Blogger Widgets

Minggu, 15 September 2013

“Seniorku” #Cakshill

This is shortstory special for #16thAshillAmazing
Ini cerpen yang saya post di facebook pas Ulang tahun Ashilla my twins yang ke-16 tahun :)
Dan sekarang saya repost. Hehehe

Selamat membacaaaa!!



.
.

Koridor sekolah masih sangat sepi pagi ini.
Angin yang berhembus kian menyeruak, membuat tubuh terasa menggigil.
Seorang anak laki-laki tengah berjalan cepat di koridor kelas XI.

“ayo cepat, Cakka!” ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Laki-laki bernama Cakka itu kemudian berhenti di depan sebuah kelas. Kelas XI-1 yang berada di paling pojok.
Cakka menatap sekelilingnya.
Lalu masuk dengan hati-hati dan mengendap-ngendap ke dalam kelas itu.

Cakka berdiri di depan sebuah meja yang ada di barisan ke 3 dari pintu, di bangku ke 2.
Cakka menyimpan sesuatu di atas mejanya.
Kelas itu masih sangat sepi.
Belum ada seorang anak pun yang sudah datang di sana.

Cakka meletakkan setangkai bunga mawar beserta sebuah surat disana.
Setelah memastikan sudah tersimpan, Cakka beranjak untuk keluar dari kelas itu.

“fiuh..” Cakka bernafas lega saat keluar dari kelas itu.
“semoga kak Shilla suka.” Ucapnya. Lalu berjalan dengan riang menuju kelasnya, yaitu kelas X-1.

Sebenarnya, tadi itu bukan kelas Cakka. Tetapi, kelas Shilla.
Ya. Shilla adalah kakak kelas Cakka, sekaligus ketua OSIS di sekolahnya.
Perempuan yang selama ini telah mencuri hati Cakka.
Semenjak Cakka masuk ke sekolah ini, perempuan itu selalu ada di bayang-bayang Cakka.
Cakka yakin kalau ia jatuh cinta pada gadis itu.
Seniornya.

***

Sekolah sudah mulai ramai.
Tetapi, gadis ini baru sampai di depan gerbang sekolahnya.
Gadis itu berjalan dengan grasa-grusu menuju kelasnya.
Sambil menenteng beberapa buku paket di tangannya.

“ya ampuuun.. kenapa gue bisa ke siangan gini sih, ah!” gerutunya.
Ia berjalan dengan cepat menuju kelasnya.

“sebentar lagi nyampe.” Ucapnya bersemangat.
Ia tinggal berbelok dan sam—

BRUKK!
“aww..” gadis itu memekik saat tubuhnya terjatuh beserta barang-barangnya.

“aduuh.. maaf, gue gak sengaja.” Ucap seorang lelaki.
Shilla mendongakkan kepalanya.
Lalu menghela nafasnya.
Laki-laki itu terlihat sangat terkejut saat melihat wajah Shilla.

“makanya, kalo jalan tuh liat-liat dong!” omel Shilla.
Anak lelaki itu mencoba bersikap seperti biasa saja.
 Lalu mengulurkan tangannya di depan wajah Shilla.
“biar gue bantu, kak.” Ujarnya.
Shilla melengos. Tetapi, akhirnya ia menerima uluran tangan anak itu.
Shilla berdiri dibantu anak tadi.
“makasih.” Ucap Shilla.
Shilla membersihkan bagian belakang tubuhnya. Sedangkan anak tadi memunguti buku-buku Shilla yang tadi berjatuhan.

“sekali lagi, maaf ya, kak.” Ucapnya.
Shilla mengangguk-ngangguk. “iya, gapapa.” Jawabnya sembari mengambil buku-buku dari anak tadi.

Shilla membaca name-tag di kemeja sebelah kanan anak itu.
“Cakka Nuraga.” Bacanya.
Cakka mendongak menatap Shilla.
“nama yang bagus.” Ucap Shilla lalu memamerkan senyumannya.
Cakka mematung. menatap Shilla tak percaya.

***

“Alviiiiinnnn!!!!!!!”
Alvin menutup kedua kupingnya saat mendengar teriakan dari ambang pintu kelas.

“Cakka! Gak usah teriak-teriak juga kali!” ucap Alvin sebal.
Cakka berlari kea rah bangku Alvin.
Dengan hebohnya, Cakka menggebrak-gebrak meja Alvin sekaligus mejanya itu.

“huaaaa Alvin.. gue seneng banget!!!” seru Cakka.
“hey! Sabar dulu dong, bro. kenapa, kenapa? Cerita sama gue!” ujar Alvin.
Cakka menarik ulur nafasnya. Lalu duduk di sebelah Alvin –sahabatnya itu-.

“jadi, apa yang terjadi sama elo?” tanya Alvin.
“Alvin! Tadi gue tabrakan sama Shilla!” kata Cakka.
“hah? Tabrakan?” tanya Alvin.
Cakka mengangguk antusias.
Alvin membolak-balikan wajah Cakka. Lalu menatapnya dengan aneh.
Cakka mengerutkan kening heran menatap sahabatnya itu.

“kenapa?” tanya Cakka.
“kalo lo tabrakan, kok lo gak kenapa-napa sih? Gak ada lecet atau darah sedikitpun.”
TUING
Cakka menoyor sahabatnya itu.
“Alvin, sumpah deh. Gue kasian banget sama lo. Lo itu ganteng, tapi, kenapa otak lo odong?” ucap Cakka. #juststoryAlvz:Dv
Alvin memanyunkan bibirnya.
“Vin, Shilla senyum sama gue, Vin. Senyum, Vin. Hoaaa..” seru Cakka dengan hebohnya sambil mengguncang tubuh Alvin.
“eehh, Cakka stop! Sakit tau!” kata Alvin.
Cakka menghentikan ulahnya.
“kak Shilla bilang apa sama lo?” tanya Alvin.
“dia bilang gini, ‘Cakka Nuraga. Nama yang bagus’. Gitu cobaaaa.. aduh gue seneng banget.” Cerita Cakka.
“mana dia pake senyum segala lagi sama gue.” Lanjut Cakka dengan perasaan yang berbunga-bunga.
Alvin Cuma geleng-geleng kepala melihatnya.

***

“Shilla!” panggil Sivia saat melihat Shilla yang baru sampai di kelasnya.
Shilla berjalan tergopoh-gopoh menuju bangkunya.

“Shilla, kok lo telat sih? Lo tau? Tadi tuh ada rapat dadakan di ruang OSIS. Dan kita nunggu lo lamaaa banget. Tapi lo gak dating-dateng. Yaudah, akhirnya kita rapat di pimpin sama Gabriel wakil lo. Lo kemana aja sih, Shill? Kenapa lo telat? Lo bangun kesiangan?” cerocos Sivia tanpa henti.
Shilla menutup kupingnya.
“Siviaaaa.. bisa gak sih, sehariii aja lo itu gak cerewet!” balas Shilla.
Sivia memanyunkan bibirnya.

“Hhh..” Shilla menghempaskan tubuhnya dan menyender ke tubuh Sivia.
“iihhh.. Shilla! Berat tau!” gerutu Sivia.
“capek, Vi.” Ucap Shilla.
“yayaya.. gue tau.” Sahut Sivia.
“oh ya, ada kiriman lagi?” tanya Shilla.
Sivia mengangguk.
“nih, ada setangkai bunga mawar merah beserta sepucuk surat cinta.” Sivia memberikan setangkai mawar merah dan sepucuk surat yang ia maksud tadi.
Shilla mengambilnya.
“mm.. wangi.” Ucapnya saat mencium mawar itu. Shilla beralih ke surat yang kini di pegangnya.
Lalu ia buka dan membacanya.

Selamat pagi kakak Cantik.
Semoga harimu indah, kak.

CKN

Shilla tersenyum setelah membacanya.
Adik kelas ini! Selalu aja bisa bikin gue senyum-senyum sendirian, batin Shilla.

“Oh iya, Shill.” Seru Sivia yang langsung membuyarkan lamunan Shilla.
Shilla menoleh. “apaan?”
“undangan ulang tahun lo mau di sebar kapan? Lo mau undang siapa aja? Terus mau sama siapa yang nyebarnya?” tanya Sivia panjang lebar.
Shilla melengos. “gak bisa satu-satu apa bu, nanyanya?”
“Hehe..” Sivia Cuma nyengir.

***

“sumpah gue laper banget. Vin!” ucap Cakka sembari memegangi perutnya yang udah gak tahan minta diisi. Untung saja bel istirahat sudah berbunyi.
Alvin menarik tangan Cakka.
“ayo capcuuuusss…” seru Alvin dan berlari bersama Cakka.

Sesampainya dikantin, Alvin dan Cakka duduk di sebuah bangku yang berada di dekat pintu keluar-masuk kantin.
“lo mau pesen apa?” tanya Alvin.
“mie ayam.”
“oke.” Alvin langsung beranjak untuk memesan makanan.
Cakka menyenderkan punggungnya di kursi. Sambil memperhatikan murid-murid yang hilir mudik keluar-masuk kantin.
Cakka tertawa kecil saat melihat beberapa anak yang tabrakan disana.
“hahaha..” tawanya.
Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu disana.
Cakka terlonjak dari kursinya.
“Shilla.” Ucapnya saat melihat seorang wanita tengah bergandengan tangan dengan seorang lelaki. Sedangkan teman wanitanya berjalan di belakangnya.
“itu ‘kan.. Gabriel!” seru Cakka saat mengetahui lelaki yang bersama Shilla itu.
Mata Cakka mengikuti arah mereka sampai duduk di bangku dan bercengkrama.

Cakka merasa wajahnya memanas. Hatinya pun berdebar tidak karuan.
Dia.. cemburu!

BRAAKK!!
Cakka menggebrak mejanya, membuat hampir semua mata tertuju padanya.
Cakka beranjak pergi meninggalkan kantin.
Alvin yang sedang berada di tempat mie ayam (?) kebingungan sendiri.
Tetapi, sedetik kemudian, Alvin berlari mengejar Cakka, dengan beberapa makanan ringan di tangannya.
***

kress.. kress..
“oh.. iya, gue ngerti kok perasaan lo.” Alvin menepuk pundak Cakka yang kini sedang termenung di bangkunya –di kelas-.
Cakka menundukkan kepalanya. “kalo ternyata kak Gabriel memang pacarnya kak Shilla, gimana, Vin?” tanya Cakka dengan parau.
Alvin memandang Cakka iba.
Kress.. kress..
“lo berdoa aja, semoga Gabriel tuh bukan siapa-siapanya kak Shilla.” Ujar Alvin.

Kress.. kress..
Cakka menoleh malas pada Alvin. Dan menatapnya tajam. “bisa diem gak? Jangan makan mulu! Berisik tau!”
Alvin langsung kicep.
“abisnya gue laper.” Kata Alvin.
“tapi kalo lo ngunyah sampe segitunya, gue jadi enek dengernya. Krenyes krenyes begitu.” Timpal Cakka.
Alvin mendengus sebal pada Cakka.

“jadi, kapan lo bakal nembak kak Shilla?” tanya Alvin.
Cakka menopang dagunya. “gak tau.”
“kok gak tau?”
“gue.. belum punya nyali.” Jawab Cakka.
Alvin melongos. “menurut gue sih, mending secepatnya, Kka.” Ujar Alvin. “kalo enggak, kak Shilla bisa keburu jadi milik Gabriel, lho.”
Cakka mendengus. “bener juga, sih.”
“terus? Menurut lo, kapan gue harus nembak dia?” tanya Cakka meminta saran.

Alvin mengusap-ngusap dagunya. Gaya berpikir ala orang dewasa.
“gimana, kalau pas ulang tahunnya aja.” Seru Alvin.
Cakka berfikir sejenak. “ulang tahun?”
“iya. dua hari lagi ‘kan, Shilla ulang tahun.” Sambung Alvin.
Cakka tersenyum lebar.
“bagus juga ide lo, Vin. Tapi, Dari mana lo tau?” tanya Cakka.
“tadi ada anak-anak cewek yang lagi ngerumpi. Shilla ulang tahun lusa nanti. Tapi, karena lusa itu hari senin, jadi dia rayain ulang tahunnya tanggal 24. Hari minggu malam. Dan katanya sih, siapapun yang di kenal Shilla, walaupun dia gak akrab sama Shilla, bakal di undang sama dia.” Jelas Alvin.
“terus, apa gue juga di undang?”
Alvin mengedikkan bahu. “tau dah.. lo merasa Shilla kenal sama lo?”
“aissh..”

***

Bel pulang sekolah telah berkumandang (?)
Cakka cepat-cepat membereskan barang-barangnya.
“mau kemana, Kka? Cepet-cepet amat beresinnya?” tanya Alvin.
Cakka memakai ransel hijaunya itu. “Mama suruh gue pulang cepet. Biasa, minta di temenin belanja.” Jawabnya.
Alvin membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut mengerti.

“Cakka, Alvin!”
Alvin dan Cakka langsung menoleh ke sumber suara yang terdengar dari ambang pintu kelas.
Seorang perempuan tengah berdiri disana. Lalu berlari kea rah Cakka dan Alvin.
“ini, untuk kalian.” Gadis manis itu memberikan dua buah surat yang berwarna merah muda.
Cakka dan Alvin saling berpandangan heran. Namun, sedetik kemudian mereka mengambil surat itu.
“makasih Ify.” Ucap Alvin pada gadis bernama Ify, itu.

Cakka membuka amplopnya, dan mulai membaca isi suratnya.
“…..Ashilla Zahranti-a-ra.” Cakka langsung terpaku saat membaca tulisan yang berada paling akhir.
Alvin menaikan sebelah alisnya saat melihat perubahan wajah Cakka.
“kenapa, Kka?”
“gue—gue di undang ke acara ulang tahun kak Shilla.”
Alvin membulatkan matanya. “APAH?”

***

Cakka memasang tampang kesalnya saat mamanya masih saja sibuk memilih-milih baju di butik.
Padahal, sudah banyak baju yang dibelinya. Cakka saja sampe pegal bawa semua belanjaan Mamanya itu.
Cakka berdiri di dekat mamanya yang masih sibuk memilih.
“lebih cocok yang mana? Warna merah apa abu-abu?”
“terserah mama.” Jawab Cakka malas.
Cakka mengedarkan pandangannya ke sekitar butik.
Matanya tiba-tiba mendapat pemandangan yang taka sing lagi baginya.

“Shilla? Ngapain dia disini?” ucapnya sembari menyipitkan matanya untuk melihat Shilla yang berada tidak jauh dari Cakka, yang sedang memilih baju di butik yang sama.

Cakka berjalan mendekat, untuk melihat Shilla.

“Waw.. Shilla! Ini bajunya bagus banget! Sumpah kalo lo pake buat besok malem, pasti Amazing banget!” seru Sivia.
Shilla memegangi baju dress yang dipakaikan ke sebuah patung. Dress berwarna ungu selutut, dengan motif pita-pita yang lucu, yang sangat menarik perhatiannya.
“iya. Ini bagus banget, Vi. Tapi, harganya juga bagus ini.” Kata Shilla.
“yaudah deh, cari yang lain, yuk!” ajak Shilla. Dan berlalu bersama Sivia.

Cakka berjalan mendekat ke sebuah patung yang memakai dress yang Shilla maksud tadi.
“waw.. emang bagus banget ini.” Ucap Cakka takjub.
Mata Cakka beralih ke sebuah papan kecil yang ada di bawah patung itu.
“Aiiih!” seru Cakka. Mata Cakka melotot lebar.
“satu juta seratus lima puluh ribu?”
Cakka memegang dadanya yang terasa sesak. “gue pengen beliin baju ini. Tapi, dari mana gue bisa dapet duit sebanyak itu?”

***
Minggu, 24 Februari 2012. 19.00

“lo yakin, Vin kalo kita di undang?” tanya Cakka.
Alvin menatap rumah yang kini ada di depannya. rumah itu mulai dikunjungi banyak orang.
Ya. Mereka sudah sampai di depan rumah Shilla.
Alvin melirik Cakka. “Ayo masuk!” Alvin langsung menyeret Cakka untuk masuk.

Mereka langsung ke halaman rumah Shilla karena acaranya memang ‘Garden Party’.
“mana ya, Shilla nya?” tanya Alvin sembari melihat sekeliling. Cakka pun begitu.

“ya, semuanya.. selamat malam..” suara sang MC langsung membuat semua orang menoleh padanya.
“acaranya akan segera kita mulai. Untuk itu, kita panggilkan Ratu kita malam ini. Ini dia… Ashilla..”
Suara tepuk tangan para tamu mulai bergemuruh mengiringi kedatangan ratu sejagat mala mini. Siapa lagi kalau bukan Shilla, yang berulang tahun.

Cakka menganga lebar saat melihat Shilla yang datang menuruni tangga bersama Sivia.
Matanya melebar menatap Shilla.
“Cantik banget!” gumamnya.
Shilla memakai daun berwarna putih di bawah lutut. Rambutnya terurai dengan indah, dengan hiasan sebuah bando yang berwarna putih juga.

“baik. Acaranya akan kita mulai saja ya. Untuk itu, mari kita semua merapat.” Ujar MC itu.
Cakka masih terpaku menatap Shilla. Apalagi saat Shilla tersenyum dengan manis.
Alvin sudah berjalan mendekat bersama yang lainnya. Karena acara tiup lilin (?) akan di mulai.
Cakka tersadar dari lamunannya.
Ia juga melangkahkan kakinya untuk mendekat. Tetapi, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat seorang lelaki tengah bercipika-cipiki dengan Shilla disana.
Hati Cakka langsung berdesir hebat. “Gabriel!!” tangan kiri Cakka mengepal dengan penuh emosi. Sedangkan tangan kanannya masih setia memegangi kado untuk Shilla.
Cakka membalikkan tubuhnya. Dan memilih untuk tidak ikut melihat Shilla meniup lilin ulang tahunnya.

Shilla sempat melihat Cakka. Dan memperhatikan cowok itu. dia ‘kan adik kelas yang kemarin itu.batin Shilla.

***

Cakka duduk di sebuah kursi taman. Acara tiup lilin sudah selesai.
Namun, Cakka masih enggan untuk beranjak dari situ. Ia memilih untuk tetap berdiam dulu di kursi itu.
“Kak Shilla. Kakak tau gak, gue sayaaang banget sama kakak.” Ucapnya. Cakka memperhatikan kotak kado yang di pegangnya. Sambil membolak-balik kotak kado itu.
“gue.. pengen kak Shilla jadi pacar gue.”
“Apah?”
Cakka terlonjak kaget saat mendengar suara seorang wanita. Cakka tau suara itu! Ya, Cakka yakin itu suara dia!
Cakka membalikan tubuhnya. dan benar! Itu benar-benar dia.
“kak.. kak Shilla?” mata Cakka melebar.
Shilla menatap Cakka. Seperti meminta penjelasan.
Shilla mendekat pada Cakka. Dan duduk di sebelahnya.
Cakka langsung terlihat grogi saat Shilla duduk di dekatnya.
“kamu.. Cakka ‘kan?” tanya Shilla.
Cakka mengangguk dengan canggung. “i-iya kak.” Jawabnya.
Shilla tersenyum pada Cakka. “kenapa kamu diem disini? Kenapa tadi gak ikut kumpul?” tanya Shilla.
Cakka terdiam. Lalu menundukkan kepalanya. Sambil menatap kado yang masih di pegangnya itu.
“ini.. ini untuk kak Shilla.” Ucap Cakka sembari memberikan hadiah untuk Shilla.
Shilla menerima kado itu dengan senang hati. “makasih.” Ucapnya.
“boleh aku buka sekarang?” tanya Shilla.
Cakka mendongakkan kepalanya. Dan mencoba untuk berani menatap mata Shilla.
“boleh, kok.” Jawabnya.

Shilla mulai membuka bungkusan kado itu. Cakka memperhatikannya dengan senang.
Shilla tiba-tiba membulatkan mulutnya saat melihat isi kado itu. Dia buru-buru beralih menatap Cakka.
“Cakka! Ini ‘kan.. baju yang kemarin itu. Baju dress yang aku mau banget!” serunya.
Ya. Sebenarnya kemarin Cakka datang kembali ke butik itu untuk membeli dress yang kemarin itu.
Cakka terpaksa harus mengambil uang tabungannya, yang sebenarnya akan dia pakai untuk membeli laptop baru.
Tapi, ia merelakannya, demi untuk membeli dress, untuk pujaan hatinya.

Senyum senang terukir di bibir manis Cakka. “kak Shilla suka?” tanya Cakka.
Shilla mengangguk antusias. “suka banget! Makasih banyak, ya!” jawabnya.
Cakka mengangguk. “aku senang kalau kakak senang.” Ucap Cakka.
Shilla hanya tersenyum pada Cakka.
“oh iya. Kamu kok belum jawab pertanyaan aku?” tanya Shilla.
Cakka menaikkan sebelah alisnya. “pertanyaan? Pertanyaan apa?” tanya Cakka bingung.
“kenapa kamu tadi menjauh?” tanya Shilla.
Cakka menelan ludahnya.
Hening sejenak..

“kak Shilla.” Sahut Cakka. “aku boleh tanya sesuatu?” tanya Cakka hati-hati.
Shilla mengangguk kecil. “tanya apa?”
“emm.. kak Gabriel tuh.. pacar kak Shilla?” tanya Cakka to the point.
“Hah?” Shilla mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian, Shilla tertawa. “Hahaha.. bukan, bukan!” Shilla mengibaskan tangannya di depan wajah.
“Gabriel itu sahabat aku sejak kecil. Jadi wajar aja kalo dia dekat sama aku. Dia sahabat aku dan Sivia.” Jelas Shilla.
Cakka menggaruk tengkuknya, malu.
Shilla menghentikan tawanya. “memangnya, kenapa? Ada apa?” tanya Shilla.
Cakka menghela nafasnya. Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya. Gue harus bilang ini sekarang. Batinnya bertekad.
“sebenarnya, sejak aku ketemu sama kak Shilla, aku.. aku suka sama kak Shilla.” Ucap Cakka.
Shilla terbelalak, kaget.
Cakka menatap mata indah Shilla. “aku.. aku.. aku jatuh cinta pada pandangan pertama, sama kak Shilla.” Ucapnya meneruskan.
Hati Shilla sudah berdebar gak karuan. Sama seperti Cakka saat ini.
“Kak, Shilla.” Lanjut Cakka. Cakka menggenggam tangan Shilla.
“Y-ya?” tanya Shilla yang udah gak sanggup lagi menahan debar jantungnya.
“kak Shilla mau gak jadi pacar aku?”
DEG!!
Glek! Shilla menelan ludahnya.
“aku.. aku.. maaf.. aku.. aku gak bisa.”
DEG!
Hati Cakka langsung sangat perih! Perih sekali.
“aku.. aku gak bisa nolak cinta kamu!” seru Shilla.
“hah?” Cakka menganga tak percaya. “be-be-beneran?” tanya Cakka memastikan.
Shilla mengangguk dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
“aaa… makasih kak..” Cakka langsung menarik Shilla ke dalam pelukannya.
Shilla tersenyum senang saat Cakka memeluknya.
“sebenarnya, selama ini aku adik kelas yang jadi secret admirer kamu.” Ucap Cakka.
“oh ya?” tanya Shilla.
“iya.
“aku.. aku sangat senang kalo ternyata itu kamu.” Jawab Shilla.
Cakka tersenyum lebar. Lalu membisikkan sesuatu di telinga Shilla. “I love you, Shilla.”
“I love you too, Cakka.”

***
THE END

0 komentar:

Posting Komentar

 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template