Ini cerpen yang saya post di facebook pas Ulang tahun
Ashilla my twins yang ke-16 tahun :)
Dan sekarang saya repost. Hehehe
Selamat membacaaaa!!
.
.
“horeee…”
Suara teriakan sangat riuh di dalam aula.
Pertandingan basket antar sekolah kali ini sangat
menggemparkan sekolah yang menjadi tuan rumah kali ini. SMA NUSA BANGSA
INTERNASIONAL.
Alvin, si kapten basket SMA NBI, dengan semangat bermain
dengan baik.
Tidak hanya permainannya yang membuat orang-orang heboh.
Tetapi, pesonanya yang sungguh menakjubkan membuat para gadis selalu meneriaki
namanya.
Cowok kelas XI-3 ini memang termasuk most wanted boy.
Wajahnya yang sangat tampan, dan gayanya yang cool, membuat
banyak wanita klepek-klepek saat melihatnya.
Tak terkecuali Shilla. Gadis manis, yang sudah lama menyukai
Alvin.
Sejak kelas satu SMP!
Tetapi, Shilla merasa dirinya sial! Dia tidak pernah satu
kelas dengan Alvin, sampai sekarang!
Shilla juga tidak tau, apakah Alvin mengenalnya, atau bahkan
tidak.
Miris.
“ayo Alviinn!!!” Shilla yang duduk di bangku penonton,
sengaja mengambil kursi paling depan bersama Ify, sahabatnya.
“ayoo.. semangat Gabriel!!”
Beda dengan Shilla. Ify, malah meneriaki Gabriel, pacarnya.
“sumpah, Fy! Alvin kece banget mainnya.” Seru Shilla.
“iya, Shilla! Gabriel apalagi.” Balasnya.
Prittt…
Wasit sudah meniup pluit tanda babak pertama sudah selesai.
SMA NBI mendapat skor 24 – 13 dengan SMA Adijaya Bangsa.
“ayo, Shill.” Ify menarik tangan Shilla untuk turun ke
bawah. Menemaninya memberikan minum pada Gabriel.
Shilla pasrah saja saat di tarik-tarik oleh Ify.
“ini, minum dulu, Yel.” Ify mengulurkan sebuah botol minum
air mineral pada Gabriel.
Gabriel menerimanya dengan senang hati. “makasih, say.”
Ucapnya.
Shilla memandang seorang lelaki yang tengah mengambil handuk
kecil, tak jauh dari tempatnya berdiri.
Ify mengikuti pandangan Shilla.
Lalu menatap sahabatnya itu.
“samperin, Shill. Terus kasih dia minuman.” Ujar Ify
berbisik. Ify memberikan sebotol air mineral yang sengaja ia beli –sebenarnya
untuk Gabriel juga- tadi.
Shilla menoleh pada Ify. Lalu menatap botol air mineral yang
kini di genggamnya.
“gue.. gak yakin, Fy.” Jawab Shilla.
“udah sana..” Ify mendorong tubuh Shilla.
Gabriel yang melihat itu Cuma cekikikan sendiri.
Ify mengangkat jempolnya pada Shilla. Lalu menganggukkan
kepala untuk meyakinkan Shilla.
Shilla menarik nafasnya.
Sumpah! Sebenarnya dia tidak mampu melanjutkan langkahnya.
Apalagi saat melihat Alvin yang mengelap keringat dengan handuk kecilnya. Ukh!
Sangat cool!
Langkah Shilla tiba-tiba berhenti saat melihat seorang
wanita berlari mendekat pada Alvin.
“sayang, ini minum dulu.” Wanita itu menyodorkan sebuah
botol air mineral pada Alvin.
Alvin menerimanya.
Shilla langsung lemas melihat pemandangan itu.
Dia melirik botol air di genggamnya.
“hh.. keduluan Zevana.” Ucapnya.
Alvin dapat melihat Shilla dengan ekor matanya.
Shilla.. batin Alvin.
“Alvin, sini biar aku lap-in keringat kamu.” Ucap Zevana
dengan manjanya.
Alvin langsung menepis tangan Zevana yang mencoba untuk
mengelap keringatnya.
“lepasin!” ketus Alvin.
Sebenarnya Alvin sangat sebal pada Zevana. Zevana adalah
mantan Alvin.
Tetapi, Zevana masih saja memanggil Alvin dengan sebutan
‘sayang’.
Iuh! Menjijikan! Padahal, Alvin sudah memutuskan Zevana
sejak lama. Tapi cewek itu masih saja mengejar-ngejarnya.
Shilla membalikan tubuhnya. dan memilih untuk kembali ke
bangku penonton daripada disana. Melihat pemandangan yang menyakiti hatinya
saja!
Alvin memperhatikan Shilla yang mulai menjauh. Sebenarnya,
ingin sekali ia mengejar gadis itu.
Namun, gengsinya terlalu besar. Jadi, ia malu gitu deeh..
***
“Shilla? Kok balik lagi, sih?” tanya Ify.
Shilla mengerlingkan matanya. Lalu mendecak kesal. “Fy. Gue
mau balik lagi ke bangku penonton aja.” Ucapnya. Shilla memberikan botol itu
kembali pada Ify. “gue duluan ya, Fy. Yel.”
Ify hanya memandang Shilla dengan aneh.
Shilla berjalan menuju ke tempat sebelumnya. Duduk disana,
sambil menopang dagu diatas lutut (?)
“mimpi aja lo, Shill! Ngarep sama si Alvin. Mimpiii!!!”
Shilla menggerutu. Ia meniup rambutnya yang jatuh ke depan.
“Gak mungkin lah kalo si Alvin suka sama lo, Shill! Gak
mungkin! Gue kan Cuma cewek biasa. Hh..” Shilla menghela nafasnya.
“di dunia ini gak ada yang mungkin kok.”
Shilla menoleh kaget ke sebelah kanannya.
Seorang perempuan berambut sebahu tengah duduk di
sampingnya. Dengan senyum manis yang mengembang.
“Sivia?” Shilla terlihat heran melihat orang itu.
“gue yakin, kak Shilla bisa dapetin kak Alvin.”
DEG!
Jantung Shilla berdetak dengan kencang.
Gawat! Shilla ketahuan! Tapi, Apa ini? Mengapa Sivia berkata
begitu?
Apa Sivia setuju jika Shilla jadi pacar kakaknya?
Ya. Sivia adalah adik Alvin yang bedanya hanya setahun saja.
“kenapa, kak?” Sivia menepuk pelan pundak Shilla.
Menyadarkan Shilla dari kebingungannya.
“eh, gapapa kok.” Jawab Shilla.
“....”
“mm, Sivia.” Panggil Shilla.
“Ya?”
“jangan bilangin ke siapa-siapa, ya.” Pinta Shilla dengan
tatapan memohon.
Sivia tertawa geli. “haha….”
“aku serius!” tegas Shilla.
Sivia tersenyum. “iya, aku janji.” Sivia mengangkat jari
telunjuk dan jari tengahnya.
Shilla hanya tersenyum.
***
Pertandingan telah selesai. Pertandingan di menangkan oleh
sekolah Shilla.
Shilla berjalan lesu menuju kelasnya bersama Ify.
“Shilla, lo kenapa, sih? Kok gak cerita sama gue?” tanya
Ify.
“kenapa apanya?” tanya Shilla.
“itu.. muka lo ditekuk begitu?”
“muka gue tetep yang biasa kok. Normal. Gak di tekuk atau di
lurusin.” Jawab Shilla enteng.
Ify mendelik. “gue lagi gak mau bercanda.”
“gue lagi gak bercanda.”
“aaahh!! Ribet ngomong sama lo mah!” balas Ify pasrah.
Drrtt.. drrtt..
Handphone Shilla bergetar.
Shilla buru-buru mengambil dari saku celananya.
Papa called
Alis Shilla naik sebelah. Papa telfon? Mau ngapain?, batinnya.
“Ify. Lo duluan aja, ya.” Ujar Shilla.
“emang kenapa?” tanya Ify.
“gue.. mau terima telfon dulu.” Jawab Shilla.
Ify hanya mengangguk dan melanjutkan jalannya.
Shilla memencet tombol hijau di handphonenya.
“Halo..”
“....”
“Hah? Party?”
“....”
“mm.. oke. Shilla pulang cepet.”
“....”
“iya, iyaa..”
Klik! Shilla mematikan sambungan duluan. Lalu berjalan
dengan agak cepat agar bisa menyusul Ify.
***
“Hah? Party?”
Shilla mengangguk.
Ify menatap sahabatnya itu kebingungan.
“party? Party apaan ya?” tanyanya polos.
Shilla mendelik. “lo lupa dua hari lagi tuh hari apa?” tanya
Shilla mencoba membantu Ify mengingat.
Ify terdiam mengingat-ngingat.
“Astaga!!!” seru Ify. “ya ampuunn.. maaf Shill ague
lupaaa..” Ify langsung memeluk Shilla dengan erat.
Shilla memberontak. “Ifyyyy lepaaass!!!”
Ify hanya nyengir kuda. “kok mendadak banget sih, Shill?”
tanya Ify.
“nah, itu dia! Gue juga gak tau. Gue kira, ulang tahun kali
ini gak bakal dirayain.” Ucapnya. “gue kira, papa nyimpen uangnya biar bisa
bikin party tahun depan lebih waw! Sweet seventeen gitu deeh..” ucapnya nyengir
kuda.
Ify ikutan tertawa kecil. “terus?”
Shilla mengerutkan keningnya. “terus apa?”
“kapan lo mau ngundang temen-temen?” tanya Ify.
Shilla mengangkat bahunya.
“mungkin besok.” Jawabnya.
Ify mengangguk sambil membulatkan mulutnya.
“mm.. lo mau undang Alvin?” tanya Ify.
Shilla terlihat shock. “mm.. gak tau. Emang.. dia kenal sama
gue?” tanya Shilla.
“pastinya! Dia ‘kan temennya Gabriel.” Jawab Ify mantap.
“Gabriel juga pasti ngomongin lo didepan dia kan?”
“maksud lo?”
“yaa.. misalnya tuh Gabriel ngomong begini. ‘pacar gue yang
paling baik, cantin, nan imut sedunia tuh sahabatannya sama Shilla.’”
Tuing..
Shilla menoyor Ify. “gak usah pake narsis deehh” cibirnya.
Shilla mengalihkan pandangannya kea rah jendela. Tiba-tiba
matanya menangkap seseorang yang sangat familiar baginya. Yang sedang berjalan
melewati kelasnya.
Sumpah, Vin! Lo
ganteng banget! Makin cinta gue sama lo!!, ucapnya, dalam hati sih.
***
Pagi ini, Shilla datang lebih awal dari biasanya. Tasnya
terlihat lebih penuh daripada biasanya.
Padahal, ini hari Sabtu. Mata pelajarannya lebih sedikit
dibandingkan hari Senin sampai Jum’at.
Shilla berjalan dengan agak cepat menuju kelasnya.
Saat di belokan, tiba-tiba..
BRUKKK!
“aisshh!”
Shilla bertabrakan dengan seseorang.
“eh, sorry. Gue gak sengaja.” Ucap seseorang itu.
Wajah Shilla tiba-tiba berubah merah padam saat mendengar
suara itu.
Ia tau suara siapa itu. Ia tau!
Shilla mendongakkan kepalanya.
Lelaki yang tabrakan dengan Shilla tadi matanya membulat.
Seperti orang yang terkejut.
“B-biar gue bantu.” Ujar lelaki itu.
Shilla meraih tangan lelaki itu. “M-makasih, Al-Alvin.” Ucap
Shilla sedikit canggung.
Alvin –lelaki tadi- tersenyum. “gue.. duluan, ya.” Pamitnya.
Shilla mengangguk kecil.
“mm.. sorry buat yang tadi.” Ucapnya lagi.
Shilla hanya tersenyum sembari menatap punggung Alvin yang
kini mulai menjauh dari pandangannya.
Shilla menarik ulur nafasnya. Mencoba mengatur jantungnya
agar tidak terlalu keras berkontraksi.
***
“Ifyyy!!!” teriak Shilla saat memasuki kelasnya.
Ify menutup kupingnya. “aduuhh.. berisik tau! Ada apa sih,
Shill?” seru Ify.
Shilla memamerkan deretan giginya yang dipagari kawat (?).
“tadi guee….” Ucap Shilla menggantung. Shilla langsung
berbisik pada Ify. “tabrakan sama Alvin.” Lanjutnya.
“OH YA?” seru Ify heboh.
Shilla menutup kupingnya. “biasa aja dong bos!”
Ify nyengir. Kebiasaan!
“eh, Fy. Nanti bantu gue nyebarin undangan ke anak-anak ya.”
Pinta Shilla.
Ify mengangguk antusias. “ayo. Eh, Alvin mau di undang
kaga?” jawab dan tanya Ify.
Shilla menggaruk tengkuknya. Lalu berbalik, mengambil
sesuatu dari dalam tasnya.
“nih..” Shilla memperlihatkan sesuatu pada Ify. Sebuah
amplop berwarna warna biru muda.
Di depannya tertulis, ‘To:
Alvin. From : Ashilla Z’
Ify menganga lebar. “lo yakin ‘kan mau ngasihin ini ke dia
secara langsung?” tanya Ify.
Shilla menundukkan kepalanya. “mungkin..”
“pagi Ify sayoong.. pagi Shilla..”
Ify dan Shilla sama-sama menoleh ke sumber suara.
“eh, Gabriel.” Kata Ify malu-malu.
Mata Shilla terbelalak. Shilla juga terpaku saat melihat
seorang lelaki yang berjalan di belakang Gabriel.
“ALVIN!” gumamnya.
“hai..” sapa Alvin pada Shilla dan Ify.
“hai juga.” Jawab Ify.
Shilla hanya tersenyum.
Ify menatap Shilla. Lalu beralih ke amplop yang di pegang
Shilla, yang di sembunyikannya di kolong meja.
“Alvin! Shilla mau ngasih sesuatu buat lo.” Seru Ify.
“Oh ya? Apa?” respon Alvin.
Ify menyenggol lengan Shilla dengan sikunya.
Shilla menatap Ify tidak yakin. Ify mengangguk, untuk
menyemangati Shilla.
“ini, Vin. Mm.. datang ke acara ulang tahun gue ya, besok
malam.” Ucap Shilla akhirnya.
Alvin sedikit mengerutkan keningnya. Membuat Shilla jadi
ragu untuk memberikannya. Dan ingin kabur membawa kembali surat itu.
“makasih.” Alvin mengambil surat itu dari tangan Shilla. Dan
tersenyum padanya.
Membuat Shilla terpaku, tak percaya.
***
Alvin memandang amplop yang di berikan Shilla kemarin.
Sambil bersender di sofa ruang keluarga.
“datang gak, ya?” tanya Alvin pada dirinya sendiri.
Trak-trak-trak..
Alvin menolehkan kepalanya saat mendengar suara hentakan
kaki yang menuruni tangga.
“Hai, kak.” Alvin membulatkan matanya saat melihat adiknya
tersenyum padanya.
“mau kemana kamu?” tanya Alvin.
Sivia tertawa kecil. “mau ke pesta ulang tahunnya kak Shilla
lhaa..” jawab Sivia.
“emangnya, lo di undang juga?” tanya Alvin.
“di undang dong. Gue kan calon adik iparnya.”
“Eh?” Alvin menatap Sivia aneh.
Sivia tertawa lagi. “udah cepet sana ganti baju. Lo juga
udah nyiapin kado special ‘kan buat Shilla?” tanya Sivia sembari menaik
turunkan alisnya.
“Eh?” Alvin kembali menatap Sivia dengan heran. Darimana dia
tau?
“Kak, gue juga tau, lo suka ‘kan sama Shilla?” tanya Sivia
dengan nada yang mulai serius.
Alvin malah menundukkan kepalanya.
Sivia menepuk pundak Alvin pelan. “Kasih tau dia, kak. Dia
nunggu elo. Dia punya harapan besar sama lo. Apalagi ini hari ulang tahunnya,
dia pasti sangat bahagia kalo lo--” Ujar Sivia gantung.
Alvin menoleh pada Sivia. Sivia hanya tersenyum. “lo pasti
tau lhaa..” sambungnya.
***
Shilla menggigit bibir bawahnya. Ia berdiri di dekat gerbang
depan rumahnya. Matanya masih berkeliaran mencari sosok yang sangat ia inginkan
untuk datang ke pestanya. Menunggu sosok itu.
“Shilla..”
Shilla menengok ke belakang. “ya, Ma?”
Mama Shilla tersenyum. “kamu ngapain disini? Ayo kesana.
Acaranya sudah mau di mulai.” Ujar Mama.
Shilla memandang gerbang rumahnya. Lalu berbalik dan menuju
ke halaman belakang bersama mamanya, untuk memulai acaranya.
“… Happy birthday to you.. yee..”
Suara tepuk tangan bergema (?) saat Shilla sudah meniup
lilin ulang tahun ke 16tahunnya.
“Selamat ulang tahun, Shilla.” Ify langsung memeluk Shilla
dengan erat.
“huaa.. makasih ipyy..”
“selamat tahun kakak ipaaarrr..” seru Sivia.
Shilla melongo. “eh?”
Sivia tertawa. Sedetik kemudian, Ify ikut tertawa bersama
Sivia.
“Selamat ulang tahun, Shill.”
Shilla membulatkan matanya saat menolehkan kepala.
“A-Alvin?” serunya tak percaya.
Alvin tersenyum sambil membawa sebuket (?) bunga mawar merah
di tangannya.
“Happy birthday..” ucap Alvin sembari memeberikan bunga
mawar di tangannya.
“ma-makasih.” Jawab Shilla malu-malu.
Gabriel menyeringai. “Cieeee…” ledeknya. Ify dan Sivia malah
mentertawakan.
Pipi Shilla sudah merah merona karenanya.
“Ayo ikut aku..”
“Eh? Mau kemana?”
Alvin malah tak perduli dengan pertanyaan Shilla.
Ia menarik pergelangan tangan Shilla, dan menuntunnya ke
tempat yang lebih sepi.
***
Alvin dan Shilla duduk di tepi kolam renang.
Mereka terlarut dalam pikirannya masing-masing. Angina malam
yang berhembus, membuat suasana semakin terasa sepi. Tak ada satupun yang
berani membuka suara duluan.
“Hh..” Shilla menghela nafasnya.
Alvin melirik Shilla.
“Shill..” panggilnya.
Shilla menoleh. “Ya?”
“aku.. mau ngomong sesuatu.” Ucap Alvin.
DEG!
Entah kenapa hati Shilla tiba-tiba deg-degan. “a-apa?”
tanyanya.
“Hhh..” Alvin menarik nafasnya. Mencoba memberanikan diri.
Dan menampung semua nyali agar mampu mengatakan semua.
Jangan sampai dia lupa bawa nyali #eeaa.
“Juju raja, sebenarnya sejak pertama gue ketemu sama lo
waktu itu.. gue.. suka sama lo.” Aku Alvin.
Shilla terbelalak tak percaya.
“gue.. suka sama lo sejak kita duduk di bangku kelas 7.”
Lanjut Alvin.
“ke-kelas tujuh?” tanya Shilla meyakinkan.
Alvin mengangguk.
Jadi, dari dulu, Alvin juga suka sama gue?, batin Shilla.
“Cuma, sayangnya dulu gue belum punya nyali buat ngakuin
sama lo. Hehe..” Alvin tertawa hambar.
Shilla ikutan tertawa kecil.
“jadi?” tanya Alvin. Shilla menatap Alvin bingung.
“Jadi? Jadi apa?” tanya Shilla.
Alvin meraih tangan Shilla, dan menggenggamnya dengan erat.
Tangan kanan Alvin bergerak merogoh saku jasnya.
Lalu mengambil sebuah kotak kecil berbentuk love.
Shilla sempat tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Alvin tersenyum pada Shilla.
“Would you be my Girlfriend?”
Shilla terdiam. Rasanya dadanya sesak saat itu.
Kata-kata yang Shilla impikan dari dulu, akhirnya terucap
juga dari bibir Alvin.
Shilla tersenyum dan lantas mengangguk. “Yes. Aku mau.”
Jawabnya. Seketika, wajahnya memerah.
Alvin tersenyum. lalu memakaikan kalung itu di leher Shilla.
“thanks, Shilla.” Ucap Alvin.
Shilla mengangguk kecil.
Alvin langsung merengkuh Shilla ke dalam pelukannya.
Beberapa menit kemudian, Alvin melepas pelukannya.
Alvin memandang wajah cantik Shilla. “aku.. mencintaimu.”
Ucapnya.
Shilla tersenyum. sejurus kemudian, Alvin mendekatkan
wajahnya pada Shilla.
Jarak wajah mereka semakin dekat. Dan… dekat..
Bintang-bintang yang bertaburan di langit, menjadi saksi
cinta mereka berdua.
Tersenyum, dan ikut merasakan bahagia.
***
THE END
0 komentar:
Posting Komentar