Ini cerpen yang saya post di facebook pas Ulang tahun
Ashilla my twins yang ke-16 tahun :)
Dan sekarang saya repost. Hehehe
Selamat membacaaaa!!
.
.
Koridor sekolah masih sangat sepi pagi ini.
Angin yang berhembus kian menyeruak, membuat tubuh terasa
menggigil.
Seorang anak laki-laki tengah berjalan cepat di koridor
kelas XI.
“ayo cepat, Cakka!” ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Laki-laki bernama Cakka itu kemudian berhenti di depan
sebuah kelas. Kelas XI-1 yang berada di paling pojok.
Cakka menatap sekelilingnya.
Lalu masuk dengan hati-hati dan mengendap-ngendap ke dalam
kelas itu.
Cakka berdiri di depan sebuah meja yang ada di barisan ke 3
dari pintu, di bangku ke 2.
Cakka menyimpan sesuatu di atas mejanya.
Kelas itu masih sangat sepi.
Belum ada seorang anak pun yang sudah datang di sana.
Cakka meletakkan setangkai bunga mawar beserta sebuah surat
disana.
Setelah memastikan sudah tersimpan, Cakka beranjak untuk
keluar dari kelas itu.
“fiuh..” Cakka bernafas lega saat keluar dari kelas itu.
“semoga kak Shilla suka.” Ucapnya. Lalu berjalan dengan
riang menuju kelasnya, yaitu kelas X-1.
Sebenarnya, tadi itu bukan kelas Cakka. Tetapi, kelas
Shilla.
Ya. Shilla adalah kakak kelas Cakka, sekaligus ketua OSIS di
sekolahnya.
Perempuan yang selama ini telah mencuri hati Cakka.
Semenjak Cakka masuk ke sekolah ini, perempuan itu selalu
ada di bayang-bayang Cakka.
Cakka yakin kalau ia jatuh cinta pada gadis itu.
Seniornya.
***
Sekolah sudah mulai ramai.
Tetapi, gadis ini baru sampai di depan gerbang sekolahnya.
Gadis itu berjalan dengan grasa-grusu menuju kelasnya.
Sambil menenteng beberapa buku paket di tangannya.
“ya ampuuun.. kenapa gue bisa ke siangan gini sih, ah!”
gerutunya.
Ia berjalan dengan cepat menuju kelasnya.
“sebentar lagi nyampe.” Ucapnya bersemangat.
Ia tinggal berbelok dan sam—
BRUKK!
“aww..” gadis itu memekik saat tubuhnya terjatuh beserta
barang-barangnya.
“aduuh.. maaf, gue gak sengaja.” Ucap seorang lelaki.
Shilla mendongakkan kepalanya.
Lalu menghela nafasnya.
Laki-laki itu terlihat sangat terkejut saat melihat wajah
Shilla.
“makanya, kalo jalan tuh liat-liat dong!” omel Shilla.
Anak lelaki itu mencoba bersikap seperti biasa saja.
Lalu mengulurkan
tangannya di depan wajah Shilla.
“biar gue bantu, kak.” Ujarnya.
Shilla melengos. Tetapi, akhirnya ia menerima uluran tangan
anak itu.
Shilla berdiri dibantu anak tadi.
“makasih.” Ucap Shilla.
Shilla membersihkan bagian belakang tubuhnya. Sedangkan anak
tadi memunguti buku-buku Shilla yang tadi berjatuhan.
“sekali lagi, maaf ya, kak.” Ucapnya.
Shilla mengangguk-ngangguk. “iya, gapapa.” Jawabnya sembari
mengambil buku-buku dari anak tadi.
Shilla membaca name-tag di kemeja sebelah kanan anak itu.
“Cakka Nuraga.” Bacanya.
Cakka mendongak menatap Shilla.
“nama yang bagus.” Ucap Shilla lalu memamerkan senyumannya.
Cakka mematung. menatap Shilla tak percaya.
***
“Alviiiiinnnn!!!!!!!”
Alvin menutup kedua kupingnya saat mendengar teriakan dari
ambang pintu kelas.
“Cakka! Gak usah teriak-teriak juga kali!” ucap Alvin sebal.
Cakka berlari kea rah bangku Alvin.
Dengan hebohnya, Cakka menggebrak-gebrak meja Alvin
sekaligus mejanya itu.
“huaaaa Alvin.. gue seneng banget!!!” seru Cakka.
“hey! Sabar dulu dong, bro. kenapa, kenapa? Cerita sama
gue!” ujar Alvin.
Cakka menarik ulur nafasnya. Lalu duduk di sebelah Alvin
–sahabatnya itu-.
“jadi, apa yang terjadi sama elo?” tanya Alvin.
“Alvin! Tadi gue tabrakan sama Shilla!” kata Cakka.
“hah? Tabrakan?” tanya Alvin.
Cakka mengangguk antusias.
Alvin membolak-balikan wajah Cakka. Lalu menatapnya dengan
aneh.
Cakka mengerutkan kening heran menatap sahabatnya itu.
“kenapa?” tanya Cakka.
“kalo lo tabrakan, kok lo gak kenapa-napa sih? Gak ada lecet
atau darah sedikitpun.”
TUING
Cakka menoyor sahabatnya itu.
“Alvin, sumpah deh. Gue kasian banget sama lo. Lo itu
ganteng, tapi, kenapa otak lo odong?” ucap Cakka. #juststoryAlvz:Dv
Alvin memanyunkan bibirnya.
“Vin, Shilla senyum sama gue, Vin. Senyum, Vin. Hoaaa..”
seru Cakka dengan hebohnya sambil mengguncang tubuh Alvin.
“eehh, Cakka stop! Sakit tau!” kata Alvin.
Cakka menghentikan ulahnya.
“kak Shilla bilang apa sama lo?” tanya Alvin.
“dia bilang gini, ‘Cakka Nuraga. Nama yang bagus’. Gitu
cobaaaa.. aduh gue seneng banget.” Cerita Cakka.
“mana dia pake senyum segala lagi sama gue.” Lanjut Cakka
dengan perasaan yang berbunga-bunga.
Alvin Cuma geleng-geleng kepala melihatnya.
***
“Shilla!” panggil Sivia saat melihat Shilla yang baru sampai
di kelasnya.
Shilla berjalan tergopoh-gopoh menuju bangkunya.
“Shilla, kok lo telat sih? Lo tau? Tadi tuh ada rapat
dadakan di ruang OSIS. Dan kita nunggu lo lamaaa banget. Tapi lo gak
dating-dateng. Yaudah, akhirnya kita rapat di pimpin sama Gabriel wakil lo. Lo
kemana aja sih, Shill? Kenapa lo telat? Lo bangun kesiangan?” cerocos Sivia
tanpa henti.
Shilla menutup kupingnya.
“Siviaaaa.. bisa gak sih, sehariii aja lo itu gak cerewet!”
balas Shilla.
Sivia memanyunkan bibirnya.
“Hhh..” Shilla menghempaskan tubuhnya dan menyender ke tubuh
Sivia.
“iihhh.. Shilla! Berat tau!” gerutu Sivia.
“capek, Vi.” Ucap Shilla.
“yayaya.. gue tau.” Sahut Sivia.
“oh ya, ada kiriman lagi?” tanya Shilla.
Sivia mengangguk.
“nih, ada setangkai bunga mawar merah beserta sepucuk surat
cinta.” Sivia memberikan setangkai mawar merah dan sepucuk surat yang ia maksud
tadi.
Shilla mengambilnya.
“mm.. wangi.” Ucapnya saat mencium mawar itu. Shilla beralih
ke surat yang kini di pegangnya.
Lalu ia buka dan membacanya.
Selamat pagi kakak Cantik.
Semoga harimu indah, kak.
CKN
Shilla tersenyum setelah membacanya.
Adik kelas ini! Selalu aja bisa bikin gue senyum-senyum
sendirian, batin Shilla.
“Oh iya, Shill.” Seru Sivia yang langsung membuyarkan
lamunan Shilla.
Shilla menoleh. “apaan?”
“undangan ulang tahun lo mau di sebar kapan? Lo mau undang
siapa aja? Terus mau sama siapa yang nyebarnya?” tanya Sivia panjang lebar.
Shilla melengos. “gak bisa satu-satu apa bu, nanyanya?”
“Hehe..” Sivia Cuma nyengir.
***
“sumpah gue laper banget. Vin!” ucap Cakka sembari memegangi
perutnya yang udah gak tahan minta diisi. Untung saja bel istirahat sudah
berbunyi.
Alvin menarik tangan Cakka.
“ayo capcuuuusss…” seru Alvin dan berlari bersama Cakka.
Sesampainya dikantin, Alvin dan Cakka duduk di sebuah bangku
yang berada di dekat pintu keluar-masuk kantin.
“lo mau pesen apa?” tanya Alvin.
“mie ayam.”
“oke.” Alvin langsung beranjak untuk memesan makanan.
Cakka menyenderkan punggungnya di kursi. Sambil
memperhatikan murid-murid yang hilir mudik keluar-masuk kantin.
Cakka tertawa kecil saat melihat beberapa anak yang tabrakan
disana.
“hahaha..” tawanya.
Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu disana.
Cakka terlonjak dari kursinya.
“Shilla.” Ucapnya saat melihat seorang wanita tengah bergandengan
tangan dengan seorang lelaki. Sedangkan teman wanitanya berjalan di
belakangnya.
“itu ‘kan.. Gabriel!” seru Cakka saat mengetahui lelaki yang
bersama Shilla itu.
Mata Cakka mengikuti arah mereka sampai duduk di bangku dan
bercengkrama.
Cakka merasa wajahnya memanas. Hatinya pun berdebar tidak
karuan.
Dia.. cemburu!
BRAAKK!!
Cakka menggebrak mejanya, membuat hampir semua mata tertuju
padanya.
Cakka beranjak pergi meninggalkan kantin.
Alvin yang sedang berada di tempat mie ayam (?) kebingungan
sendiri.
Tetapi, sedetik kemudian, Alvin berlari mengejar Cakka,
dengan beberapa makanan ringan di tangannya.
***
kress.. kress..
“oh.. iya, gue ngerti kok perasaan lo.” Alvin menepuk pundak
Cakka yang kini sedang termenung di bangkunya –di kelas-.
Cakka menundukkan kepalanya. “kalo ternyata kak Gabriel
memang pacarnya kak Shilla, gimana, Vin?” tanya Cakka dengan parau.
Alvin memandang Cakka iba.
Kress.. kress..
“lo berdoa aja, semoga Gabriel tuh bukan siapa-siapanya kak
Shilla.” Ujar Alvin.
Kress.. kress..
Cakka menoleh malas pada Alvin. Dan menatapnya tajam. “bisa
diem gak? Jangan makan mulu! Berisik tau!”
Alvin langsung kicep.
“abisnya gue laper.” Kata Alvin.
“tapi kalo lo ngunyah sampe segitunya, gue jadi enek
dengernya. Krenyes krenyes begitu.” Timpal Cakka.
Alvin mendengus sebal pada Cakka.
“jadi, kapan lo bakal nembak kak Shilla?” tanya Alvin.
Cakka menopang dagunya. “gak tau.”
“kok gak tau?”
“gue.. belum punya nyali.” Jawab Cakka.
Alvin melongos. “menurut gue sih, mending secepatnya, Kka.”
Ujar Alvin. “kalo enggak, kak Shilla bisa keburu jadi milik Gabriel, lho.”
Cakka mendengus. “bener juga, sih.”
“terus? Menurut lo, kapan gue harus nembak dia?” tanya Cakka
meminta saran.
Alvin mengusap-ngusap dagunya. Gaya berpikir ala orang
dewasa.
“gimana, kalau pas ulang tahunnya aja.” Seru Alvin.
Cakka berfikir sejenak. “ulang tahun?”
“iya. dua hari lagi ‘kan, Shilla ulang tahun.” Sambung
Alvin.
Cakka tersenyum lebar.
“bagus juga ide lo, Vin. Tapi, Dari mana lo tau?” tanya
Cakka.
“tadi ada anak-anak cewek yang lagi ngerumpi. Shilla ulang
tahun lusa nanti. Tapi, karena lusa itu hari senin, jadi dia rayain ulang
tahunnya tanggal 24. Hari minggu malam. Dan katanya sih, siapapun yang di kenal
Shilla, walaupun dia gak akrab sama Shilla, bakal di undang sama dia.” Jelas
Alvin.
“terus, apa gue juga di undang?”
Alvin mengedikkan bahu. “tau dah.. lo merasa Shilla kenal
sama lo?”
“aissh..”
***
Bel pulang sekolah telah berkumandang (?)
Cakka cepat-cepat membereskan barang-barangnya.
“mau kemana, Kka? Cepet-cepet amat beresinnya?” tanya Alvin.
Cakka memakai ransel hijaunya itu. “Mama suruh gue pulang
cepet. Biasa, minta di temenin belanja.” Jawabnya.
Alvin membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut mengerti.
“Cakka, Alvin!”
Alvin dan Cakka langsung menoleh ke sumber suara yang
terdengar dari ambang pintu kelas.
Seorang perempuan tengah berdiri disana. Lalu berlari kea
rah Cakka dan Alvin.
“ini, untuk kalian.” Gadis manis itu memberikan dua buah
surat yang berwarna merah muda.
Cakka dan Alvin saling berpandangan heran. Namun, sedetik
kemudian mereka mengambil surat itu.
“makasih Ify.” Ucap Alvin pada gadis bernama Ify, itu.
Cakka membuka amplopnya, dan mulai membaca isi suratnya.
“…..Ashilla Zahranti-a-ra.” Cakka langsung terpaku saat
membaca tulisan yang berada paling akhir.
Alvin menaikan sebelah alisnya saat melihat perubahan wajah
Cakka.
“kenapa, Kka?”
“gue—gue di undang ke acara ulang tahun kak Shilla.”
Alvin membulatkan matanya. “APAH?”
***
Cakka memasang tampang kesalnya saat mamanya masih saja
sibuk memilih-milih baju di butik.
Padahal, sudah banyak baju yang dibelinya. Cakka saja sampe
pegal bawa semua belanjaan Mamanya itu.
Cakka berdiri di dekat mamanya yang masih sibuk memilih.
“lebih cocok yang mana? Warna merah apa abu-abu?”
“terserah mama.” Jawab Cakka malas.
Cakka mengedarkan pandangannya ke sekitar butik.
Matanya tiba-tiba mendapat pemandangan yang taka sing lagi
baginya.
“Shilla? Ngapain dia disini?” ucapnya sembari menyipitkan
matanya untuk melihat Shilla yang berada tidak jauh dari Cakka, yang sedang
memilih baju di butik yang sama.
Cakka berjalan mendekat, untuk melihat Shilla.
“Waw.. Shilla! Ini bajunya bagus banget! Sumpah kalo lo pake
buat besok malem, pasti Amazing banget!” seru Sivia.
Shilla memegangi baju dress yang dipakaikan ke sebuah
patung. Dress berwarna ungu selutut, dengan motif pita-pita yang lucu, yang
sangat menarik perhatiannya.
“iya. Ini bagus banget, Vi. Tapi, harganya juga bagus ini.”
Kata Shilla.
“yaudah deh, cari yang lain, yuk!” ajak Shilla. Dan berlalu
bersama Sivia.
Cakka berjalan mendekat ke sebuah patung yang memakai dress
yang Shilla maksud tadi.
“waw.. emang bagus banget ini.” Ucap Cakka takjub.
Mata Cakka beralih ke sebuah papan kecil yang ada di bawah
patung itu.
“Aiiih!” seru Cakka. Mata Cakka melotot lebar.
“satu juta seratus lima puluh ribu?”
Cakka memegang dadanya yang terasa sesak. “gue pengen beliin
baju ini. Tapi, dari mana gue bisa dapet duit sebanyak itu?”
***
Minggu, 24 Februari
2012. 19.00
“lo yakin, Vin kalo kita di undang?” tanya Cakka.
Alvin menatap rumah yang kini ada di depannya. rumah itu
mulai dikunjungi banyak orang.
Ya. Mereka sudah sampai di depan rumah Shilla.
Alvin melirik Cakka. “Ayo masuk!” Alvin langsung menyeret
Cakka untuk masuk.
Mereka langsung ke halaman rumah Shilla karena acaranya
memang ‘Garden Party’.
“mana ya, Shilla nya?” tanya Alvin sembari melihat
sekeliling. Cakka pun begitu.
“ya, semuanya.. selamat malam..” suara sang MC langsung
membuat semua orang menoleh padanya.
“acaranya akan segera kita mulai. Untuk itu, kita panggilkan
Ratu kita malam ini. Ini dia… Ashilla..”
Suara tepuk tangan para tamu mulai bergemuruh mengiringi
kedatangan ratu sejagat mala mini. Siapa lagi kalau bukan Shilla, yang berulang
tahun.
Cakka menganga lebar saat melihat Shilla yang datang
menuruni tangga bersama Sivia.
Matanya melebar menatap Shilla.
“Cantik banget!” gumamnya.
Shilla memakai daun berwarna putih di bawah lutut. Rambutnya
terurai dengan indah, dengan hiasan sebuah bando yang berwarna putih juga.
“baik. Acaranya akan kita mulai saja ya. Untuk itu, mari
kita semua merapat.” Ujar MC itu.
Cakka masih terpaku menatap Shilla. Apalagi saat Shilla
tersenyum dengan manis.
Alvin sudah berjalan mendekat bersama yang lainnya. Karena
acara tiup lilin (?) akan di mulai.
Cakka tersadar dari lamunannya.
Ia juga melangkahkan kakinya untuk mendekat. Tetapi,
langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat seorang lelaki tengah
bercipika-cipiki dengan Shilla disana.
Hati Cakka langsung berdesir hebat. “Gabriel!!” tangan kiri
Cakka mengepal dengan penuh emosi. Sedangkan tangan kanannya masih setia
memegangi kado untuk Shilla.
Cakka membalikkan tubuhnya. Dan memilih untuk tidak ikut
melihat Shilla meniup lilin ulang tahunnya.
Shilla sempat melihat Cakka. Dan memperhatikan cowok itu. dia ‘kan adik kelas yang kemarin itu.batin
Shilla.
***
Cakka duduk di sebuah kursi taman. Acara tiup lilin sudah
selesai.
Namun, Cakka masih enggan untuk beranjak dari situ. Ia
memilih untuk tetap berdiam dulu di kursi itu.
“Kak Shilla. Kakak tau gak, gue sayaaang banget sama kakak.”
Ucapnya. Cakka memperhatikan kotak kado yang di pegangnya. Sambil
membolak-balik kotak kado itu.
“gue.. pengen kak Shilla jadi pacar gue.”
“Apah?”
Cakka terlonjak kaget saat mendengar suara seorang wanita.
Cakka tau suara itu! Ya, Cakka yakin itu suara dia!
Cakka membalikan tubuhnya. dan benar! Itu benar-benar dia.
“kak.. kak Shilla?” mata Cakka melebar.
Shilla menatap Cakka. Seperti meminta penjelasan.
Shilla mendekat pada Cakka. Dan duduk di sebelahnya.
Cakka langsung terlihat grogi saat Shilla duduk di dekatnya.
“kamu.. Cakka ‘kan?” tanya Shilla.
Cakka mengangguk dengan canggung. “i-iya kak.” Jawabnya.
Shilla tersenyum pada Cakka. “kenapa kamu diem disini?
Kenapa tadi gak ikut kumpul?” tanya Shilla.
Cakka terdiam. Lalu menundukkan kepalanya. Sambil menatap
kado yang masih di pegangnya itu.
“ini.. ini untuk kak Shilla.” Ucap Cakka sembari memberikan
hadiah untuk Shilla.
Shilla menerima kado itu dengan senang hati. “makasih.”
Ucapnya.
“boleh aku buka sekarang?” tanya Shilla.
Cakka mendongakkan kepalanya. Dan mencoba untuk berani
menatap mata Shilla.
“boleh, kok.” Jawabnya.
Shilla mulai membuka bungkusan kado itu. Cakka
memperhatikannya dengan senang.
Shilla tiba-tiba membulatkan mulutnya saat melihat isi kado
itu. Dia buru-buru beralih menatap Cakka.
“Cakka! Ini ‘kan.. baju yang kemarin itu. Baju dress yang aku mau banget!” serunya.
Ya. Sebenarnya kemarin Cakka datang kembali ke butik itu
untuk membeli dress yang kemarin itu.
Cakka terpaksa harus mengambil uang tabungannya, yang
sebenarnya akan dia pakai untuk membeli laptop baru.
Tapi, ia merelakannya, demi untuk membeli dress, untuk
pujaan hatinya.
Senyum senang terukir di bibir manis Cakka. “kak Shilla
suka?” tanya Cakka.
Shilla mengangguk antusias. “suka banget! Makasih banyak,
ya!” jawabnya.
Cakka mengangguk. “aku senang kalau kakak senang.” Ucap
Cakka.
Shilla hanya tersenyum pada Cakka.
“oh iya. Kamu kok belum jawab pertanyaan aku?” tanya Shilla.
Cakka menaikkan sebelah alisnya. “pertanyaan? Pertanyaan
apa?” tanya Cakka bingung.
“kenapa kamu tadi menjauh?” tanya Shilla.
Cakka menelan ludahnya.
Hening sejenak..
“kak Shilla.” Sahut Cakka. “aku boleh tanya sesuatu?” tanya
Cakka hati-hati.
Shilla mengangguk kecil. “tanya apa?”
“emm.. kak Gabriel tuh.. pacar kak Shilla?” tanya Cakka to
the point.
“Hah?” Shilla mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian,
Shilla tertawa. “Hahaha.. bukan, bukan!” Shilla mengibaskan tangannya di depan
wajah.
“Gabriel itu sahabat aku sejak kecil. Jadi wajar aja kalo
dia dekat sama aku. Dia sahabat aku dan Sivia.” Jelas Shilla.
Cakka menggaruk tengkuknya, malu.
Shilla menghentikan tawanya. “memangnya, kenapa? Ada apa?”
tanya Shilla.
Cakka menghela nafasnya. Keringat dingin mulai bercucuran
dari pelipisnya. Gue harus bilang ini
sekarang. Batinnya bertekad.
“sebenarnya, sejak aku ketemu sama kak Shilla, aku.. aku
suka sama kak Shilla.” Ucap Cakka.
Shilla terbelalak, kaget.
Cakka menatap mata indah Shilla. “aku.. aku.. aku jatuh
cinta pada pandangan pertama, sama kak Shilla.” Ucapnya meneruskan.
Hati Shilla sudah berdebar gak karuan. Sama seperti Cakka saat
ini.
“Kak, Shilla.” Lanjut Cakka. Cakka menggenggam tangan
Shilla.
“Y-ya?” tanya Shilla yang udah gak sanggup lagi menahan
debar jantungnya.
“kak Shilla mau gak jadi pacar aku?”
DEG!!
Glek! Shilla menelan ludahnya.
“aku.. aku.. maaf.. aku.. aku gak bisa.”
DEG!
Hati Cakka langsung sangat perih! Perih sekali.
“aku.. aku gak bisa nolak cinta kamu!” seru Shilla.
“hah?” Cakka menganga tak percaya. “be-be-beneran?” tanya
Cakka memastikan.
Shilla mengangguk dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
“aaa… makasih kak..” Cakka langsung menarik Shilla ke dalam
pelukannya.
Shilla tersenyum senang saat Cakka memeluknya.
“sebenarnya, selama ini aku adik kelas yang jadi secret
admirer kamu.” Ucap Cakka.
“oh ya?” tanya Shilla.
“iya.
“aku.. aku sangat senang kalo ternyata itu kamu.” Jawab
Shilla.
Cakka tersenyum lebar. Lalu membisikkan sesuatu di telinga
Shilla. “I love you, Shilla.”
“I love you too, Cakka.”
***
THE END
0 komentar:
Posting Komentar