Bagaimana
rasanya, ketika kau sulit terlepas dari cinta pertamamu, cinta yang pertama
kali kau rasakan dalam hidupmu, yang memberi hidupmu penuh warna.
Kau tak
bisa melepas pandanganmu darinya. Melepas bayangnya. Dan yang lebih parah, kau
tidak bisa melepas cintamu untukknya.
Bodohnya,
perasaan itu hanya bersarang dalam hatimu. Dan enggan untuk kau ungkapkan.
Ini
menyesakkan! Ini menyiksa!
Pikir mu
ingin melupakannya. Meninggalkan rasa yang semakin lama semakin besar porsinya.
Namun hatimu tetap kokoh mempertahankannya. Membuatnya bertahan untuk waktu
yang lama.
Kau
tahu, hal ini menyesakkan. Tapi kau terlalu takut. Kau bilang, kau takut dia
enggan menerima hatimu. Kau takut dia mengacuhkan perasaanmu.
Namun,
bagaimana bisa ia tahu kalau kau mencintainya, jika untuk mendekatinya saja kau
tak mampu.
Hatimu
berdegup kencang bila melihatnya. Melihat matanya, hidungnya, dan lekukan di
bibir manisnya.
Dan ketika
hatimu mencoba mencari hati yang lain. Mereka hanya singgah sejenak di hatimu.
Dan semua kembali menjadi miliknya. Milik cinta pertamamu, yang menempati ruang
dengan luas.
Kau
lelah. Kau ingin menyerah. Namun hatimu tetap kokoh meski mulai menangis.
Meski ia
telah bersama wanita lain, perasaanmu tetaplah sama. Tak berkurang sedikitpun.
Ini
lebih dari sekedar tegar. Jika ada kata lain yang lebih menggambarkan perasaan
setegar ini, mungkin cocok untuk memakainya.
Mencintai
diam-diam membuatmu merasa paling menyedihkan di dunia. Dan paling egois di
dunia. Bahagia yang kau rasakan sendiri, serta sakit yang juga kau rasakan
sendiri, hanyalah sebuah perasaan semu yang tak berguna. Perasaan semu yang tak
kunjung menemui arti yang sebenarnya.
Bagaimana
kau melepasnya dalam hatimu, ketika perasaan itu malah semakin meluas, melebar
melampaui batas.
Semakin besar
kau bertekad melepasnya, semakin besar pula hatimu untuknya.
Tidak
semua cinta butuh balasan. Tapi, dapatkah kau terus bertahan, dengan cinta yang
tulus mendalam, namun terabaikan tanpa jawaban.
Dan
ketika kau benar-benar merasa lelah. Kau benar-benar ingin menyerah. Cinta
sepihak yang kau rasakan sendiri, bertahun-tahun memendamnya sendiri, mulai
letih dan benar-benar ingin berhenti.
Ketika
rasa itu akhirnya memudar, meninggalkan celah yang mulai melebar, seseorang
datang dengan pesona yang mengagumkan.
Semakin
lama, celah itu mulai terisi olehnya. Oleh orang baru yang membuat hatimu
bergetar bila melihatnya.
Berawal
dari sebuah canda, yang akhirnya tumbuh menjadi cinta. Berawal dari sebuah
tawa, dan tumbuh menjadi rasa.
Semakin
lama, rasamu tumbuh membesar untuknya. Meninggi hingga menggapai langit di ujung
samudera.
Senyumnya
menggetarkan hatimu, suaranya menyejukkan hatimu, dan tawanya, sungguh indah
menggelitik jiwamu.
Dengan matanya yang menyipit menggemaskan,
hidungnya yang mancung, serta tubuh tinggi kurusnya, dan bibirnya yang tak
henti menyunggingkan senyum mempesona.
Dan saat
itu juga, ia menjadi sebuah berlian diantara tumpukan emas. Menjadi yang
terbaik diantara yang terbaik. Yang kau tahu, dialah yang terindah. Dialah yang
paling mengagumkan.
Ketika ia
benar-benar bersarang penuh di hatimu, ketika hatimu penuh dengan bunga, ketika
wajahmu penuh senyum bahagia, sebuah kabar yang sudah cukup lama kau ketahui,
kembali teringat dalam sunyimu.
Ia, seseorang
yang kau cintai, telah lama mencintai wanita lain. Wanita yang telah lama menetap
di hatinya.
Sama
seperti perasaanmu pada cinta pertamamu, ia mencintai dalam diam untuk waktu
yang lama. Menanti sebuah cinta untuk terjalin bersama.
Kau
mencintainya, kau menunggunya, tapi ia mencintai orang lain, dan menunggu orang
lain.
Ketika
dia yang kau cinta mencintai yang lain, hatimu penuh luka yang sulit
disembuhkan. Bagai tersayat samurai panjang yang sangat tajam, mencabik dengan
sadis, merobek hingga luluh lantak.
Beribu
puisi cinta ia ciptakan, hanya untuk seorang wanita di ujung sana. Yang
membuatmu terkulai lemah, terserang cinta yang lagi-lagi hanya sepihak.
Ketika
cinta yang telah lama kau tunggu, pergi tanpa jawab yang pasti, dan akhirnya
kau berhenti. Meniti kembali cinta yang baru, yang ternyata tetap membuat
hatimu nyeri.
Kau dan
dia, mencintai seseorang dalam diam untuk waktu yang lama. Mencintai dengan tulus
meski tak terbalas.
Kau tahu
betul, cinta yang terdalam untuk waktu yang lama sangat sulit di lepaskan. Dia
tidak mungkin dengan mudah melepas wanita itu dari hatinya. Kau sendiri, tidak
mudah menyingkirkan wanita itu dari hatinya, dan berlari masuk ke dalam
hatinya.
Rindu
yang terus menggelitik dalam hatimu, hanya mengambang dalam angin yang enggan
berhembus. Angin yang enggan membawa rindumu padanya, yang hanya akan terbalas
oleh sebuah pengabaian.
Dia mencintai
wanita lain!
Tegas angin
kepadamu.
Hatimu
terluka. Mengeluarkan tetesan pilu tanpa penghentian.
Hingga
langit menyadarkanmu, dari kisah kasih yang tak tersampaikan.
Meski
bumi lebih mencintai matahari, bulan tetap mencintai sang bumi dan mengejarnya
tanpa henti. Ketika ia menjadi bulan yang sangat mencintai sang bumi, kau hadir
menjadi sebuah bintang, yang selalu memberinya cahaya dalam kegelapan.
Jadilah
seperti sang bintang. Tetap mencinta dengan tulus, menemani bulan menikmati
setiap detik kala malam.
Jadilah
seperti senja kala petang. Memberi keindahan lembayungnya dalam kanvas langit
yang maha luas. Tulus, tanpa harus memaksa langit agar terus mendekapnya.
Jadilah
seperti angin yang berhembus dengan lembut. Tulus memberi kesejukkan, tanpa
harus memperlihatkan diri dan haus akan pengakuan.
Biarlah
cintamu terus mengalir. Layaknya air yang mengalir dengan tenang.
Karena
ketika Tuhan berkata dialah jodohmu, dialah pendampingmu yang paling tepat, kau
akan bersatu dengannya, dalam cinta yang luar biasa.
Cinta
yang tulus tidak layak terbalas dengan pengabaian yang dangkal. Cinta tulusmu
haruslah terbalas dengan cinta yang jauh lebih indah. Cinta yang jauh lebih
indah dari yang kau bayangkan.
-MN-