Blogger Widgets

Minggu, 15 September 2013

“Kalian, adalah kebahagiaan untukku” #Shiel

This is shortstory special for #16thAshillAmazing
Ini cerpen yang saya post di facebook pas Ulang tahun Ashilla my twins yang ke-16 tahun :)
Dan sekarang saya repost. Hehehe

Selamat membacaaaa!!


.
.
.
“Bunda, Ray pengen makan.” Ucap seorang anak lelaki yang baru berumur 4 tahun itu.
Wanita yang di sebut Bunda itu mengelus lembut rambut puteranya itu.
Wanita itu sedikit menitikan air matanya. Lalu cepat-cepat menghapusnya kembali.
“sebentar ya, nak. Bunda ambilkan dulu.”
Anak yang bernama Ray itu mengangguk dengan lucu.

Shilla –wanita tadi berjalan menuju dapur kecilnya.
Ia membuka penutup makanan (?) di meja makannya.
“hh..” ia mendesah pelan. “nasinya sudah mau abis. Sekarang masih pagi. Gimana buat makan nanti siang dan malam ya?” ucapnya bingung sendiri.
Shilla mengambil nasi dari tempatnya dan di simpan (?) di piringnya. Dan menambahkan beberapa lauk pauk seperti tahu dan tempe di atasnya.
Shilla berjalan kembali menuju anaknya, Ray.

“sebentar ya, bunda tinggal dulu.” Ucapnya dengan halus. “Ray bisa makan sendiri ‘kan?” tanyanya.
Ray mengangguk. “bisa dong.. Ray ‘kan udah gede. Ray kan pinter.” Jawabnya dengan bangga.
Shilla tertawa kecil mendengar jawaban dari anaknya itu.

Shilla itu bangkit dari duduknya. Lalu berjalan ke kamarnya.
KLEK.
Pintu kamar terbuka.
“Yah.”
“Eh? Shilla.”
Shilla tersenyum pada suaminya.
“ada apa?” tanya suaminya yang bernama Gabriel itu.
Shilla duduk di pinggir tempat tidur sederhananya. Lalu menatap suaminya itu.
“uang belanja untuk minggu ini sudah habis.” Kata Shilla.
Gabriel yang sedang merapikan rambutnya langsung terdiam. Menatap istrinya.

“Ray pengen makan. Tapi makanan di rumah sudah habis. Aku gak mungkin ngehutang lagi ke warung. Hutangku sudah banyak.” Ucap Shilla panjang lebar.
Gabriel menelan ludahnya dengan susah. Lalu duduk di sebelah istrinya.
“tapi, aku belum dapat gaji di minggu ini.” Kata Gabriel.
Shilla menundukkan kepalanya.
Gabriel memeluk istrinya itu.
“Maaf. Aku belum bisa memberi yang terbaik untukmu, Shill.” Ucap Gabriel merasa bersalah.
Shilla menangis dalam dekapan suaminya.
“seharusnya aku tidak memaksa untuk tetap menikah denganmu, Shill. Seharusnya aku tidak membawamu ka—“
“hentikan, Yel.” Shilla memotong perkataan Gabriel. “ini bu-bukan salah kamu. Ini.. salah aku.”

Shilla dan Gabriel. Sepasang suami istri yang menikah di usia muda.

#FLASHBACK

Gabriel dan Shilla. Sepasang kekasih yang sudah menjalin cinta selama 4 tahun ini, memutuskan untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.
Tetapi, hubungan mereka tidak di setujui oleh Ayah Shilla, begitupun Ayah Gabriel.
Alasannya cukup rumit.
Perbedaan Agama! Ya, Shilla dan Gabriel mempunyai kepercayaan yang berbeda.
Namun, berbeda dengan Ibunda mereka yang setuju-setuju saja. Demi kebahagiaan anak-anaknya.
Shilla dan Gabriel sudah mencoba membujuk, dan memohon Ayah mereka. Namun, Ayah mereka sangat keras kepala. Dan sama sekali tidak mau menghianati kepercayaan mereka.
Shilla dan Gabriel memutuskan untuk tetap menikah walaupun tidak mendapat restu dari Ayahanda mereka. Dan, walaupun pernikahan mereka ini dapat di katakana pernikahan muda karena Shilla baru ber umur 20 tahun, sedangkan Gabriel berumur 22 tahun.
Mereka menikah secara resmi dan sah. Walaupun,  Ayah mereka tetap tidak mau memberikan restu.
Pernikahan berjalan cukup lancar.
Tetapi, esoknya, Ayah Shilla sama sekali tidak mau menerima Shilla dan Gabriel.
“Pergi! Saya tidak sudi menerima kalian disini!” bentak Ayah Shilla.
“Ayah, tapi Shilla—“
“cukup! Jangan panggil saya Ayah! Saya bukan Ayah kamu! Saya tidak sudi punya anak seperti kamu. Kamu BUKAN ANAK SAYA LAGI.”
DEG!
Hati Shilla bagai tersambar petir.
Shilla sangat, sangat sakit hati. Ibu Shilla sudah mencoba membujuk Ayah Shilla agar menarik perkataannya itu. Namun, tetap tidak bisa.
Gabriel merangkul istrinya itu. Mencoba untuk menenangkannya.
“Pergi! Pergi sana!”

Shilla dan Gabriel pergi meninggalkan rumah Shilla. Mereka memutuskan untuk tinggal sementara di rumah Gabriel.
“kita ke rumah aku saja, ya.” Kata Gabriel.
Shilla hanya mengangguk.

Sesampainya mereka di rumah Gabriel, mereka memang di sambut dengan baik. Apalagi oleh Ibu Gabriel.
Tetapi, saat Ayah Gabriel datang, merek di bentak habis-habisan.
“Ngapain kalian kesini?” tanya Ayah Gabriel dengan membentak.
“Iel mau tinggal disini dulu, Pa. untuk sementara.” Jawab Gabriel.
“Apa? Tinggal disini? Tidak! Tidak boleh!” jawab Ayah Gabriel. “saya tidak mau melihat wajah kalian berdua. Lebih baik kalian pergi! Pergi dari sini!”
Gabriel mendongakkan kepalanya menatap Ayahnya.
“Pa—“
“Pergi! Saya tidak sudi punya anak yang menikah dengan wanita yang berbeda Agama. Pergi!”
Ibu Gabriel mati-matian untuk membujuk Ayah Gabriel. Namun, hasilnya nihil. Mereka tetap harus pergi.

“kita mau kemana?” tanya Shilla. Ia terisak.
Gabriel memutar stir mobilnya. Sebenarnya, masih untung Ayah Gabriel tidak sampai mengambil mobilnya itu.
“cari tempat tinggal yang tenang.” Jawab Gabriel.
Shilla hanya terdiam dan menurut saja.

Sampai akhirnya, mereka menemukan sebuah tempat dimana di sana banyak sekali rumah kontrakan.
Shilla dan Gabriel memutuskan untuk tinggal di rumah kontrakan itu.
Rumah kontrakan yang sangat sederhana, namun sangat nyaman.

Gabriel memutuskan untuk mencari kerja. Sebab, tak mungkin ia di izinkan bekerja di perusahaan Papanya.
Sayang, Gabriel tidak bisa di terima di sebuah perkantoran. Ia hanya bisa bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik. Penghasilannya tidak seberapa. Namun, cukuplah untuk menghidupi keluarga barunya.
Setelah beberapa minggu kemudian, Shilla mengalami mual dan muntah. Dan saat di periska di dokter, ternyata Shilla hamil.
“mas, aku hamil.” Ucap Shilla.
Shilla dan Gabriel sangat bahagia akan hal itu.
Sembilan bulan berlalu. Saat Shilla akan melahirkan, keadaan ekonominya sangat memprihatinkan.
Mobil mewah Iel, terpaksa harus di jual demi membiayai persalinan Shilla.

Akhirnya, bayi itu lahir. Dan di beri nama Raynald Prasetya Damanik.
Dan kini, anak itu sudah tumbuh menjadi anak laki-laki yang lucu dan menggemaskan yang baru berusia empat tahun.

#FLASHBACK OFF

***

Shilla mencium punggung tangan suaminya.
“aku pergi kerja dulu. Hati-hati, ya.” Gabriel mencium kening Shilla. Lalu mengacak pelan rambut Ray, yang kini sedang di gendong Shilla.
“jangan nakal, ya. Ayah berangkat dulu.” Kata Gabriel.
Gabriel tersenyum. Lalu pergi untuk bekerja.
Shilla tersenyum menatap kepergian suaminya itu. Sosok yang sangat ia cintai dan banggakan.

“sayang, sekarang Bunda mau ke rumah Bu Gita, ya. Bunda mau nyuci.” Kata Shilla pada Ray.
Ray hanya mengangguk sambil mengunyah biskuitnya.
“Ray mau ikut, ya, Bun.” Kata Ray.
Shilla mengangguk lalu masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap ke rumah bu Gita.

Shilla bekerja sebagai tukang cuci, demi membantu kehidupan keluarganya.
‘kan lumayan untuk makan sehari-hari.

***

Gabriel telah sampai di pabrik tempat ia bekerja.
“hai, Yel.” Sapa salah seorang teman kerja Gabriel. Sebut saja Goldi.
“Eh, hai, Goldi.”
Iel mulai bersiap untuk masuk ke ruang bagiannya. Ia bekerja di sebuah pabrik yang berada tak jauh dari tempat tinggalnya.
Saat masuk ke ruang itu, Gabriel melihat sebuah calendar yang memang sengaja di temple di dekat pintu.
Gabriel memperhatikan kalender itu dengan seksama. Di bulan Februari.
“23, 24, 25. Ah! Tiga hari lagi!” Gabriel berseru saat melihat tanggal itu.
“aku harus cepat-cepat mencari barang itu. Ya. Untuk kamu Shilla.” Gumam Gabriel.

***
“Assalamualaikum..” Shilla mengetuk pintu rumah bu Gita.
Ray ikut-ikutan mengetuk pintu. “samlikum..” ucapnya.
Shilla tertawa geli melihat tingkah anaknya itu.

Pintu rumah mulai di buka.
“Ya?” keluar seorang wanita paruh baya, yang tak lain adalah Ibu Gita.
“Bu, saya mau mencuci baju-baju di rumah Ibu.” Kata Shilla.
“Iya. Silahkan masuk.” Kata bu Gita dengan ramah.
Shilla masuk ke rumah bu Gita yang cukup besar itu, dengan masih menggendong Ray.

“Ray diem, ya. Jangan nakal. Bunda mau menyuci dulu.” Ujar Shilla sembari menyuruh Ray duduk di sebuah kursi kecil yang Shilla simpan di dekat pintu kamar mandi, agar tetap dalam pengawasan Shilla.
Shilla mulai mencuci baju-baju kotor itu. Sambil sesekali memperhatikan Ray.
Ray Nampak anteng (?) saja. Shilla tersenyum melihat anaknya itu.
Rasanya, semua rasa lelah tidak terasa saat melihat buah hatinya itu.
Ray, bunda sayang banget sama kamu. Andai kamu bisa bertemu dengan nenek dan kakek, kamu pasti akan senang, anakku. Batin Shilla.
Shilla mengelus pucuk kepala anaknya itu dengan lembut. Dan airmatanya pun mengalir. Air mata kesedihan.

***

Sepulang kerja, Gabriel langsung mampir ke sebuah pasar. Ia pulang pukul 16.30. jadi, pasar masih lumayan ramai lah..
Gabriel berkeliling di sekitar pasar. Mencari sesuatu yang pas untuk Shilla.
Ya. Tanggal 25 Februari adalah hari ulang tahun Shilla.
Ulang tahun istrinya yang ke 25 tahun.
Gabriel berniat untuk memberikan hadiah kepada istrinya.
Sebenarnya, sudah tiga bulan terakhir ini Gabriel menabung mati-matian untuk membeli kado ulang tahun istrinya.
Bukannya ia mengirit, pelit, atau sebagainya saat Shilla meminta uang belanja, hanya saja, Gabriel tidak mau sampai rencananya gagal.

“ah, itu! Bagus banget.” Ucap Gabriel saat mampir ke sebuah toko baju-baju muslim dan sebagainya.
“cari apa, mas?” tanya seorang penjual disana.
Gabriel terhenyak.
“Jilbab itu.. berapa, mbak?” tanya Gabriel sembari menunjuk sebuah jilbab cantik yang berwarna merah muda.
“oh, yang itu seratus lima puluh ribu, mas.”
“Hah? Mahal banget, mbak.” Gabriel langsung melemas.
“memang harganya segitu.” Kata si penjual.
Gabriel berfikir sejenak.
Kalau aku membelikan Shilla jilbab ini, apa uangnya cukup buat beli ‘itu’ juga?, pikir Gabriel.
“gimana, mas? Mau gak?” tanya penjual itu.
“mm.. lain kali aja deh, bu.”

***

“makan sama apa malam ini?” tanya Gabriel.
Shilla berbalik menuju dapur.
“hanya tempe tahu, dan ikan. Gak papa ‘kan?” tanya Shilla.
Gabriel tersenyum. “tidak apa-apa. Apapun makanannya, asal bikinan kamu, pasti enak.” Kata Iel.
Senyum manis mengembang di bibir Shilla.

Shilla mulai menyimpan semua hidangan makan malam mereka yang sederhana itu.
Ray masih sibuk dengan mobil-mobilannya.

Shilla mengambil piring dan menyimpan nasi beserta lauk pauknya di piring itu. Lalu memberikannya pada Gabriel.
“ini..” kata Shilla sembari memberikan sepiring makanan itu.
“terima kasih.” Ucap Gabriel.

Mereka makan dengan tenang. Tanpa ada obrolan di sela-sela makannya. Tumben sekali.

Glek.
Gabriel meneguk air minumnya.
Mereka sudah selesai makan.
“Shill.” Panggil Gabriel.
“Ya?” sahut Shilla.
“maafkan aku.”
Shilla yang sedang membereskan piring-piringnya langsung terdiam dan menatap Gabriel.
“untuk apa?”
“aku.. belum bisa menjadi suami yang baik untukmu.”
Shilla terdiam. “sudahlah. Berhenti untuk berkata seperti itu.” Kata Shilla. “kau adalah suami terbaik untukku. Kau suami terhebat.” Sambung Shilla diiringi senyum manisnya.
“apa kau bahagia hidup bersamaku?” tanya Gabriel.
Shilla tersenyum. “aku bahagia. Sangat.. sangat bahagia.”
“Ya. Aku juga.” Kata Gabriel.
“.....”
“Shilla. Apa kamu merindukan orang tua mu?” tanya Gabriel, menatap istrinya itu dalam.
Shilla menghela nafasnya berat. “sangat. Aku sangat merindukan mereka.” Kata Shilla. “dua hari lagi, umurku bertambah.”
Gabriel menatap Shilla penuh arti saat Shilla berkata seperti itu.
“aku ingin sekali ayah dan Ibuku mengucapkan selamat ulang tahun untukku.” Kata Shilla. Tidak terasa, air matanya mengalir.
Gabriel langsung memeluk istrinya itu dengan erat.

***

Hari ini adalah hari minggu.
Siang ini, Gabriel berencana untuk kembali ke pasar. Untuk mencari kado, untuk Shilla.
Gabriel membawa semua uang tabungannya. Besok ulang tahun Shilla. Dan ia harus segera membeli hadiah itu.

Gabriel sampai di sebuah toko perhiasan.
Ia melihat sebuah kalung cantik yang berkilau.
“Waw..” ucapnya takjub.
Andai saja uangku lebih, aku ingin sekali membelikan itu untuk Shilla. Batin Gabriel.
Sedetik kemudian, Gabriel tersadar.
Lalu ia mencari hadiah yang pas. Maksudnya, pas untuk Shilla, juga pas untuk uangnya.

***

“aduh, berasnya sudah habis. Mana aku gak punya uang lagi.” Ucap Shilla cemas saat melihat tempat berasnya kosong.
Shilla mencoba berfikir keras. Bagaimana ini?
Masalahnya, ia sudah kehabisan uang, dan tidak mungkin ia mengutang lagi ke warung.
“tapi, kalau aku gak ngehutang, keluargaku mau makan pake apa?” ucap Shilla.
Dan akhirnya ia pergi ke warung untuk membeli beras.

***

“bu, saya mau ambil beras dulu boleh, bu?” tanya Shilla hati-hati pada si ibu warung.
Si ibu warung itu mendelik pada Shilla. “gak ada! Hutang lo udah numpuk. Yang kemaren-kemaren aja belom di bayar.”
“tapi, bu, kalau saya tidak, sayang makan sama apa hari ini?” kata Shilla.
“bukan urusan saya!”
“bu, tolong bantu saya. Kalau suami saya sudah gajian, saya pasti bayar kok.”
“suami gajian, suami gajian, eh, suami kamu emang kerja apa sih, hah? Emang gajinya cukup buat lunasin semua hutang kamu?”
“bu, saya mohon, bu.”
“Enggak! Pergi sana! Kalau gak mampu makanya gak usah nge-hutang segala! Pergi!” ibu warung itu mendorong tubuh Shilla dengan kasar. Sampai Shilla tersungkur.

Kebetulan, saat itu Gabriel lewat situ.
Dia langsung berlari untuk menyelamatkan istrinya itu.
“Shilla.” Gabriel berhasil menangkap tubuh Shilla.
“bu! Jangan kasar gitu dong sama istri saya!” bentak Gabriel.
“Ye.. kenapa lo malah marah-marah begitu? Istri kamu tuh yang salah! Ngehutang mulu, bisanya!” sewot si ibu warung.
Shilla menahan Gabriel yang udah mulai naik darah.
“udah, Yah..” katanya.
Iel menarik nafasnya. “ayo, kita pulang.” Ajak Gabriel.

***

Pagi-pagi sekali, Gabriel sudah bangun. Sekitar pukul empat pagi.
Dia sudah pergi ke dapur.
Hari ini.. hari ulang tahun Shilla!
Gabriel berencana membuat sarapan untuk Shilla.
Sarapan sederhana. Hanya nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya.

PRAK! PRANG! DUSH!
Suara rebut di dapur yang dihasilkan oleh Gabriel itu membuat Shilla terbangun.
“suara apa itu?” gumamnya. Sedetik kemudian, dia kembali terlelap tanpa menyadari bahwa suaminya tidak berada di sisinya.

“selesai..” Gabriel bernafas lega.
Masakannya sudah jadi. Dan saat itu juga adzan subuh berkumandang.

Gabriel buru-buru menyimpan masakannya. Takut-takut Shilla mengetahuinya saat akan mengambil air wudhu.
Setelah memastikan Shilla masuk kembali ke kamar untuh sholat subuh, Gabriel cepat-cepat menyimpan masakannya di ruang tamu kecilnya.

Shilla yang baru selesai sholat, mencium wangi sesuatu.
“wangi apa ini?” gumamnya.
Dan saat itu juga, Ray terbangun.
“Bundaaaa….” Rengeknya.
Shilla langsung menggendong Ray ke pangkuannya.
“cup-cup cup..” kata Shilla menenangkan Ray.
KLEK
Shilla membuka pintu kamarnya.
Dan saat itu juga Gabriel sudah berdiri di hadapannya.

“selamat ulang tahun.. selamat ulang tahun.. selamat ulang tahun bunda.. selamat ulang tahun..”
Shilla sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu.
Shilla menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih setia menggendong (?) Ray.
“A-ayah..”
“selamat ulang tahun, bundaku.” Gabriel mengecup kening Shilla dengan lembut.
“kamu.. kamu nyiapin ini semua untuk aku?” tanya Shilla tak percaya.
Gabriel mengangguk.
Shilla tersenyum bahagia. Air mata bahagiapun keluar dari kelopak mata indahnya.

“Hei.. kenapa kamu menangis, sayang?” Gabriel merangkul istrinya itu. “ayo duduk.” Ajak Gabriel sembari menuntun Shilla untuk duduk di ruang tamu yang kini sudah dihiasi lilin berwarna-warni. Dan.. masakan Gabriel tadi. Tiga buah piring dengan nasi goring dan telur mata sapi.

“maaf, aku hanya bisa memberimu ini.” Kata Gabriel.
Shilla menyimpan Ray di sebelahnya, lalu berhambur memeluk suaminya itu.
“hiks..” tangis Shilla pecah.

“makasih, Yah..”
Gabriel mengangguk. “iya, sayang.”
Gabriel mengelus lembut punggung Shilla.

“oh iya, aku punya sesuatu untukmu.” Seru Gabriel.
“tunggu sebentar.” Ujar Gabriel lalu berjalan ke kamarnya, dan mencari sesuatu di dalam lemari.

“ini..” Gabriel memberikan sebuah kotak kado.
“apa ini?” tanya Shilla.
“buka aja.”
Shilla membuka bungkusan itu.
“Ha.. jilbab!” seru Shilla saat mendapati sebuah jilbab cantik di dalamnya.
“terima kasih, sayang.” Shilla kembali memeluk Gabriel.
“tunggu, ada lagi.” Kata Gabriel.
Shilla menaikan sebelah alisnya.
“ini.” Gabriel memberikan sebuah kotak kecil.
Shilla meraihnya, lalu membuka bungkus kadonya. Ia sangat terkejut saat melihat apa isi kado itu.
Sebuah kotak perhiasan.
“Gabriel.. ini?” tanya Shilla menatap Gabriel tak percaya.
Gabriel tersenyum. “bukalah..” ujarnya.
Shilla membuka kotak perhiasan itu. Dan kembali terkejut saat melihat sebuah kalung di dalamnya.
“yaampun, Ayah! Ini untukku.?”
“tentu saja. Itu untuk istriku yang paling baik, dan membanggakan.” Jawab Gabriel mantap. “sini, biar aku pakaikan.” Gabriel mengambil alih kalung itu. Lalu memakakannya di leher Shilla.
“indah sekali.” Ucap Shilla.
“kamu suka?” tanya Gabriel.
“sangat suka!”
Shilla kembali memeluk Gabriel dengan erat.
“aku sangat.. sangat bahagia mempunyai istri sepertimu, Shilla. Kamu adalah istri yang sabar, tegar, dan baik, Shilla.” Ucap Gabriel sembari mengelus lembut punggung Shilla.
“kamu mau menerima aku walaupun hidup kita tidak bergelimang dengan harta.” Lanjut Gabriel. “aku hanya bisa memberikanmu kehidupan yang sederhana.” Sambungnya.
Shilla melepas pelukannya.
“aku tidak butuh bergelimang harta. Yang aku butuhkan hanyalah kasih sayang. Bagiku, memiliki kamu, dan Ray, adalah kebahagiaan untukku. Dan kalian berdua, adalah harta yang sangat berharga untukku, melebihi apapun.” Ucap Shilla. Shilla melirik anaknya itu.
“selamat ulang tahun, bunda.” Ucap Ray.
Shilla dan Gabriel langsung tertawa mendengar ucapan anaknya itu.
“hahaha…”
Merekapun saling berpelukan.
Keluarga kecil, dengan segala kesederhanaannya, namun dengan semua kebagiaannya.
Ulang tahun Shilla kali ini, terasa lebih mengesankan di bandingkan ulang tahun-ulang tahunnya sebelumnya.

“I love you, Shilla..”
“I love you too, Gabriel..”



THE END

2 komentar:

  1. gue suka statement lo.. bener langit itu tinggi gak bisa di raih.. mau ke angkasa aja harus pake kapal.. kalau kusen kan atap rumah tuh jadinya bisa di capai.. tinggal naik lewat tangga haha


    numpang promo yaa kunjungi blog gue yaa: obat kista tradisional

    BalasHapus

 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template