#Chapter 2
Tok..
Tok.. Tok..
Shilla menggeliat kecil saat
mendengar ketukan pintu di depan kamarnya.
“Shilla.. bangun sayang..”
Suara Mama terdengar dari
luar, membangunkan Shilla.
Shilla masih enggan untuk
membuka matanya. Ia masih ingin tidur!
“Shilla.. ayo cepet bangun..”
suara Mama kembali terdengar.
Dengan susah payah (?) Shilla
membuka kedua matanya perlahan. Matanya menyipit saat melihat cahaya matahari
yang masuk melalui celah gorden kamarnya.
“Shill..”
“Iya, Ma.. Shilla udah
banguuuunn...” Jawab Shilla cepat.
“Kamu udah Sholat subuh
‘kan?” Tanya Mama.
“Shilla lagi libur, Ma..”
“Oh, yaudah kalau gitu cepet
mandi, ya. Terus berangkat kuliah. Mama berangkat kerja dulu..” cerocos Mama,
masih di balik pintu kamar Shilla.
“Iyaa..” jawab Shilla malas.
Shilla mengucek matanya. Lalu
beralih mengambil handphone’nya yang tergeletak di atas meja sebelah tempat
tidurnya.
5
message
Shilla membuka semua pesan
yang masuk itu.
From
: Gabriel
04.45
Shill, udah subuh nih.. ayo
bangun..
jangan lupa Sholat subuh ya.
“Hh..” Shilla mendesah pelan
membaca isi pesan itu.
“ternyata, lo itu emang cowok
yang care banget ya, Yel.” Gumamnya.
Gabriel memang sering bangun
subuh-subuh buat sms Shilla. Ia membangunkan Shilla agar Shilla tak lupa untuk
Sholat Subuh. Gabriel dan Shilla memang berbeda Agama. Namun, mereka tetap
saling menghargai. Seperti Gabriel yang selalu mengingatkan kekasihnya, Eh
mantan kekasihnya untuk tak lupa beribadah. Begitupun sebaliknya.
Shilla membuka beberapa pesan
yang lain.
From
: 081312345688 (?)
01.00
Selamat malam :D udah tidur
ya?
From
: 081312345688
05.00
Selamat subuh, cantik. Udah
sholat?
From
: 081312345688 (?)
05.20
Udah bangun? Siap-siap buat
berangkat kuliah ya, cantik.
From
: 081312345688 (?)
05.55
Lo berangkat jam berapa?
Nanti gue jemput ya J
Shilla mengernyitkan dahi.
“ini nomor siapa? Mau jemput
gue?” ucap Shilla kebingungan.
Tok..
Tok.. Tok..
Shilla terhenyak saat
mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.
“Non Shilla..” terdengar
suara Bi Marni, pembantu rumah tangga di rumah Shilla.
“ada apa, bi?” teriak Shilla.
“itu, non. Ada temen non
Shilla.”
“Ha?” Shilla membulatkan
matanya. Lalu berlari kea rah pintu, dan membuka pintu kamarnya.
“Siapa, bi?” Tanya Shilla.
Bi Marni menggelengkan
kepala. “gak tau, non. Yang jelas, orangnya tuh ganteng banget, non.” Kata Bi
Marni dengan semangat 45nya.
Shilla menaikan sebelah alis
heran. Siapa ya?, batinnya.
“yaudah, Bi. Shilla mau
samperin dulu. Dia ada dimana?” Tanya Shilla.
“di depan rumah, non.” Jawab bi
Marni.
Sejurus kemudian, Shilla
langsung berlari ke tempat yang di oleh maksud bi Marni.
***
KREK..
Shilla membuka pintu depan
rumahnya. Mengeluarkan kepalanya sedekit, ke luar.
Shilla mengedarkan
pandangannya mencari sosok yang dimaksud bi Marni.
Tatapannya berhenti pada
kursi depan rumah yang kini telah diduduki ole seorang lelaki.
Shilla berjalan keluar.
Shilla memperhatikan lelaki yang tengah duduk santai dengan earphone yang menempel di kedua
telinganya. Namun, Shilla tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh topi
yang sedang di pakai lelaki itu.
“Siapa ya?” kata Shilla
sembari menepuk pundak lelaki itu, yang langsung membuat leleki itu terlonjak
kaget.
Shilla juga ikut kaget saat
mengetahui siapa lelaki itu.
“Rio?” seru Shilla, menunjuk
muka Rio dengan jari telunjuknya.
Rio tersenyum. Lalu membuka
topi dan earphonenya.
“selamat pagi, Shill.”
Ucapnya.
Shilla masih bengong melihat
Rio.
Shilla melirik jam dinding
yang menempel di dalam rumahnya.
06.45.
Hah?
Ngapain si Rio dating ke rumah pagi-pagi begini? Mampus nih kalau ketauan
tetangga! Disangkanya... yang gak baik deh ntar. Batin Shilla.
“kenapa lo cengo’ begitu,
Shill?” Tanya Rio.
Shilla jadi salting. “ngapain
lo kesini, Yo? Mana masih pagi banget lagi.” Seru Shilla.
Rio nyegir. “mau jemput lo
lha, Shill.” Jawabnya.
Shilla mengerutkan dahinya.
“jemput.... Gue?” Tanya Shilla meyakinkan.
Rio mengangguk antusias.
Shilla Nampak cengo lagi.
Rio jadi bingung sendiri
ngeliatnya. Rio memperhatikan Shilla dari ujung rambut sampai kaki.
“Kok lo belum mandi sih,
Shill?” Tanya Rio.
Shilla terlonjak dibuatnya.
“Engg.. gue baru bangun tidur.” Jawab Shilla.
“yee.. se-jam yang lalu ‘kan
gue udah sms kalo gue mau jemput lo. Kok lo belum siap-siap?” cerocos Rio.
“elo? Sms gue?”
“iya.”
Oh.. jadi Rio yang sms gue
semalem dan tadi subuh, batin Shilla.
“lo tau nomor gue dari mana?”
Tanya Shilla.
“itu rahasia.” Jawab Rio
mantap.
Shilla melengos mendengarnya.
“eh, cepet mandi sono.” Ujar
Rio.
“oh. Em, hari ini ‘kan
kelasnya dimulai jam 10.”
“oh, yaudah. Bagus kalo
gitu.”
Shilla mengrenyitkan dahi.
“bagus? Bagus kenapa?”
“udah cepet mandi. Dandan
yang rapi.” Ujar Rio sembari mendorong tubuh Shilla untuk masuk ke dalam rumah.
“Eeehh.. ‘kan masih pagiii..”
“udah.. gak papa..” sahut
Rio.
“iye iyee.. yaudah, gue
mandi. Lo tunggu di ruang tamu aja, ya. Gak enak kalo lo dibiarin nunggu di
luar.” Kata Shilla akhirnya.
Rio mengangguk.
***
“udah siap?” Rio bangkit
berdiri dari duduknya saat melihat Shilla yang sudah keluar dari kamarnya.
Shilla menghela nafasnya.
“udah.” Jawabnya.
Rio tersenyum lebar. Lalu
berjalan mendekati Shilla, dan menggandeng tangannya.
“yuk berangkat!” ujar Rio
sembari menarik tangan Shilla.
Namun, Shilla malah menahan
diri dari tarikan paksa yang dilakukan Rio.
Rio membalikan tubuh menatap
Shilla. “kenapa?” tanyanya saat melihat Shilla dengan raut wajah yang sangat
aneh sambil memegangi perutnya.
“laperrr.. sarapan dulu dong,
Yo.” Pinta Shilla sambil memasang wajah yang melas banget.
“ck.. dasar anak mommy.” Kata
Rio.
Shilla Cuma nyengir.
“yaudah, tapi gue ikut
sarapan disini, yak!”
TUING..
Shilla menoyor kepala Rio.
“ngejek tapi malah
ikut-ikutan gue lo!” cibir Shilla.
Rio mengelus kepalanya.
“sakit tau!”
Shilla cengengesan melihat
ekspresi wajah Rio.
“tapi jangan lama-lama, ya.
Waktu kita gak banyak! Kita harus cepat menyelesaikan misi kita.” Rio berkata
seperti seorang detektif atau komandan.
“baik! Memangnya, apa ,misi
kita?” sahut Shilla mengikuti gaya bicara Rio.
“misi kita adalah,
menghabiskan makanan di rumah ini!”
TUING..
***
“aduh.. kenyang, yaa..” Rio
berjalan kea rah mobilnya yang terparkir di depan rumah Shilla, sembari
mengusap-ngusap perutnya yang kini sudah kekenyangan.
Shilla mencibir. “yaiyalah,
gimana gak kenyang kalo lo makannya dua bakul begitu.”
“eeh.. enak aja lo.” Balas
Rio.
Rio membukakan pintu mobilnya
untuk Shilla.
“silahkan masuk..” ujar Rio
bak seorang supir (?)
Shilla masuk dan duduk di
dalam mobil Rio. “makasih..” ucapnya.
Rio berlari mengelilingi
mobilnya (?), dan membuka pintu mobil sebelah kanan. Lalu masuk ke dalam.
“Yo. Masih pagi. Kelasnya kan
di mulai jam 10.” Kata Shilla.
Rio mulai memutar stir
mobilnya. Dan keluar dari gerbang rumah Shilla.
“Gakpapa dong.” Sahut Rio.
“terus? Kita mau ngapain nih?
Langsung ke kampus gitu?” Tanya Shilla.
“ya enggaklah, neng. Emang lo
mau nunggu dua jam disana?”
Shilla Cuma nyengir.
“Eh, Yo. Tumben ya, hari pagi
ini cuacanya panas.” Kata Shilla.
Rio memalingkan wajahnya pada
Shilla.
“iya. Gak ada mendungnya.”
Jawab Rio.
Shilla mengangguk setuju.
Suasana di dalam mobil
menjadi hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
Rio masih focus menyetir.
Sedangkan Shilla sedang memandang ke luar jendela mobil (?).
Shilla sedang menatap
pemandangan lalu lintas di pagi hari ini.
“gue pengen hujan..”
Rio memalingkan wajahnya saat
mendengar ucapan Shilla.
“kenapa?” Tanya Rio.
Shilla menatap langit yang
indah itu di balik kaca mobil Rio.
“karena.. gue suka hujan.”
Jawab Shilla.
“gue benci hujan.”
Kini, giliran Shilla yang
memalingkan wajahnya menatap Rio.
Shilla menatap Rio penuh
tanda Tanya.
“lo gak suka hujan?” Tanya
Shilla.
Rio tersenyum masam. “iya.”
“kenapa lo benci hujan?”
Tanya Shilla.
“lo sendiri? Kenapa suka
hujan?” Tanya balik Rio.
“gue yang nanya duluan. Jadi
lo yang harus jawab duluan.” Sahut Shilla.
Rio menghela nafasnya. “gue
benci hujan, karena.. hujan itu jahat! dia udah merebut seseorang yang gue
sayang.”
Shilla mengrenyitkan dahi.
“siapa?”
“Papa.” Jawab Rio.
“Hah?” Shilla membulatkan
mulutnya.
“waktu itu, ulang tahun gue
yang ke 12 tahun. Saat itu, Papa baru pulang dari Surabaya, karena ada
pekerjaan di sana.” Rio memulai ceritanya.
Shilla menatap Rio penuh
arti. Entah karena ingin tau, atau ikut larut dalam cerita Rio.
“gue nunggu Papa, cepet
pulang. Papa bilang, kalau dia akan pulang cepet sebelum acara perayaan ulang
tahun gue di mulai. Dan papa bakalan bawa hadiah yang special, buat gue. Tapi,
saat itu hujan turun, sekitar jam 3 sore. Sedangkan acaranya mulai jam 4 sore.”
Cerita Rio.
Rio memutar stirnya ke kanan.
Entah ia akan membawa Shilla dan dirinya kemana.
“hujan turun dengan deras.
Tapi, papa tetep buru-buru supaya bisa dating sesuai janjinya. Dan saat itu,
petir juga menyambar di sana-sini. Gue juga jadi ketakutan.” Rio menghela
nafasnya.
Shilla terdiam. Sepertinya,
ia sudah tau apa kelanjutan cerita Rio.
“jalan lagi lenggang banget.
Jadi, otomatis papa ngebut. Sayangnya, ada petir yang menyambar pohon di depan
papa. Pohon besar itu jatuh tepat di depan mobil papa/ Papa teriak. Dia gak
bisa ngontrol mobilnya. Dan akhirnya, dia menabrak pohon besar tadi. Tiba-tiba,
petir kembali menyambar pohon yang ada di sekita papa. Dan lo ta?”
Shilla menggeleng. “pohon itu
jatuh menindih mobil papa.” Kata Rio lemas.
Ciiittt…
Rio ngerem mendadak.ng
Tubuh Shilla maju ke depan
(?), begitupun dengan Rio.
“Yo. Kok langsung ngerem
mendadak gitu, sih?” omel Shilla.
Shilla memegang dadanya
karena jantungnya deg-degan gak karuan.
“Kalo kita mati gimana?” kata
Shilla konyol.
Rio tertawa geli. “kalo mati,
ya tinggal di kuburin.” Jawab Rio asal.
“Eh, udah ayo turun.” Ujar
Rio.
Shilla menatap keluar.
“Dimana ini?” tanyanya.
Rio mengikuti tatapan Shilla.
“Emm.. mungkin bisa di bilang
taman. Tapi, taman bunga juga bisa.”
***
Shilla berlari-lari kecil,
dengan bunga-bunga yang di genggamnya.
“Wah, Rio. Yang ini bagus!
Warnanya pink!” seru Shilla sembari memetik sebuah bunga yang berwarna merah
jambu.
Rio hanya tersenyum mendengar
ucapan Shilla.
Rio melangkahkan kakinya.
Meninggalkan Shilla yang masih sibuk dengan acara memetik bunga.
Rio duduk di rerumputan hijau
yang terhampar disana.
Rio berbaring di atas
rerumputan itu. Sambil melipat kedua tangannya di belakang, sebagai penopang
untuk kepalanya.
Rio menatap matahari yang
kini sudah hampir berada di atas kepala. Maksudnya, sudah hampir benar-benar
naik.
“Jangan hujan, ya. Tetep
harus matahari. Gak boleh hujan.” Ucapnya, menatap langit.
Dari kejauhan, Shilla baru
tersadar dengan ketidak beradaan teman, atau mungkin sahabat barunya itu.
Shilla celingukan mencari
Rio. Sambil sesekali menyipitkan matanya, agar lebih terlihat jelas.
“Itu dia!” serunya saat
melihat seorang lelaki sedang berbaring di atas rerumputan.
Shilla berjalan menghampiri
Rio.
Shilla duduk di sebelah Rio.
Rio sedang memejamkan
matanya. Dan ia tak sadar dengan kedatangan Shilla.
Shilla tersenyum menatap Rio.
Ganteng juga, dia. Batinnya.
Sedetik kemudian, Shilla
menggeleng keras. “ngomong apasih gue!” ucapnya.
Rio tiba-tiba membuka
matanya.
“Shilla?” ucapnya.
Shilla nyengir. Rio bangkit,
dan terduduk.
“udah selesai, mbak, cari bunganya?”
Tanya Rio.
“udah, pak. Jadi, semua ini
harganya berapa ya?” kata Shilla sembari mengulurkan berbagai tangkai bunga di
tangannya.
“itu gratis untuk gadis yang
cantik dan manis seperti kamu.”
Rona merah muncul di kedua
pipi Shilla.
Rio tertawa melihat itu.
“Ciyee yang pipinya merah.” Goda Rio.
“Ihh Rio apaan, sih.” Elak
Shilla malu-malu.
Rio hanya tersenyum.
Rio mengambil salah satu
bunga di tangan Shilla.
Lalu memakaikannya di telinga
Shilla.
“Cantik.” Kata Rio dengan
senyum tulus nan manisnya.
Lagi-lagi pipi Shilla
memerah. “makasih..” ucapnya.
Rio membelai lembut rambut
Shilla.
Jantung Shilla udah deg-degan
gak karuan.
“rambut kamu halus. Pake
shampoo apa?” Tanya Rio.
Shilla tersenyum. “Em,
sham..”
“Hah? Shampoo kucing?” potong
Rio dengan cepat.
Shilla menggembungkan
pipinya. Sambil manyun.
Rio malah ketawa-ketawa
melihat ekspresi Shilla.
Baru saja Shilla ingin
mencubit lengan Rio, tiba-tiba setetes air jatuh mengenai lengan Shilla.
Shilla menghentikan niatnya.
Rio juga jadi berhenti tertawa. Dan kini menatap Shilla bingung.
Shilla mendongakkan
kepalanya, menatap langit.
“YES! Hujan, Yo.” Seru
Shilla.
Rio melongo. Lalu
mendongakkan kepalanya.
Dan kembali menatap Shilla.
Shilla hanya nyengir. Rio
melengos.
“main hujan-hujanan, yuk!”
Rio langsung memalingkan
wajahnya kembali. Cengo menatap Shilla.
“main.. hujan-hujanan?” Tanya
Rio.
Shilla mengangguk antusias.
Masih dengan senyum lebarnya. “seru lhoo...” katanya.
***
To be continued!!
0 komentar:
Posting Komentar