Blogger Widgets

Jumat, 26 Juli 2013

Ini Cinta?

Cinta...
Lima huruf, satu kata, namun mengandung banyak makna.
Entah, sejak kapan aku mulai mengenal kata itu.
Yang ku tahu, kini aku mulai bisa merasakan itu.
Merasakan, bagaimana rasanya jatuh cinta.

Aku merasakan hal itu, ketika kau datang dalam hidupku.
Ketika kau dan aku bertemu.
Dulu, aku masih belum bisa memastikan.
Entah apakah ini Cinta? Atau hanya sekedar rasa kagum biasa.
Tapi, ternyata... Setelah aku sering merasakan sensasi luar biasa saat aku berada di dekatmu...
Aku menyadarinya. Itu benar-benar Cinta!

Aku mulai menjadi pengagummu.
Mengagumi senyummu, tatapan teduhmu, serta suara beratmu.
Lama-lama, aku mulai jadi pecandu!
Pecandu senyummu, tatapan teduhmu, serta suara berat nan serakmu, yang terdengar begitu manis di telingaku.

Aku menjadi pengangummu.
Pengagum rahasiamu.
Menjadi seseorang yang diam-diam mencintaimu.
Menjadi seseorang yang sering memandangmu, memperhatikanmu.
Mencuri-curi pandang padamu.
Hanya untuk melihat wajahmu, yang menyimpan begitu banyak kebahagiaan untukku.

Entah sampai kapan, aku akan menjadi seorang pengagum rahasia.
Entah sampai kapan, aku akan memendam perasaan ini darimu.
Entah sampai kapan, aku hanya bisa tersenyum. Melihatmu tersenyum, walau senyum itu bukanlah untukku.
Dan, entah sampai kapan, aku bisa bertahan untuk menunggumu, membalas perasaanku.

Yang ku tahu...
Rasa ini tak bisa menghilang.
Begitupun denganmu...
Tak bisa hilang dari fikiranku.

Dan yang aku tahu...
Aku... Sangat menyayangi dan mencintaimu.

Walaupun kau tak pernah tahu...

Celine Dion - That's The Way It Is

nih, saya bawa salah satu lirik lagu dari seorang penyanyi favorit saya! Celine Dion! yeay!
enjoy, guysss!!

Celine Dion - That’s the way it is

I can read your mind and I know your story
I see what you’re going through
It’s an uphill climb, and I’m feeling sorry
But I know it will come to you

Don’t surrender ’cause you can win
In this thing called love

When you want it the most there’s no easy way out
When you’re ready to go and your heart’s left in doubt
Don’t give up on your faith
Love comes to those who believe it
And that’s the way it is

When you question me for a simple answer
I don’t know what to say, no
But it’s plain to see, if you stick together
You’re gonna find a way, yeah

So don’t surrender ’cause you can win
In this thing called love

When you want it the most there’s no easy way out
When you’re ready to go and your heart’s left in doubt
Don’t give up on your faith
Love comes to those who believe it
And that’s the way it is

When life is empty with no tomorrow
And loneliness starts to call
Baby, don’t worry, forget your sorrow
’Cause love’s gonna conquer it all, all

When you want it the most there’s no easy way out
When you’re ready to go and your heart’s left in doubt
Don’t give up on your faith
Love comes to those who believe it
And that’s the way it is

When you want it the most there’s no easy way out
When you’re ready to go and your heart’s left in doubt
Don’t give up on your faith
Love comes to those who believe it
And that’s the way it is

That’s the way it is
That’s the way it is, babe
Don’t give up on your faith
Love comes to those who believe it
And that’s the way it is.

Rio Shilla, Selamanya #cerpen

Maaf kalo gak nge-feel ._.v
DONT COPAS! Hargai Penulis!


***

“Viaaa….” Panggilku sambil berteriak dan tiba-tiba masuk ke dalam rumah Sivia sahabatku.
“hore hore… yeyeye…” aku berteriak sambil jingkrak-jingkrak.
“aduh Shilla… apa-apaan sih? Jangan nge-rusuh di rumah gue dong!” ucap Sivia sambil
Aku menghampiri Sivia dan memegang kedua pundaknya.
“Via, lo tau kan pulang sekolah tadi gue pulang bareng siapa?” tanyaku. Sivia terlihat sedang berfikir dan mengingat-ingat.
“em… sama Rio kan?” jawab Sivia ragu.
“ahaha… iya. Dan lo tau gak, dia bilang apa sama gue?”. Sivia menggeleng cepat. Terlihat raut wajahnya yang sangat bingung dan penasaran.
“aaa… dia nembak gue Vi..” ucapku kegirangan sambil mengguncangkan pundak via. Via sedikit tercengang.
“ha? Beneran shill? Lo gak boong kan?” tanya Sivia tak percaya.
Aku menggeleng. “gue gak boong” jawabku.

“aaa… selamat ya Shilla ku cuyung… akhirnya perasaan lo di balas” ucap Via lalu memelukku. aku tertawa sembari membalas pelukannya.
Rio. Dia adalah orang yang dari dulu Shilla taksir. Sebenarnya, Shilla menyukai Rio sejak dulu. Saat MOs di SMP. Sampai sekarang, saat mereka sudah SMA, Shilla masih saja mengagumi sosok Rio. Walaupun, Rio dingin terhadapnya. Tapi tekad Shilla gak pernah pudar. “Cinta itu perlu di perjuangkan. Apapun yang terjadi, pokoknya Jangan menyerah”. Itu motto yang Shilla buat. Dan ternyata, tekadnya itu membuahkan hasil. Akhirnya Rio  juga mempunyai rasa yang sama dengan Shilla.

***

Keesokan harinya.

“Shilla…. Tunggu…” Panggil Via sambil berlari. aku menghentikan langkahku dan menengok kearah Via.
“ayo Shill…  pulang” Sivia langsung menarik tanganku dan melangkahkan kakinya.
“e.. tunggu Vi” sergahku. Via terlihat bingung.
“sorry ya Via. Gue hari ini mau pulang bareng Rio. Gapapa kan?” aku ragu-ragu untuk membicarakannya.
Via menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya.
“oiya, gue lupa sekarang kan lo udah punya pacar. yaudah gue duluan ya Shill.” Via menepuk pundakku sambil tersenyum jail.
“hati-hati pacarannya. Ntar ada setan yang gangguin lho…” goda sivia lalu berlari menuju gerbang sekolah.aku  hanya cengo mendengar ucapan Sivia.

“Shill…” panggil seseorang. Aku menengok kea rah suara.
“ayo pulang..” ajaknya. Lalu menggenggam tanganku dan berjalan menuntunku menuju koridor.
Aku yakin, pasti saat ini pipi’ku memerah, terlihat syok dan salting Karena tanganku yang digenggam oleh kekasih baruku ini. –Rio-.

***

“wa… pemandangannya indah banget Yo …” aku berdecak kagum melihat pemandangan yang ada di depanku saat ini. Rio tersenyum melihanya.
Rio tidak langsung mengantarku pulang. Ia malah membawaku ke sebuah taman dengan sebuah danau di depannya. Aku berdecak kagum melihat tempat tersebut.

“kamu suka?” tanya Rio. Aku mengangguk dengan mantap.
“ayo duduk disana” ajak Rio sambil menunjuk ke sebuah bangku taman.

“kamu tau dari mana tempat yang indah ini?” tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku pada danau yang ada di depanku itu.
“dulu kan rumahku di sana” jawab Rio sambil menunjuk ke sebuah lahan yang kini kosong.
“jadi aku tau tempat ini” lanjutnya.  Aku hanya manggut-manggut.
“kamu sering ke sini ya?” tanya Shilla sambil memalingkan wajahnya menjadi menghadap Rio. Rio hanya tersenyum dan mengangguk.
“ ini tempat kenanganku bersama keluargaku dulu.” ucap Rio. Aku hanya manggut-manggut.
Rio tersenyum geli melihat tingkahku.
 “tempat ini adalah tempat yang paling… indah. Disini, kita berasa nyaman, tenang. Pokoknya enak deh.” Ucap Rio.
“kalo aku punya masalah, aku pasti dating kesini” tambahnya sambil senyum-senyum gak jelas.
“tempat ini bakal jadi tempat yang terindah buat kita” ucap Shilla yang langsung membuat Rio menaikan sebelah alisnya.
“kalo kamu tempat terindah buat kamu, berarti tempat ini adalah tempat terindah juga buat aku” aku memperjelas maksudku..
“hehe… dasar kamu Shill” ucap Rio.
“oiya Shill, mau ice cream gak? beli es cream yuk!” ajak Rio sambil menunjuk ke penjual ice cream.
Aku mengangguk dengan semangat.

**

Hari berganti hari. Hubunganku dengan Rio semakin romantic. Kami sering berangkat sekolah bersama,pulang bareng, jalan bareng. Pokoknya keman-mana pasti berdua’an deh. Tidak terasa, ternyata hubungan kami sudah menginjak hamper 11 bulan. Berarti, sebentar lagi 1 tahun dong? Cepet banget ya? Hehe..

“Shill..” panggil Rio.
“sebelum pulang, lo mau gak nganter aku?” pinta Rio.
“kemana?”
Rio hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku.
“ikut aja.” Jawabnya. Aku hanya mengangguk.
Rio menyetir mobilnya dengan kencang. Melesat membelah jalanan kota.

**

“kita mau ngapain Yo kesini?.” Tanyaku saat sudah berada di tempat yang Rio tuju. Rio tersenyum lalu.
“ikut saja dulu.” Jawabnya.

“ma, pa..” ucap Rio sambil berjongkok di tanah. Dan diikuti olehku. Aku menatapnya dengan tatapan. ;maksudnya apasih yo?
Aku semakin tak mengerti dengan ucapan Rio. ;orang tua Rio sudah meninggal?
kini kami sedang berada di sebuah tempat pemakaman, dimana Rio bilang, dua buah makam itu adalah tempat Mama dan Papa rio di semayamkan.
“ma, pa. gimana kabar kalian disana?” tanya Rio pada batu nisan kedua orang tuanya. Makamnya memang sengaja bersebelahan.
“Yo.” Aku menepuk pelan pundak kekasihku itu. Rio menengok dan tersenyum kepadaku.
“ma, pa. kenalin, ini pacar Rio” ucap Rio sambil merangkulku. aku terlonjak kaget.
“dia orangnya baik ma, pa. dia perhatian banget sama Rio” ucapnya.
“hai om, tante”aku berbicara mengikuti gaya Rio tadi.
“Rio sayang banget ma, pa sama Shilla. Dia perempuan yang baik dan perhatian sama Rio” rio membuat pipiku merah karena ia menyanjungku.
“tapi sayang ma, Rio harus ninggalin dia” lanjut Rio kecewa.
Aku langsung kaget! “maksud kamu?”. Aku semakin dibuat tak mengerti dengan ucapannya. Rio tersenyum tipis. Lagi-lagi Rio hanya tersenyum.
Arrrgghh!! Sungguh jawabannya yang sangat membingungkan.
“ma, pa. Rio kangen banget sama kalian. Tapi, sebentar lagi, Rio bakal nyusul kalian kok” ucapan Rio sungguh ngawur. Aku langsung menepis lengan Rio dari pundakku. Aku menatap Rio dengan penuh tanda tanya.
“maksud kamu apasih Yo? Kamu kok ngomong gitu?” suaraku mulai meninggi. Lagi-lagi hanya ditanggapi dengan senyuman.
“om, tante. Anak om dan tante ini kenapa sih? Ngomongnya ngawur banget ya”. Rio hanya terkekeh mendengar ucapanku.

**

Semenjak Rio mengajakku pergi ke tempat mama dan papa Rio, ada yang aneh dengannya.
Sudah hamper 2 minggu Rio tidak bersekolah. Bahkan, ia tidak menghubungiku sama sekali.
Aku sudah menanyakannya pada Cakka,Alvin, dan Gabriel. Tapi, jawabannya yang aku dapat malah…
‘mungkin Rio sibuk’.
Sibuk? Sibuk apa? Sampai-sampai, untuk menghubungiku saja tidak pernah.
Sesibuk apa sih??

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah Rio.
Tapi apa yang ku dapat? Jawaban yang sama dari pembantu rumah tangga di rumah Rio. Dia bilang..
“maaf, den Rio tidak membolehkan saya untuk memberitahukan dia pergi kemana”.
Mengapa? Apa mungkin dia menghindariku? Ah! Tak mungkin.

Aku semakin bingung dengan keadaan Rio. Aku meminta pendapat Sivia. Dan Dia bilang.
“tenang aja. Rio pasti baik-baik aja kok. Besok dia pasti masuk sekolah” ucapnya menenangkanku.
***

Aku berjalan gontai menuju kelasku. Bagaimana tidak? Pikiranku sudah gak karuan. Selalu saja Rio hadir di pikiranku. Bayakan saja, sudah 2 minggu aku tidak bertemu dengannya. Bahkan ia tidak pernah menghubungiku.  Argh… aku gak bisa terus menerus kayak gini.
“Shilla…” panggil Sivia sambil menghampiriku yang sudah ada di ambang pintu.
Aku menoleh kea rah’nya.
“apa?” tanyaku lesu.
“jangan lesu lagi. Ayo ikut” dia langsung menarik tanganku keluar.

***

“ngapain Vi?” aku heran dengan Sivia. Kenapa dia membawaku ke kantin?
“itu lihat..” Sivia menunjuk ke sebuah bangku.

“Rio?” gumamku. Sivia mengangguk. Rio menoleh. Sepertinya ia melihatku. Senyumku kembali mengembang. Ternyata, yang diucapkan Sivia kemarin itu benar. Rio pasti baik-baik saja dan akan sekolah hari ini.
“Shilla.. sini!” panggilnya sambil melambaikan tangannya.
“ayo Shill!” ajak Sivia. Aku hanya mengangguk. Dan menghampiri Rio yang sedang bersama Alvin,Cakka,Gabriel.

“kamu kemana aja Yo? Aku nyariin kamu lho...” ucapku saat aku sudah duduk berhadapan dengannya. Rio tiba-tiba terdiam. Dia saling berpandangan dengan sahabat-sahabatnya.
“aku gak kemana-mana kok Shill.” Jawabnya. Aku mengerutkan dahiku.
“tapi kok aku dating ke rumah kamu bibi bilang kamu gak ada.” Rio terdiam.
“kamu gak pa-pa kan?” tanya ku. Rio menggeleng.
“enggak” jawabnya.
“maaf Shill. Aku gak kabarin kamu.” Ucapnya menyesal.
Apa? Maaf? Seenaknya Rio mengucapkan itu, padahal aku gelisah memikirkannya. Tapi, ya sudahlah. Lupakan. Yang penting kan Rio sekarang baik-baik saja. Ia sudah ada di hadapanku.
“gakpapa kok Yo” jawabku.

***

“Yo...” ucapku membunuh keheningan diantara kami. Kami sedang dimobil Rio perjalan pulang.
“ya?” jawabnya masih terus memandang lurus ke depan. Dan focus menyetir.
“sebenernya, 2 minggu yang lalu kamu kemana sih?” tanyaku. Aku masih penasaran!
Tiba-tiba ku lihat raut wajah Rio yang mengusut.
“aku hanya ingin menenangkan diri.” jawabnya datar.
Menenangkan diri? Memang ada apa dengannya?
Sebenarnya aku ingin menanyakan itu. Tapi karena sudah didepan rumah, aku membatalkannya.
Rio membukakan pintu mobil untukku.
“makasih.” Rio hanya mengangguk.
“mampir dulu gak?” tawar ku.
“gak usah deh, say. Aku langsung pulang aja.” jawabannya membuat aku terkekeh. Say?.
“kok malah ketawa sih? Aku kan emang sayang sama kamu.” ucapnya.
“gombal!” kataku. Aku yakin, pasti saat ini pipi ku memerah
“pipi kamu merah Shill!”
Tuh kan! OMG! Rio liat ini? Astaga, malu banget.

“hehe.. yaudah deh, aku pamit ya..” ucapnya sambil mengecup keningku.
Omaygat… semoga gak ada yang liat ini. Bisa mampus kalo ketauan ortu’ku.
“hati-hati ya..” ucapku. Rio tersenyum sambil melambaikan tangannya.
“besok aku jemput” katanya. lewat kaca jendela mobilnya. Aku mengangguk sambil tersenyum
Aku masih terus memandang mobilnya sampai benar-benar menghilang dari pandanganku.

***

Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Tapi aneh, Rio belum juga menjemputku dikelasku.
Mungkin Rio masih dikelasnya. Aku berjalan menuju kelas Rio. Saat sudah sampai didepan pintu, langkahku terhenti. Aku mendengar beberapa orang sedang membicarakan sesuatu.
Sepertinya soal yang penting. Aku memutuskan untuk diam dulu diluar kelasnya. Samar-samar aku mendengar ucapan mereka.

“kamu gak bisa, Yo, terus-terusan nyembunyiin ini semua.”
“aku harus gimana?” suara itu begitu gelisah. Sepertinya itu suara Rio.
Aku semakin menajamkan pendengaranku. Bukan maksudku untuk menguping, hanya saja aku penasaran dengan pembicaraan mereka.
“kamu harus bilang ini semua sama Shilla”
“gak mungkin Yel. Gue gak bisa.”
“Yo. Kalo lo gak mau bilang sama Shilla, tapi lo harus tetep jalanin pengobatan itu!”

Pengobatan? Maksudnya?.
Aku semakin dibuat penasaran.

“tapi Vin. Gue gak mau!” ketus Rio.
“Yo, lo harus jalanin kemo itu!”
“tapi Kka…”
“semua demi kesembuhan lo!”
“emang siapa yang sakit?” aku tiba-tiba masuk. Mereka terlihat terkejut. Aku memandang mereka heran.
“kemo? Kemo apa? Maksudnya apa? Ada apa ini?” aku bertanya bertubi-tubi.
“gak ada apa-apa kok.” sergah Rio. Aku menaikan sebelah alisku.
“udahlah Shilla… kita Cuma lagi berdiskusi.” Sahut Alvin.
“ayo Shill, kita pulang!” ajak Rio dan langsung merangkulku. Berbagai pertanyaan berkelebat di otakku. Ada apa sebenarnya?

***

Aku dan Rio tertawa renyah di dalam mobilnya. Kami membicarakan sesuatu yang amat sangat tidak masuk akal. Berbagai lelucon Rio lontarkan padaku.
“Yo.. udah dong. Sakit nih perutku.” Aku memegangi perutku yang memang terasa melilit karna terlalu banyak tertawa. Rio memang the best! Dia memang paling bisa membuatku tertawa bahagia seperti saat ini.
“haha… iya deh iya..” jawabnya. Ia menghentikan mobilnya.
“Yo. Kita mau kemana?” tanyaku saat melihat tempat yang kami injaki ini.
“ayo ikut aku” ajak Rio sambil berlari dan menarik tanganku.

Aaa… Rio… it’s so romantic . rio mengajakku ke sebuah tempat yang sangat… indah. Bukan danau biru, tapi.. Pantai yang indah.
“Rio… ini bener-bener indah banget!!” aku menatap kagum. Rio malah tersenyum licik. Dan
Byurrr

“aduh… Rio. Jail banget sih! Bajuku kan jadi basah!” aku menggerutu karena Rio menyiramku dengan air di pantai.
“biarin. Wlee…” Rio malah memeletkan lidahnya dan berlari menghindar. Aku pun mengejarnya.
Kami bermain air dan pasir bersama disana.
Rio menuliskan sesuatu di pasir itu.
RIO SHILLA SELAMANYA. Together Forever’
aa… rio benar-benar membuatku bahagia.
Kami duduk berdua sambil menghadap kea rah matahari tenggelam. Aku menyenderkan kepala ku di pundak Rio. Rio melingkarkan tangannya  dengan erat di pinggangku. Kami tak perduli walau baju kami basah kuyup.
“Yo..” aku membuka pembicaraan.  “kamu inget gak lusa hari apa?” tanyaku.
Rio tampak berfikir. Lalu ia menggeleng.
“Rio… masa kamu lupa sih?” aku mulai geram.
“apa yaa???” ia berbicara seperti meledek! Aku memajukan bibirku.
“hehe… enggak dong. Aku inget kok. Lusa hari Anniversary kita yang ke 1 tahun kan?” ia memastikan.
Aku menggangguk. Ternyata dia ingat!
“ternyata udah lama ya Shill..” ucapnya.
“iya, gak kerasa lho Yo.” jawabku.
“kamu mau aku beliin apaan?” tawarnya. Aku memandangnya.
“aku gak mau dibeliin apapun. Yang aku mau Cuma.. kesetiaan dan rasa sayang kamu buat aku.” Jawabku. Terdengar agak gombal sih.
Rio malah terkekeh mendengarnya. Ia mencubit hidungku. Aku meringis kesakitan.
“aku sayang banget Shill sama kamu.” Rio menyenderkan kepalaku dipudaknya. Merangkulku dalam pelukannya. Lalu mencium pucuk kepalaku. Aku hanya tersenyum bahagia
“I LOVE YOU ASHILLA..” ucapnya.
“I LOVE YOU TOO MARIO.” jawabku.

***

Hari ini aku berencana ke mall untuk membeli hadiah untuk Rio. Sivia tidak bisa mengantarku. Akhirnya aku pergi sendiri.
Aku bingung mau beli apa? Mungkin, sebuah jam tangan cocok ya untuk Rio.
Setelah selesai, aku menuju café yang ada di mall.
Aku melihat Gabriel sedang duduk di salah satu meja yang ada di café itu. aku menghampirinya.

“hai Yel..” sapaku.
“eh Shilla? Abis dari mana lo?” tanyanya.
“ini. Beli kado buat Rio. Besok kan kita Anniversary” jawabku
“oh.. gitu. Selamat ya.” Ucapnya. Aku mengangguk.
“dulu Rio sikapnya dingin dan cuek sama aku. Tapi gak nyangka, ternyata sekarang kita udah jadian dan udah lama” aku malah curcol.
“sebbenernya, Rio suka sama lo dari dulu Shill. Semenjak MOS Smp” aku langsung melirik Gabriel.
“dari dulu? Tapi kok, kenapa dia cuek bebek gitu sama gue? Malah sering banget ngejauhin”
“kalo itu… gue gak bisa jawab”
aku mengerutkan keningku. “kenapa?”
iel tak menjawab. Lalu kami pun larut dalam perbincangan dan bercanda bersama.


“SHILLA??” sebuah suara mengangetkan ku dan Gabriel. Kami sama-sama menoleh.

“Rio?” ucapku kaget.
“kamu lagi ngapain sama Iel? Kamu selingkuh? Hah? Padahalkan besok kita Anniversary. Tapi kenapa kamu malah ngelakuin ini? Kalo LO EMANG UDAH GAK SAYANG SAMA GUE, BILANG DONG. Jangan bohongin gue kayak gini!!”

Aku langsung tercengang mendengarnya.

“Yo. Ini semua tuh gak kayak yang lo liat. Kita berdua tuh---”
“alaah… udah lah Yel. Lo gak usah bohong!” elak Rio.
“Yo.. init uh…” ucapku lirih.
“Jahat lo Shill, Yel!” Rio langsung pergi begitu saja.
Gabriel langsung menenangkanku yang terisak.

***

Aku menunggu Rio di tempat favorit kami. Danau biru. Sudah cukup lama aku menunggu Rio disana. Dari pukul 10.00 pagi sampai sekarang sudah pukul 2 siang. Bisa dihitung kan berapa lama aku menunggunya?
Aku yakin. Rio pasti masih marah padaku. Tapi aku gak akan berhenti buat nunggu dia.
Aku mengecek handphone’ku untuk yang kesekian kalinya. Tapi hasilnya nihil. Tak ada satupun SMS atau telfon dari Rio. Aku mulai merasa gelisah.
Tiba-tiba handphone’ku berbunyi. Aku segera mengangkat telfon tersebut. Itu dari Gabriel.

“halo…”
halo Shill..”
“ada apa yel?”
Rio Shill Rio. Shilla, kamu harus cepat kesini.” Aku menjauhkan hanphone’ku dari telingaku. Mengapa Gabriel panik seperti itu? Ada apa dengan Rio?
Shill… cepatlah kamu harus cepat-cepat ke Rumah Sakit Bakti Insani.”
“memangnya Rio kenapa Yel?” aku semakin panic.
sudahlah.. cepat”. Aku langsung memutus sambungan telfon. Dan berlari mencari taksi dan melaju cepat menuju rumah sakit yang Iel bilang tadi.
Perasaan gelisah benar-benar menjalari tubuhku. Aku memandangi bungkus kado yang akan ku berikan pada Rio.

**

Aku segera berlari menuju kamar Rio dirawat. Aku membuka pintu kamar rawat Rio dengan tergesa-gesa.
“Rio?” aku sempat terkejut melihatnya terbaring lemah di ranjang tempat tidur rumah sakit itu. Rio menoleh padaku. Begitu juga dengan sahabat dan keluarganya. –kakek neneknya-

“Shilla…” rio tersenyum kearah ku. Aku segera berlari menghampirinya. Dan berhambur ke pelukannya.
“Rio, kamu kenapa?” tangisanku tak bisa dibendung lagi. Dan pecah didepan Rio. Aku tak kuasa melihat Rio seperti ini.
Lagi-lagi Rio hanya tersenyum.
“maaf Shill, aku gak dating tadi. dan maaf, kemarin aku udah salah paham sama kamu dan Iel ” Ucapnya.aku menggeleng. Bukan itu jawaban yang ingin aku dapatkan.
“kamu kenapa Yo? Kamu sakit apa?” aku bertanya sambil terisak. Rio hanya terdiam.
“Rio sakit kanker Shill. Stadium akhir”. HAH? Aku langsung tersentak.dan melepaskan pelukanku. Apa itu benar? Aku berharap ini semua mimpi. Aku menoleh pada Cakka.
“jangan bercanda deh Kka” cercaku.
“Cakka gak bercanda kok Shil.” Sahut Rio. “aku memang sakit kanker. Dan sekarang sudah memasuki stadium akhir.” Lanjutnya.
Aku benar-benar merasakan sakit. Sakit yang teramat sakit! Aku menganga tak percaya. Dan menggelengkan kepalaku.
“2 minggu yang lalu, saat aku tiba-tiba pergi. sebenarnya aku pergi ke Singapura untuk menjalani pengobatan.” jelasnya.
“jadi.. jadi semua yang kalian omongin tentang kemo itu….”  Ucapku gantung.
“iya Shill. Kemoterapi yang kita maksud.” jawab Gabriel.
“dan kamu nolak untuk ikut kemo itu Yo?” tanyaku getir. Rio menggeleng.
“kemoterapi itu gagal Shill. Aku gak bisa tertolong.” Jelasnya.

Ya Allah… tolong aku. Aku benar-benar bagaikan  tersambar petir berkali-kali. Aku sungguh tak mempercayai semua ini.
“tapi kenapa kamu gak cerita Yo. Kenapa?” nadaku mulai meninggi sambil masih terisak.
“aku… aku gak mau kamu khawatir dan cemas karena keadaan ku ini. Dan aku.. aku gak mau kamu ninggain aku.” Jelas Rio.
“aku gak akan pernah ninggalin kamu Yo. Aku Sayang dan Cinta kamu.” jawabku. Semua yang ada di ruangan itu terdiam.
“ini Shill. Kado Anniversary kita dariku.” Rio memberikanku sebuah kalung putih dengan liotin ‘Love’ yang menghiasi kalung tersebut. Dan terdapat tulisan ‘YoShill forever’. Rio memakaikannya untukku.
“Yo. Aku sayang kamu” ucapku sambil memeluk Rio erat.
“aku juga Shill. I Will Always LOVE YOU ASHILLA..”
“I Will Always LOVE YOU MARIO.” Jawabku.
Rio mengusap dan mengecup pucuk kepalaku.
Cukup lama aku memeluknya. Aku merasa ada yang aneh dengannya. Semua terdiam. Aku melepaskan pelukanku. Dan…

“RIIOOOOOOO!!!!!”


**

“Shilla, ayo kita pulang.” Ujar Sivia sambil mencoba mengangkat tubuhku. Aku masih tak mau beranjak dari tempat pemakaman Rio kekasihku. Sekarang memang tinggal hanya aku, Sivia dan sahabatnya. Gabriel,Cakka, dan Alvin.
Aku bergeming. Aku masih tetap memandang nisan yang bertuliskan nama kekasihku itu. Aku menangis. Terisak. Hatiku sangat hancur!. Aku memeluk nisan itu. Dan meremas tanah yang mengubur kekasihku.
“hiks… hiks… Rio.. hiks.. Rio…” masih saja aku menangis.
“Shilla, sudahlah jangan begini. Lebih baik kita pulang dan menenangkan diri.” Cakka mencoba membujukku. Aku tetap bergeming dan tangisku semakin besar.
“kamu jahat Yo! Kenapa kamu tinggalin aku? Dan lebih milih untuk tinggal dengan Mama dan Papa kamu? Kenapa harus secepat ini Yo? Kenapa? Kenapa Yo… hiks..” suaraku mulai serak.
“Shilla.. udah dong. Rio gak akan tenang disana dan dia pasti akan sedih kalo liat Kamu kayak gini.” Sahut Gabriel. Tangisanku bukannya berhenti malah semakin mengeras dan aku meronta. Aku gak sanggup menerima semua ini!

“please Shill. Kamu harus bisa meng-ikhlaskan kepergian Rio. Kita semua tau gimana sakitnya hati kamu. Kita juga merasakan yang kamu rasain sekarang.” Sekarang, giliran Alvin. Gabriel dan Cakka mencoba menenangkanku.
“Shill…” Sivia memelukku. mereka masih tetap mencoba membujukku. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang bersama mereka. Gabriel benar Rio pasti tidak tenang dan akan sedih jika aku begini.
“selamat tinggal, Rio..” aku berpamitan sambil mengecup nisannya.
Aku beranjak berdiri dibantu Sivia. Kami memandang kuburan tersebut sebelum beranjak pergi.
“Ayo..” ajak Cakka dengan suara yang getir.
   Aku mengangguk dan berjalan membelakangi makam Rio. Aku menoleh ke belakang. Dan aku melihat sesuatu. aku mencoba memperjelas pandanganku.
Dan benar aku melihat Rio. Aku menghentikan langkahku, dan melihat ke arah Rio. Rio menggunakan baju serba putih dan berdiri tepat di sebelah makamnya. Ia tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumannya.
“Jangan sedih Shilla sayang. Aku akan selalu ada di dekatmu. Aku sayang kamu Shilla.” ucapnya. Aku tersenyum bahagia.
“aku juga sayang kamu Rio…” gumamku sambil menggenggam kalung yang melingkar di leherku. Kalung pemberian Rio
    Gabriel,Alvin,Cakka maupun Sivia menatapku aneh. Mungkin mereka tak mendengar ucapan Rio tadi, dan mereka tidak melihat keberadaan Rio saat tadi. Aku semakin tersenyum pada Rio walau kini bayangan Rio mulai pergi. Benar-benar pergi.



THE END
 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template