This is shortstory special for #16thAshillAmazing
Ini cerpen yang saya post di facebook pas Ulang tahun
Ashilla my twins yang ke-16 tahun :)
Dan sekarang saya repost. Hehehe
Selamat membacaaaa!!
.
.
.
“Bunda, Ray pengen makan.” Ucap seorang anak lelaki yang
baru berumur 4 tahun itu.
Wanita yang di sebut Bunda itu mengelus lembut rambut
puteranya itu.
Wanita itu sedikit menitikan air matanya. Lalu cepat-cepat
menghapusnya kembali.
“sebentar ya, nak. Bunda ambilkan dulu.”
Anak yang bernama Ray itu mengangguk dengan lucu.
Shilla –wanita tadi berjalan menuju dapur kecilnya.
Ia membuka penutup makanan (?) di meja makannya.
“hh..” ia mendesah pelan. “nasinya sudah mau abis. Sekarang
masih pagi. Gimana buat makan nanti siang dan malam ya?” ucapnya bingung
sendiri.
Shilla mengambil nasi dari tempatnya dan di simpan (?) di
piringnya. Dan menambahkan beberapa lauk pauk seperti tahu dan tempe di
atasnya.
Shilla berjalan kembali menuju anaknya, Ray.
“sebentar ya, bunda tinggal dulu.” Ucapnya dengan halus.
“Ray bisa makan sendiri ‘kan?” tanyanya.
Ray mengangguk. “bisa dong.. Ray ‘kan udah gede. Ray kan
pinter.” Jawabnya dengan bangga.
Shilla tertawa kecil mendengar jawaban dari anaknya itu.
Shilla itu bangkit dari duduknya. Lalu berjalan ke kamarnya.
KLEK.
Pintu kamar terbuka.
“Yah.”
“Eh? Shilla.”
Shilla tersenyum pada suaminya.
“ada apa?” tanya suaminya yang bernama Gabriel itu.
Shilla duduk di pinggir tempat tidur sederhananya. Lalu menatap
suaminya itu.
“uang belanja untuk minggu ini sudah habis.” Kata Shilla.
Gabriel yang sedang merapikan rambutnya langsung terdiam.
Menatap istrinya.
“Ray pengen makan. Tapi makanan di rumah sudah habis. Aku
gak mungkin ngehutang lagi ke warung. Hutangku sudah banyak.” Ucap Shilla
panjang lebar.
Gabriel menelan ludahnya dengan susah. Lalu duduk di sebelah
istrinya.
“tapi, aku belum dapat gaji di minggu ini.” Kata Gabriel.
Shilla menundukkan kepalanya.
Gabriel memeluk istrinya itu.
“Maaf. Aku belum bisa memberi yang terbaik untukmu, Shill.”
Ucap Gabriel merasa bersalah.
Shilla menangis dalam dekapan suaminya.
“seharusnya aku tidak memaksa untuk tetap menikah denganmu,
Shill. Seharusnya aku tidak membawamu ka—“
“hentikan, Yel.” Shilla memotong perkataan Gabriel. “ini
bu-bukan salah kamu. Ini.. salah aku.”
Shilla dan Gabriel. Sepasang suami istri yang menikah di
usia muda.
#FLASHBACK
Gabriel dan Shilla. Sepasang kekasih yang sudah menjalin
cinta selama 4 tahun ini, memutuskan untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang
pernikahan.
Tetapi, hubungan mereka tidak di setujui oleh Ayah Shilla,
begitupun Ayah Gabriel.
Alasannya cukup rumit.
Perbedaan Agama! Ya, Shilla dan Gabriel mempunyai
kepercayaan yang berbeda.
Namun, berbeda dengan Ibunda mereka yang setuju-setuju saja.
Demi kebahagiaan anak-anaknya.
Shilla dan Gabriel sudah mencoba membujuk, dan memohon Ayah
mereka. Namun, Ayah mereka sangat keras kepala. Dan sama sekali tidak mau
menghianati kepercayaan mereka.
Shilla dan Gabriel memutuskan untuk tetap menikah walaupun
tidak mendapat restu dari Ayahanda mereka. Dan, walaupun pernikahan mereka ini
dapat di katakana pernikahan muda karena Shilla baru ber umur 20 tahun,
sedangkan Gabriel berumur 22 tahun.
Mereka menikah secara resmi dan sah. Walaupun, Ayah mereka tetap tidak mau memberikan restu.
Pernikahan berjalan cukup lancar.
Tetapi, esoknya, Ayah Shilla sama sekali tidak mau menerima
Shilla dan Gabriel.
“Pergi! Saya tidak sudi menerima kalian disini!” bentak Ayah
Shilla.
“Ayah, tapi Shilla—“
“cukup! Jangan panggil saya Ayah! Saya bukan Ayah kamu! Saya
tidak sudi punya anak seperti kamu. Kamu BUKAN ANAK SAYA LAGI.”
DEG!
Hati Shilla bagai tersambar petir.
Shilla sangat, sangat sakit hati. Ibu Shilla sudah mencoba
membujuk Ayah Shilla agar menarik perkataannya itu. Namun, tetap tidak bisa.
Gabriel merangkul istrinya itu. Mencoba untuk
menenangkannya.
“Pergi! Pergi sana!”
Shilla dan Gabriel pergi meninggalkan rumah Shilla. Mereka
memutuskan untuk tinggal sementara di rumah Gabriel.
“kita ke rumah aku saja, ya.” Kata Gabriel.
Shilla hanya mengangguk.
Sesampainya mereka di rumah Gabriel, mereka memang di sambut
dengan baik. Apalagi oleh Ibu Gabriel.
Tetapi, saat Ayah Gabriel datang, merek di bentak
habis-habisan.
“Ngapain kalian kesini?” tanya Ayah Gabriel dengan
membentak.
“Iel mau tinggal disini dulu, Pa. untuk sementara.” Jawab
Gabriel.
“Apa? Tinggal disini? Tidak! Tidak boleh!” jawab Ayah
Gabriel. “saya tidak mau melihat wajah kalian berdua. Lebih baik kalian pergi!
Pergi dari sini!”
Gabriel mendongakkan kepalanya menatap Ayahnya.
“Pa—“
“Pergi! Saya tidak sudi punya anak yang menikah dengan
wanita yang berbeda Agama. Pergi!”
Ibu Gabriel mati-matian untuk membujuk Ayah Gabriel. Namun,
hasilnya nihil. Mereka tetap harus pergi.
“kita mau kemana?” tanya Shilla. Ia terisak.
Gabriel memutar stir mobilnya. Sebenarnya, masih untung Ayah
Gabriel tidak sampai mengambil mobilnya itu.
“cari tempat tinggal yang tenang.” Jawab Gabriel.
Shilla hanya terdiam dan menurut saja.
Sampai akhirnya, mereka menemukan sebuah tempat dimana di
sana banyak sekali rumah kontrakan.
Shilla dan Gabriel memutuskan untuk tinggal di rumah
kontrakan itu.
Rumah kontrakan yang sangat sederhana, namun sangat nyaman.
Gabriel memutuskan untuk mencari kerja. Sebab, tak mungkin
ia di izinkan bekerja di perusahaan Papanya.
Sayang, Gabriel tidak bisa di terima di sebuah perkantoran.
Ia hanya bisa bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik. Penghasilannya tidak
seberapa. Namun, cukuplah untuk menghidupi keluarga barunya.
Setelah beberapa minggu kemudian, Shilla mengalami mual dan
muntah. Dan saat di periska di dokter, ternyata Shilla hamil.
“mas, aku hamil.” Ucap Shilla.
Shilla dan Gabriel sangat bahagia akan hal itu.
Sembilan bulan berlalu. Saat Shilla akan melahirkan, keadaan
ekonominya sangat memprihatinkan.
Mobil mewah Iel, terpaksa harus di jual demi membiayai
persalinan Shilla.
Akhirnya, bayi itu lahir. Dan di beri nama Raynald Prasetya
Damanik.
Dan kini, anak itu sudah tumbuh menjadi anak laki-laki yang
lucu dan menggemaskan yang baru berusia empat tahun.
#FLASHBACK OFF
***
Shilla mencium punggung tangan suaminya.
“aku pergi kerja dulu. Hati-hati, ya.” Gabriel mencium
kening Shilla. Lalu mengacak pelan rambut Ray, yang kini sedang di gendong
Shilla.
“jangan nakal, ya. Ayah berangkat dulu.” Kata Gabriel.
Gabriel tersenyum. Lalu pergi untuk bekerja.
Shilla tersenyum menatap kepergian suaminya itu. Sosok yang
sangat ia cintai dan banggakan.
“sayang, sekarang Bunda mau ke rumah Bu Gita, ya. Bunda mau
nyuci.” Kata Shilla pada Ray.
Ray hanya mengangguk sambil mengunyah biskuitnya.
“Ray mau ikut, ya, Bun.” Kata Ray.
Shilla mengangguk lalu masuk ke dalam rumah untuk
bersiap-siap ke rumah bu Gita.
Shilla bekerja sebagai tukang cuci, demi membantu kehidupan
keluarganya.
‘kan lumayan untuk makan sehari-hari.
***
Gabriel telah sampai di pabrik tempat ia bekerja.
“hai, Yel.” Sapa salah seorang teman kerja Gabriel. Sebut
saja Goldi.
“Eh, hai, Goldi.”
Iel mulai bersiap untuk masuk ke ruang bagiannya. Ia bekerja
di sebuah pabrik yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya.
Saat masuk ke ruang itu, Gabriel melihat sebuah calendar
yang memang sengaja di temple di dekat pintu.
Gabriel memperhatikan kalender itu dengan seksama. Di bulan
Februari.
“23, 24, 25. Ah! Tiga hari lagi!” Gabriel berseru saat melihat
tanggal itu.
“aku harus cepat-cepat mencari barang itu. Ya. Untuk kamu
Shilla.” Gumam Gabriel.
***
“Assalamualaikum..” Shilla mengetuk pintu rumah bu Gita.
Ray ikut-ikutan mengetuk pintu. “samlikum..” ucapnya.
Shilla tertawa geli melihat tingkah anaknya itu.
Pintu rumah mulai di buka.
“Ya?” keluar seorang wanita paruh baya, yang tak lain adalah
Ibu Gita.
“Bu, saya mau mencuci baju-baju di rumah Ibu.” Kata Shilla.
“Iya. Silahkan masuk.” Kata bu Gita dengan ramah.
Shilla masuk ke rumah bu Gita yang cukup besar itu, dengan
masih menggendong Ray.
“Ray diem, ya. Jangan nakal. Bunda mau menyuci dulu.” Ujar
Shilla sembari menyuruh Ray duduk di sebuah kursi kecil yang Shilla simpan di
dekat pintu kamar mandi, agar tetap dalam pengawasan Shilla.
Shilla mulai mencuci baju-baju kotor itu. Sambil sesekali
memperhatikan Ray.
Ray Nampak anteng (?) saja. Shilla tersenyum melihat anaknya
itu.
Rasanya, semua rasa lelah tidak terasa saat melihat buah
hatinya itu.
Ray, bunda sayang
banget sama kamu. Andai kamu bisa bertemu dengan nenek dan kakek, kamu pasti
akan senang, anakku. Batin Shilla.
Shilla mengelus pucuk kepala anaknya itu dengan lembut. Dan
airmatanya pun mengalir. Air mata kesedihan.
***
Sepulang kerja, Gabriel langsung mampir ke sebuah pasar. Ia
pulang pukul 16.30. jadi, pasar masih lumayan ramai lah..
Gabriel berkeliling di sekitar pasar. Mencari sesuatu yang
pas untuk Shilla.
Ya. Tanggal 25 Februari adalah hari ulang tahun Shilla.
Ulang tahun istrinya yang ke 25 tahun.
Gabriel berniat untuk memberikan hadiah kepada istrinya.
Sebenarnya, sudah tiga bulan terakhir ini Gabriel menabung
mati-matian untuk membeli kado ulang tahun istrinya.
Bukannya ia mengirit, pelit, atau sebagainya saat Shilla
meminta uang belanja, hanya saja, Gabriel tidak mau sampai rencananya gagal.
“ah, itu! Bagus banget.” Ucap Gabriel saat mampir ke sebuah
toko baju-baju muslim dan sebagainya.
“cari apa, mas?” tanya seorang penjual disana.
Gabriel terhenyak.
“Jilbab itu.. berapa, mbak?” tanya Gabriel sembari menunjuk
sebuah jilbab cantik yang berwarna merah muda.
“oh, yang itu seratus lima puluh ribu, mas.”
“Hah? Mahal banget, mbak.” Gabriel langsung melemas.
“memang harganya segitu.” Kata si penjual.
Gabriel berfikir sejenak.
Kalau aku membelikan Shilla jilbab ini, apa uangnya cukup
buat beli ‘itu’ juga?, pikir Gabriel.
“gimana, mas? Mau gak?” tanya penjual itu.
“mm.. lain kali aja deh, bu.”
***
“makan sama apa malam ini?” tanya Gabriel.
Shilla berbalik menuju dapur.
“hanya tempe tahu, dan ikan. Gak papa ‘kan?” tanya Shilla.
Gabriel tersenyum. “tidak apa-apa. Apapun makanannya, asal
bikinan kamu, pasti enak.” Kata Iel.
Senyum manis mengembang di bibir Shilla.
Shilla mulai menyimpan semua hidangan makan malam mereka
yang sederhana itu.
Ray masih sibuk dengan mobil-mobilannya.
Shilla mengambil piring dan menyimpan nasi beserta lauk
pauknya di piring itu. Lalu memberikannya pada Gabriel.
“ini..” kata Shilla sembari memberikan sepiring makanan itu.
“terima kasih.” Ucap Gabriel.
Mereka makan dengan tenang. Tanpa ada obrolan di sela-sela makannya.
Tumben sekali.
Glek.
Gabriel meneguk air minumnya.
Mereka sudah selesai makan.
“Shill.” Panggil Gabriel.
“Ya?” sahut Shilla.
“maafkan aku.”
Shilla yang sedang membereskan piring-piringnya langsung
terdiam dan menatap Gabriel.
“untuk apa?”
“aku.. belum bisa menjadi suami yang baik untukmu.”
Shilla terdiam. “sudahlah. Berhenti untuk berkata seperti
itu.” Kata Shilla. “kau adalah suami terbaik untukku. Kau suami terhebat.”
Sambung Shilla diiringi senyum manisnya.
“apa kau bahagia hidup bersamaku?” tanya Gabriel.
Shilla tersenyum. “aku bahagia. Sangat.. sangat bahagia.”
“Ya. Aku juga.” Kata Gabriel.
“.....”
“Shilla. Apa kamu merindukan orang tua mu?” tanya Gabriel,
menatap istrinya itu dalam.
Shilla menghela nafasnya berat. “sangat. Aku sangat merindukan
mereka.” Kata Shilla. “dua hari lagi, umurku bertambah.”
Gabriel menatap Shilla penuh arti saat Shilla berkata
seperti itu.
“aku ingin sekali ayah dan Ibuku mengucapkan selamat ulang
tahun untukku.” Kata Shilla. Tidak terasa, air matanya mengalir.
Gabriel langsung memeluk istrinya itu dengan erat.
***
Hari ini adalah hari minggu.
Siang ini, Gabriel berencana untuk kembali ke pasar. Untuk
mencari kado, untuk Shilla.
Gabriel membawa semua uang tabungannya. Besok ulang tahun
Shilla. Dan ia harus segera membeli hadiah itu.
Gabriel sampai di sebuah toko perhiasan.
Ia melihat sebuah kalung cantik yang berkilau.
“Waw..” ucapnya takjub.
Andai saja uangku lebih, aku ingin sekali membelikan itu
untuk Shilla. Batin Gabriel.
Sedetik kemudian, Gabriel tersadar.
Lalu ia mencari hadiah yang pas. Maksudnya, pas untuk
Shilla, juga pas untuk uangnya.
***
“aduh, berasnya sudah habis. Mana aku gak punya uang lagi.”
Ucap Shilla cemas saat melihat tempat berasnya kosong.
Shilla mencoba berfikir keras. Bagaimana ini?
Masalahnya, ia sudah kehabisan uang, dan tidak mungkin ia
mengutang lagi ke warung.
“tapi, kalau aku gak ngehutang, keluargaku mau makan pake
apa?” ucap Shilla.
Dan akhirnya ia pergi ke warung untuk membeli beras.
***
“bu, saya mau ambil beras dulu boleh, bu?” tanya Shilla
hati-hati pada si ibu warung.
Si ibu warung itu mendelik pada Shilla. “gak ada! Hutang lo
udah numpuk. Yang kemaren-kemaren aja belom di bayar.”
“tapi, bu, kalau saya tidak, sayang makan sama apa hari
ini?” kata Shilla.
“bukan urusan saya!”
“bu, tolong bantu saya. Kalau suami saya sudah gajian, saya
pasti bayar kok.”
“suami gajian, suami gajian, eh, suami kamu emang kerja apa
sih, hah? Emang gajinya cukup buat lunasin semua hutang kamu?”
“bu, saya mohon, bu.”
“Enggak! Pergi sana! Kalau gak mampu makanya gak usah
nge-hutang segala! Pergi!” ibu warung itu mendorong tubuh Shilla dengan kasar.
Sampai Shilla tersungkur.
Kebetulan, saat itu Gabriel lewat situ.
Dia langsung berlari untuk menyelamatkan istrinya itu.
“Shilla.” Gabriel berhasil menangkap tubuh Shilla.
“bu! Jangan kasar gitu dong sama istri saya!” bentak
Gabriel.
“Ye.. kenapa lo malah marah-marah begitu? Istri kamu tuh
yang salah! Ngehutang mulu, bisanya!” sewot si ibu warung.
Shilla menahan Gabriel yang udah mulai naik darah.
“udah, Yah..” katanya.
Iel menarik nafasnya. “ayo, kita pulang.” Ajak Gabriel.
***
Pagi-pagi sekali, Gabriel sudah bangun. Sekitar pukul empat
pagi.
Dia sudah pergi ke dapur.
Hari ini.. hari ulang tahun Shilla!
Gabriel berencana membuat sarapan untuk Shilla.
Sarapan sederhana. Hanya nasi goreng dengan telur mata sapi
di atasnya.
PRAK! PRANG! DUSH!
Suara rebut di dapur yang dihasilkan oleh Gabriel itu
membuat Shilla terbangun.
“suara apa itu?” gumamnya. Sedetik kemudian, dia kembali
terlelap tanpa menyadari bahwa suaminya tidak berada di sisinya.
“selesai..” Gabriel bernafas lega.
Masakannya sudah jadi. Dan saat itu juga adzan subuh
berkumandang.
Gabriel buru-buru menyimpan masakannya. Takut-takut Shilla
mengetahuinya saat akan mengambil air wudhu.
Setelah memastikan Shilla masuk kembali ke kamar untuh
sholat subuh, Gabriel cepat-cepat menyimpan masakannya di ruang tamu kecilnya.
Shilla yang baru selesai sholat, mencium wangi sesuatu.
“wangi apa ini?” gumamnya.
Dan saat itu juga, Ray terbangun.
“Bundaaaa….” Rengeknya.
Shilla langsung menggendong Ray ke pangkuannya.
“cup-cup cup..” kata Shilla menenangkan Ray.
KLEK
Shilla membuka pintu kamarnya.
Dan saat itu juga Gabriel sudah berdiri di hadapannya.
“selamat ulang tahun.. selamat ulang tahun.. selamat ulang tahun
bunda.. selamat ulang tahun..”
Shilla sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh
suaminya itu.
Shilla menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Sedangkan
tangan kirinya masih setia menggendong (?) Ray.
“A-ayah..”
“selamat ulang tahun, bundaku.” Gabriel mengecup kening
Shilla dengan lembut.
“kamu.. kamu nyiapin ini semua untuk aku?” tanya Shilla tak
percaya.
Gabriel mengangguk.
Shilla tersenyum bahagia. Air mata bahagiapun keluar dari
kelopak mata indahnya.
“Hei.. kenapa kamu menangis, sayang?” Gabriel merangkul
istrinya itu. “ayo duduk.” Ajak Gabriel sembari menuntun Shilla untuk duduk di
ruang tamu yang kini sudah dihiasi lilin berwarna-warni. Dan.. masakan Gabriel
tadi. Tiga buah piring dengan nasi goring dan telur mata sapi.
“maaf, aku hanya bisa memberimu ini.” Kata Gabriel.
Shilla menyimpan Ray di sebelahnya, lalu berhambur memeluk
suaminya itu.
“hiks..” tangis Shilla pecah.
“makasih, Yah..”
Gabriel mengangguk. “iya, sayang.”
Gabriel mengelus lembut punggung Shilla.
“oh iya, aku punya sesuatu untukmu.” Seru Gabriel.
“tunggu sebentar.” Ujar Gabriel lalu berjalan ke kamarnya,
dan mencari sesuatu di dalam lemari.
“ini..” Gabriel memberikan sebuah kotak kado.
“apa ini?” tanya Shilla.
“buka aja.”
Shilla membuka bungkusan itu.
“Ha.. jilbab!” seru Shilla saat mendapati sebuah jilbab
cantik di dalamnya.
“terima kasih, sayang.” Shilla kembali memeluk Gabriel.
“tunggu, ada lagi.” Kata Gabriel.
Shilla menaikan sebelah alisnya.
“ini.” Gabriel memberikan sebuah kotak kecil.
Shilla meraihnya, lalu membuka bungkus kadonya. Ia sangat
terkejut saat melihat apa isi kado itu.
Sebuah kotak perhiasan.
“Gabriel.. ini?” tanya Shilla menatap Gabriel tak percaya.
Gabriel tersenyum. “bukalah..” ujarnya.
Shilla membuka kotak perhiasan itu. Dan kembali terkejut saat
melihat sebuah kalung di dalamnya.
“yaampun, Ayah! Ini untukku.?”
“tentu saja. Itu untuk istriku yang paling baik, dan
membanggakan.” Jawab Gabriel mantap. “sini, biar aku pakaikan.” Gabriel
mengambil alih kalung itu. Lalu memakakannya di leher Shilla.
“indah sekali.” Ucap Shilla.
“kamu suka?” tanya Gabriel.
“sangat suka!”
Shilla kembali memeluk Gabriel dengan erat.
“aku sangat.. sangat bahagia mempunyai istri sepertimu,
Shilla. Kamu adalah istri yang sabar, tegar, dan baik, Shilla.” Ucap Gabriel
sembari mengelus lembut punggung Shilla.
“kamu mau menerima aku walaupun hidup kita tidak bergelimang
dengan harta.” Lanjut Gabriel. “aku hanya bisa memberikanmu kehidupan yang
sederhana.” Sambungnya.
Shilla melepas pelukannya.
“aku tidak butuh bergelimang harta. Yang aku butuhkan
hanyalah kasih sayang. Bagiku, memiliki kamu, dan Ray, adalah kebahagiaan
untukku. Dan kalian berdua, adalah harta yang sangat berharga untukku, melebihi
apapun.” Ucap Shilla. Shilla melirik anaknya itu.
“selamat ulang tahun, bunda.” Ucap Ray.
Shilla dan Gabriel langsung tertawa mendengar ucapan anaknya
itu.
“hahaha…”
Merekapun saling berpelukan.
Keluarga kecil, dengan segala kesederhanaannya, namun dengan
semua kebagiaannya.
Ulang tahun Shilla kali ini, terasa lebih mengesankan di
bandingkan ulang tahun-ulang tahunnya sebelumnya.
“I love you, Shilla..”
“I love you too, Gabriel..”
Terharu..:(
BalasHapusgue suka statement lo.. bener langit itu tinggi gak bisa di raih.. mau ke angkasa aja harus pake kapal.. kalau kusen kan atap rumah tuh jadinya bisa di capai.. tinggal naik lewat tangga haha
BalasHapusnumpang promo yaa kunjungi blog gue yaa: obat kista tradisional