamu udah Sholat subuh ‘kan?” Tanya Mama.
“Shilla lagi libur, Ma..”
“Oh, yaudah kalau gitu cepet mandi, ya. Terus berangkat kuliah. Mama berangkat kerja dulu..” cerocos Mama, masih di balik pintu kamar Shilla.
“Iyaa..” jawab Shilla malas.
Shilla mengucek matanya. Lalu beralih mengambil handphone’nya yang tergeletak di atas meja sebelah tempat tidurnya.

5 message

Shilla membuka semua pesan yang masuk itu.

From : Gabriel
04.45
Shill, udah subuh nih.. ayo bangun..
jangan lupa Sholat subuh ya.

“Hh..” Shilla mendesah pelan membaca isi pesan itu.
“ternyata, lo itu emang cowok yang care banget ya, Yel.” Gumamnya.
Gabriel memang sering bangun subuh-subuh buat sms Shilla. Ia membangunkan Shilla agar Shilla tak lupa untuk Sholat Subuh. Gabriel dan Shilla memang berbeda Agama. Namun, mereka tetap saling menghargai. Seperti Gabriel yang selalu mengingatkan kekasihnya, Eh mantan kekasihnya untuk tak lupa beribadah. Begitupun sebaliknya.

Shilla membuka beberapa pesan yang lain.

From : 081312345688 (?)
01.00
Selamat malam :D udah tidur ya?

From : 081312345688
05.00
Selamat subuh, cantik. Udah sholat?

From : 081312345688 (?)
05.20
Udah bangun? Siap-siap buat berangkat kuliah ya, cantik.

From : 081312345688 (?)
05.55
Lo berangkat jam berapa? Nanti gue jemput ya J

Shilla mengernyitkan dahi.
“ini nomor siapa? Mau jemput gue?” ucap Shilla kebingungan.

Tok.. Tok.. Tok..

Shilla terhenyak saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.

“Non Shilla..” terdengar suara Bi Marni, pembantu rumah tangga di rumah Shilla.
“ada apa, bi?” teriak Shilla.
“itu, non. Ada temen non Shilla.”
“Ha?” Shilla membulatkan matanya. Lalu berlari kea rah pintu, dan membuka pintu kamarnya.
“Siapa, bi?” Tanya Shilla.
Bi Marni menggelengkan kepala. “gak tau, non. Yang jelas, orangnya tuh ganteng banget, non.” Kata Bi Marni dengan semangat 45nya.
Shilla menaikan sebelah alis heran. Siapa ya?, batinnya.
“yaudah, Bi. Shilla mau samperin dulu. Dia ada dimana?” Tanya Shilla.
“di depan rumah, non.” Jawab bi Marni.
Sejurus kemudian, Shilla langsung berlari ke tempat yang di oleh maksud bi Marni.

***

KREK..

Shilla membuka pintu depan rumahnya. Mengeluarkan kepalanya sedekit, ke luar.
Shilla mengedarkan pandangannya mencari sosok yang dimaksud bi Marni.
Tatapannya berhenti pada kursi depan rumah yang kini telah diduduki ole seorang lelaki.

Shilla berjalan keluar. Shilla memperhatikan lelaki yang tengah duduk santai dengan earphone yang menempel di kedua telinganya. Namun, Shilla tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh topi yang sedang di pakai lelaki itu.

“Siapa ya?” kata Shilla sembari menepuk pundak lelaki itu, yang langsung membuat leleki itu terlonjak kaget.
Shilla juga ikut kaget saat mengetahui siapa lelaki itu.

“Rio?” seru Shilla, menunjuk muka Rio dengan jari telunjuknya.
Rio tersenyum. Lalu membuka topi dan earphonenya.
“selamat pagi, Shill.” Ucapnya.

Shilla masih bengong melihat Rio.
Shilla melirik jam dinding yang menempel di dalam rumahnya.
06.45.
Hah? Ngapain si Rio dating ke rumah pagi-pagi begini? Mampus nih kalau ketauan tetangga! Disangkanya... yang gak baik deh ntar. Batin Shilla.

“kenapa lo cengo’ begitu, Shill?” Tanya Rio.
Shilla jadi salting. “ngapain lo kesini, Yo? Mana masih pagi banget lagi.” Seru Shilla.
Rio nyegir. “mau jemput lo lha, Shill.” Jawabnya.
Shilla mengerutkan dahinya. “jemput.... Gue?” Tanya Shilla meyakinkan.
Rio mengangguk antusias.

Shilla Nampak cengo lagi.
Rio jadi bingung sendiri ngeliatnya. Rio memperhatikan Shilla dari ujung rambut sampai kaki.

“Kok lo belum mandi sih, Shill?” Tanya Rio.
Shilla terlonjak dibuatnya. “Engg.. gue baru bangun tidur.” Jawab Shilla.
“yee.. se-jam yang lalu ‘kan gue udah sms kalo gue mau jemput lo. Kok lo belum siap-siap?” cerocos Rio.
“elo? Sms gue?”
“iya.”
Oh.. jadi Rio yang sms gue semalem dan tadi subuh, batin Shilla.
“lo tau nomor gue dari mana?” Tanya Shilla.
“itu rahasia.” Jawab Rio mantap.
Shilla melengos mendengarnya.
“eh, cepet mandi sono.” Ujar Rio.
“oh. Em, hari ini ‘kan kelasnya dimulai jam 10.”
“oh, yaudah. Bagus kalo gitu.”
Shilla mengrenyitkan dahi. “bagus? Bagus kenapa?”
“udah cepet mandi. Dandan yang rapi.” Ujar Rio sembari mendorong tubuh Shilla untuk masuk ke dalam rumah.
“Eeehh.. ‘kan masih pagiii..”
“udah.. gak papa..” sahut Rio.
“iye iyee.. yaudah, gue mandi. Lo tunggu di ruang tamu aja, ya. Gak enak kalo lo dibiarin nunggu di luar.” Kata Shilla akhirnya.
Rio mengangguk.

***

“udah siap?” Rio bangkit berdiri dari duduknya saat melihat Shilla yang sudah keluar dari kamarnya.
Shilla menghela nafasnya. “udah.” Jawabnya.
Rio tersenyum lebar. Lalu berjalan mendekati Shilla, dan menggandeng tangannya.
“yuk berangkat!” ujar Rio sembari menarik tangan Shilla.
Namun, Shilla malah menahan diri dari tarikan paksa yang dilakukan Rio.
Rio membalikan tubuh menatap Shilla. “kenapa?” tanyanya saat melihat Shilla dengan raut wajah yang sangat aneh sambil memegangi perutnya.
“laperrr.. sarapan dulu dong, Yo.” Pinta Shilla sambil memasang wajah yang melas banget.
“ck.. dasar anak mommy.” Kata Rio.
Shilla Cuma nyengir.
“yaudah, tapi gue ikut sarapan disini, yak!”
TUING..
Shilla menoyor kepala Rio.
“ngejek tapi malah ikut-ikutan gue lo!” cibir Shilla.
Rio mengelus kepalanya. “sakit tau!”
Shilla cengengesan melihat ekspresi wajah Rio.
“tapi jangan lama-lama, ya. Waktu kita gak banyak! Kita harus cepat menyelesaikan misi kita.” Rio berkata seperti seorang detektif atau komandan.
“baik! Memangnya, apa ,misi kita?” sahut Shilla mengikuti gaya bicara Rio.
“misi kita adalah, menghabiskan makanan di rumah ini!”
TUING..

***

“aduh.. kenyang, yaa..” Rio berjalan kea rah mobilnya yang terparkir di depan rumah Shilla, sembari mengusap-ngusap perutnya yang kini sudah kekenyangan.
Shilla mencibir. “yaiyalah, gimana gak kenyang kalo lo makannya dua bakul begitu.”
“eeh.. enak aja lo.” Balas Rio.
Rio membukakan pintu mobilnya untuk Shilla.
“silahkan masuk..” ujar Rio bak seorang supir (?)
Shilla masuk dan duduk di dalam mobil Rio. “makasih..” ucapnya.
Rio berlari mengelilingi mobilnya (?), dan membuka pintu mobil sebelah kanan. Lalu masuk ke dalam.

“Yo. Masih pagi. Kelasnya kan di mulai jam 10.” Kata Shilla.
Rio mulai memutar stir mobilnya. Dan keluar dari gerbang rumah Shilla.

“Gakpapa dong.” Sahut Rio.
“terus? Kita mau ngapain nih? Langsung ke kampus gitu?” Tanya Shilla.
“ya enggaklah, neng. Emang lo mau nunggu dua jam disana?”
Shilla Cuma nyengir.
“Eh, Yo. Tumben ya, hari pagi ini cuacanya panas.” Kata Shilla.
Rio memalingkan wajahnya pada Shilla.
“iya. Gak ada mendungnya.” Jawab Rio.
Shilla mengangguk setuju.

Suasana di dalam mobil menjadi hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
Rio masih focus menyetir. Sedangkan Shilla sedang memandang ke luar jendela mobil (?).
Shilla sedang menatap pemandangan lalu lintas di pagi hari ini.

“gue pengen hujan..”
Rio memalingkan wajahnya saat mendengar ucapan Shilla.
“kenapa?” Tanya Rio.
Shilla menatap langit yang indah itu di balik kaca mobil Rio.
“karena.. gue suka hujan.” Jawab Shilla.
“gue benci hujan.”
Kini, giliran Shilla yang memalingkan wajahnya menatap Rio.
Shilla menatap Rio penuh tanda Tanya.
“lo gak suka hujan?” Tanya Shilla.
Rio tersenyum masam. “iya.”
“kenapa lo benci hujan?” Tanya Shilla.
“lo sendiri? Kenapa suka hujan?” Tanya balik Rio.
“gue yang nanya duluan. Jadi lo yang harus jawab duluan.” Sahut Shilla.
Rio menghela nafasnya. “gue benci hujan, karena.. hujan itu jahat! dia udah merebut seseorang yang gue sayang.”
Shilla mengrenyitkan dahi. “siapa?”
“Papa.” Jawab Rio.
“Hah?” Shilla membulatkan mulutnya.
“waktu itu, ulang tahun gue yang ke 12 tahun. Saat itu, Papa baru pulang dari Surabaya, karena ada pekerjaan di sana.” Rio memulai ceritanya.
Shilla menatap Rio penuh arti. Entah karena ingin tau, atau ikut larut dalam cerita Rio.
“gue nunggu Papa, cepet pulang. Papa bilang, kalau dia akan pulang cepet sebelum acara perayaan ulang tahun gue di mulai. Dan papa bakalan bawa hadiah yang special, buat gue. Tapi, saat itu hujan turun, sekitar jam 3 sore. Sedangkan acaranya mulai jam 4 sore.” Cerita Rio.
Rio memutar stirnya ke kanan. Entah ia akan membawa Shilla dan dirinya kemana.
“hujan turun dengan deras. Tapi, papa tetep buru-buru supaya bisa dating sesuai janjinya. Dan saat itu, petir juga menyambar di sana-sini. Gue juga jadi ketakutan.” Rio menghela nafasnya.
Shilla terdiam. Sepertinya, ia sudah tau apa kelanjutan cerita Rio.

“jalan lagi lenggang banget. Jadi, otomatis papa ngebut. Sayangnya, ada petir yang menyambar pohon di depan papa. Pohon besar itu jatuh tepat di depan mobil papa/ Papa teriak. Dia gak bisa ngontrol mobilnya. Dan akhirnya, dia menabrak pohon besar tadi. Tiba-tiba, petir kembali menyambar pohon yang ada di sekita papa. Dan lo ta?”
Shilla menggeleng. “pohon itu jatuh menindih mobil papa.” Kata Rio lemas.
Ciiittt…
Rio ngerem mendadak.ng
Tubuh Shilla maju ke depan (?), begitupun dengan Rio.

“Yo. Kok langsung ngerem mendadak gitu, sih?” omel Shilla.
Shilla memegang dadanya karena jantungnya deg-degan gak karuan.
“Kalo kita mati gimana?” kata Shilla konyol.

Rio tertawa geli. “kalo mati, ya tinggal di kuburin.” Jawab Rio asal.
“Eh, udah ayo turun.” Ujar Rio.
Shilla menatap keluar.
“Dimana ini?” tanyanya.

Rio mengikuti tatapan Shilla.
“Emm.. mungkin bisa di bilang taman. Tapi, taman bunga juga bisa.”

***

Shilla berlari-lari kecil, dengan bunga-bunga yang di genggamnya.
“Wah, Rio. Yang ini bagus! Warnanya pink!” seru Shilla sembari memetik sebuah bunga yang berwarna merah jambu.
Rio hanya tersenyum mendengar ucapan Shilla.

Rio melangkahkan kakinya. Meninggalkan Shilla yang masih sibuk dengan acara memetik bunga.
Rio duduk di rerumputan hijau yang terhampar disana.

Rio berbaring di atas rerumputan itu. Sambil melipat kedua tangannya di belakang, sebagai penopang untuk kepalanya.
Rio menatap matahari yang kini sudah hampir berada di atas kepala. Maksudnya, sudah hampir benar-benar naik.
“Jangan hujan, ya. Tetep harus matahari. Gak boleh hujan.” Ucapnya, menatap langit.

Dari kejauhan, Shilla baru tersadar dengan ketidak beradaan teman, atau mungkin sahabat barunya itu.
Shilla celingukan mencari Rio. Sambil sesekali menyipitkan matanya, agar lebih terlihat jelas.

“Itu dia!” serunya saat melihat seorang lelaki sedang berbaring di atas rerumputan.

Shilla berjalan menghampiri Rio.
Shilla duduk di sebelah Rio.
Rio sedang memejamkan matanya. Dan ia tak sadar dengan kedatangan Shilla.

Shilla tersenyum menatap Rio. Ganteng juga, dia. Batinnya.
Sedetik kemudian, Shilla menggeleng keras. “ngomong apasih gue!” ucapnya.
Rio tiba-tiba membuka matanya.
“Shilla?” ucapnya.
Shilla nyengir. Rio bangkit, dan terduduk.
“udah selesai, mbak, cari bunganya?” Tanya Rio.
“udah, pak. Jadi, semua ini harganya berapa ya?” kata Shilla sembari mengulurkan berbagai tangkai bunga di tangannya.
“itu gratis untuk gadis yang cantik dan manis seperti kamu.”
Rona merah muncul di kedua pipi Shilla.
Rio tertawa melihat itu. “Ciyee yang pipinya merah.” Goda Rio.
“Ihh Rio apaan, sih.” Elak Shilla malu-malu.
Rio hanya tersenyum.
Rio mengambil salah satu bunga di tangan Shilla.
Lalu memakaikannya di telinga Shilla.
“Cantik.” Kata Rio dengan senyum tulus nan manisnya.
Lagi-lagi pipi Shilla memerah. “makasih..” ucapnya.
Rio membelai lembut rambut Shilla.
Jantung Shilla udah deg-degan gak karuan.

“rambut kamu halus. Pake shampoo apa?” Tanya Rio.
Shilla tersenyum. “Em, sham..”
“Hah? Shampoo kucing?” potong Rio dengan cepat.
Shilla menggembungkan pipinya. Sambil manyun.
Rio malah ketawa-ketawa melihat ekspresi Shilla.
Baru saja Shilla ingin mencubit lengan Rio, tiba-tiba setetes air jatuh mengenai lengan Shilla.
Shilla menghentikan niatnya. Rio juga jadi berhenti tertawa. Dan kini menatap Shilla bingung.
Shilla mendongakkan kepalanya, menatap langit.
“YES! Hujan, Yo.” Seru Shilla.
Rio melongo. Lalu mendongakkan kepalanya.
Dan kembali menatap Shilla.
Shilla hanya nyengir. Rio melengos.
“main hujan-hujanan, yuk!”
Rio langsung memalingkan wajahnya kembali. Cengo menatap Shilla.
“main.. hujan-hujanan?” Tanya Rio.
Shilla mengangguk antusias. Masih dengan senyum lebarnya. “seru lhoo...” katanya.


***
To be continued!!

0 komentar:

Posting Komentar

 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template