#Chapter 8
Rio menengok ke belakang. Merasa ada yang aneh.
“Kayaknya, ada yang lagi liatin gue deh..” ucapnya sambil
lirik kanan kiri.
Rio menggelengkan kepalanya, dan berjalan kembali untuk
masuk ke dalam mobilnya.
BRAKK!!
Rio berhasil menghempaskan tubuhnya ke kursi dibelakang
kemudi.
“Tidur siang enak, nih..” ujarnya diiringi senyuman yang
lebar.
Tiba-tiba, Rio melirik kaca spion mobilnya, saat merasa
melihat sekelebat (?) bayangan yang tiba-tiba melewati mobilnya.
“Siapa tuh?” ucapnya. Sejurus kemudian, Rio mengangkat
bahunya. Tak perduli dengan hal ini. Lalu ia menenggelamkan diri dengan
bersandar di sandaran kursi mobilnya, dan terlelap.
Oh tidak!
Rio! Cepat bangun, Yo! Bangun!
Rio banguuuuun!!!
“Rasain lo!”
Oh, Rio! Se-nyenyak itukah tidurmu? Sampai kamu tidak
menyadari, bayangan tadi ternyata seseorang, yang kali ini telah berhasil
membuat ban mobilmu bocor!
Ah, Rio...
*
Ada yang aneh... Shilla merasa ada sesuatu hal yang buruk.
Entah itu apa. Shilla tidak tahu.
Shilla melirik Ify di
sebelahnya.
Tumben sekali, gadis itu kelihatannya sedang tidak focus
memperhatikan pelajaran di depan, (walaupun Shilla tau, dia juga sedang tidak
focus).
Shilla memperhatikan Ify yang terlihat.. agaknya murung,
sambil menunduk ke bawah. Lebih tepatnya, Ify memperhatikan layar handphonenya.
“Kenapa, Fy?” Sahut Shilla bertanya. Rasanya, bibirnya sudah
gatal sekali untuk bertanya pada sahabatnya itu.
“Eh..” Ify menyadari Shilla memperhatikannya. Buru-buru ia
menggeleng, “Gak kenapa-napa, Shill.” Jawab Ify dengan senyumnya yang
terlihat... canggung?
Shilla menaikan sebelah alisnya saat melihat Ify yang
terlihat buru-buru menyembunyikan handphonenya dari Shilla.
Shilla menggeleng pelan, “Gak mungkin, Fy. Pasti ada
apa-apa. Iya, kan?” Shilla menyipitkan matanya menyelidik.
Ify menghembuskan nafasnya.
Memang susah ya, jika berbohong pada sahabat sendiri.
Mau, bagaimanapun, tetap saja sahabatmu itu ingin tau yang
sebenarnya.
Masa iya, aku harus kasih
tau hal ini ke Shilla?, batin Ify.
“Fy...” Panggil Shilla. Masih memasang muka ingin tahunya.
“Eh.. itu, anu..”
“Shilla, Ify! Sedang apa kalian?!”
Shilla dan Ify langsung mendongak dan mebenarkan posisi
duduk saat mendengar Dosennya yang memanggil.
“Bukan apa-apa kok.” Jawab Shilla mewakili.
Gadis itu lalu kembali berkutik dengan buku dan
memperhatikan penjelasan dari dosennya.
Ify sendiri, malah kembali menunduk. Ia memperhatikan
kembali layar handphonenya itu.
Lalu menghembuskan nafasnya dengan berat.
From : Daddy
Fy, Daddy dan Ayahnya Gabriel sudah memutuskan, kamu dan Gabriel akan
segera melangsungkan pertunangan sekitar 2 minggu lagi.
Kamu pasti senang bukan?
I love you, my little daughter..
*
“Baik, cukup untuk pelajaran hari ini. Jangan lupa kerjakan
tugas kalian! Selamat siang.”
Shilla memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
“Kenapa, lo?”
Shilla menoleh pada Ify yang berseru tadi, “Gue pusing.”
Jawab Shilla.
“Ha? Kalo gitu, ayo kita ke UKS.” Ujar Ify.
Ify beranjak dari duduknya, dan mencoba untuk membantu
Shilla berdiri.
“EH, Fy!” Seru Shilla yang menghentikan niat Ify tadi.
“Gue bukan pusing gara-gara sakit. Gue pusing gara-gara
kebanyakan tugas, non!”
Ify langsung nyengir lebar, “Sori, gue kira lu sakit.”
Ucapnya.
“No what what.” Jawab Shilla. Ify hanya mengangguk-ngangguk
saja karena jawaban aneh Shilla itu.
“Yuk ah, balik! Udah sepi nih kelas.” Ucap Shilla.
“Jangankan kelas, kampus aja udah mulai sepi.” Sahut Ify.
“Kok aneh?” sahut Shilla.
“Aneh apanya?” tanya Ify tak mengerti.
“Eh, gak jad—UPPP!!”
“Shill—UPPP!!!”
“Apa-apaan ini!!!” Shilla memberontak dari seseorang.
Saat di tikungan (?) tadi, tiba-tiba ada yang membekap mulut
Shilla dan juga Ify! Dan menahan tubuh mereka.
Kira-kira, sekitar empat orang.
“Siapa kalian?” Ify juga memberontak!
“Gak usah banyak omong! Cepet bawa mereka!” titah salah
seorang dari mereka, yang Shilla yakini adalah boss mereka.
Tapi, siapa itu? Shilla tidak bisa melihat siapa orang itu!
Ify juga begitu.
Dan tiba-tiba, semuanya gelap…
*
Gabriel melirik jam tangannya. Ia berjalan dengan tergesa-gesa.
“Sial!” Gabriel menggenggam handphonenya dengan kuat.
Tadi, Gabriel menerima sms entah dari siapa, yang jelas, sms
itu berisi pesan yang sangat meng- eu.. menjijikan menurut Gabriel.
Orang itu, menyuruh Gabriel untuk ke taman belakang, jika ia
mau dua orang gadis yang di sandera oleh ‘si sms misterius’ itu di bebaskan.
Dan Gabriel yakin, dua orang gadis itu adalah Shilla, dan
Ify.
“HEY!!” Gabriel berteriak pada sebuah gerombolan di pojok
taman. Ia yakin, mereka adalah orang-orang yang menyandera (?) Shilla dan Ify.
Beberapa diantara mereka menoleh.
Mata Gabriel melebar saat melihat siapa yang ada diantara
mereka.
Sedangkan Shilla dan Ify merasa lega saat mengetahui Gabriel
datang.
“Selamat datang, Gabriel..” ucap orang itu dengan nada
meremehkan!
Rahang Gabriel mengeras. Tangannya mengepal dengan kuat.
“Lepasin mereka, Cakka!!” teriak Gabriel.
Ha? Oh.. ternyata Cakka pelakunya!
“Oh.. santai dong, boss.” Ucap Cakka.
Gabriel menghampiri mereka.
Tiba-tiba saja, ia di hadang oleh dua orang!
Oh, Sion dan Riko. Gabriel terseyum remeh.
“Mau apa kalian?” ucapnya sok tidak tahu.
“Kalo lo mau nyelametin mereka, lawan kita dulu!” jawab Sion
dengan mantap.
Lagi-lagi Gabriel tersenyum remeh.
Dan..
BUG!
Satu jurus saja, Sion berhasil dibuat tersungkur olehnya.
Riko memandangnya tajam, dan..
BUG!!
Riko yang tadinya mau melawan, malah terkena pukulan dari
Gabriel duluan.
Gabriel menepuk-nepuk telapak tangannya (?) untuk
membersihkannya dari.. darah Riko dan Sion.
Riko dan Sion sendiri meringis kesakitan karena bogem mentah
dari Gabriel yang membuat sudut bibir mereka mengeluarkan darah.
“Gak sia-sia Taekwondo gue udah sabuk merah.” Ucap Gabriel
bangga.
“Sabuk merah aja bangga!” sahut Septian yang kini masih
setia memegangi Shilla dan Ify.
Gabriel mengangkat sebelah alisnya. Cakka mau nyulik kok niat gak niat gini sih? Kenapa Shilla dan Ify gak
di taliin di sebuah kursi, kayak di film-film? Eh, ini malah di pegangin sama
Septian begitu. Haha, dasar aneh!, batin Gabriel. Ia jadi tertawa kecil.
“Heh ngapain lo senyum-senyum begitu?” sahut Cakka yang
melihat tingkah aneh Gabriel.
“Mau lo apa sih, Cak?” sahut Gabriel yang tak memperdulikan
pertanyaan Cakka.
“Yang gue mau?” Cakka berjalan mendekati Gabriel. Lalu cowok
itu beralih ke telinga kanan Gabriel.
Gabriel sendiri sudah panas dingin gara-gara tingkah Cakka
itu. Ih.. mau ngapain sih, ni anak?
“GUE MAU SHILLA!!!” Tegas Cakka tepat di sebelah telinga
kanan Gabriel.
Gabriel menyeringai. “Gak akan pernah bisa!!” tegasnya
dengan penuh tekanan.
BUG!!!
Satu bogem berhasil mendarat di pipi kiri Gabriel.
Tak mau ketinggalan, Riko dan Sion bangkit kembali. Dan
membantu Cakka untuk menghabisi Gabriel.
“Gabrieeeel!!!” teriak Shilla dan Ify khawatir. Namun
sayang, cengkraman Septian di tangan mereka sangat kuat! Sulit untuk di lawan.
Duh, Rio mana sih? Yo.. cepet sini, bantu Gabriel…, batin
Shilla.
BUG!!!
Gabriel tak mau kalah, ia membalas pukulan Cakka dan
teman-temannya itu.
Dan terjadilah baku hantam diantara mereka.
“Shilla, Ify, cepat larikan diriii!!!” teriak Gabriel
memerintah pada Shilla dan Ify.
“Tapi elo gimana, Yel?” sahut Ify.
“Tinggalin gue! Cepet pergi!!!” sahut Gabriel.
“Ayo, Fy..” ujar Shilla.
Ify mengangguk lalu…
“AAAAAA….” Septian berteriak hebat saat merasa tangannya
kesakitan karena di gigit oleh dua gadis cantik itu, yang kini Septian anggap
adalah Drakula karena gigitan mereka yang mantap.
“Sial! Jangan kabur kalian!!!” teriak Septian yang mencoba
mengejar Shilla dan Ify yang kini mulai menjauh.
Gabriel sendiri masih bersikeras melawan Cakka, Riko, dan
Sion.
*
Tok.. Tok.. Tok..
TOK.. TOK.. TOK.. TOK…
Rio terbangun dari tidurnya saat menyadari suara ketukan
yang keras di kaca mobilnya.
“Hoaaammm…” Rio merenggangkan tubuhnya. lalu mengucek
matanya perlahan.
Ah, berapa lama anak ini tertidur? Sampai ia sepertinya
tidak menyadari hal apapun yang terjadi
selama ia tidur.
Rio melirik kaca di sebelahnya.
Disana, ada seorang gadis cantik yang sedang mengetuk kaca
mobil Rio –sedari tadi-.
Rio tersenyum lebar melihat gadis itu malah memanyunkan
bibirnya.
“Hallo, Shill..” Ucap Rio.
Shilla tidak menghiraukan ucapan Rio.
Rio sendiri bingung melihat mulut Shilla cuap-cuap tidak
jelas di luar sana.
Sedetik kemudian, Rio menepuk jidatnya.
Bodoh!
Rio langsung membuka pintu mobilnya. Shilla pun agak mundur
dari pintu mobil Rio.
“Duh, sori, Shill. Gue kelupaan hehe...” ucap Rio merasa
bersalah.
“Iyadeh, sebodo. Yang jelas, sekarang lo harus bantu
Gabriel! Sekarang!” ujar Shilla penuh penekanan.
“Gabriel? Kenapa dia?” tanya Rio.
Shilla menepuk jidatnya. “Udah, buruaaaan..” titahnya.
Alis Rio bertautan melihat Shilla yang berkata seperti itu.
Dari nada bicaranya, Shilla terdengar seperti minta tolong secepatnya.
Ada apa sih?
Rio berkutik dengan perasaan bingungnya sendiri.
“Yo, kenapa bengong? Udah cepet anter Shilla pulang, sana.”
Ah, Rio baru menyadari ternyata ada Ify yang berdiri di
samping Shilla.
Shilla menoleh cepat pada Ify, “Kok lo nyuruh gue pulang sih, Fy? Gabriel
gimana?” tanya Shilla tak terima.
“Gue yakin Gabriel baik-baik aja. Mendingan lo pulang sana,
Shill. Biar aman.” Ujar Ify.
“Lha, elo gimana, Fy?”
“Gue mau tunggu Gabriel aja, Shill.” Jawabnya.
“Ada apa sih, Fy? Kok kayaknya kalian ketakutan banget
gitu?” Tanya Rio pada Ify.
Shilla dan Ify sama-sama menggelengkan kepala.
“Udah, ayo cepet cabut!” Titah Shilla yang langsung memutari
mobil Rio, dan membuka pintu penumpang, dan duduk dengan manis.
Rio mengangkat bahunya. “Lo mau bareng, Fy.” Tawar Rio, yang
sebenarnya.. bertanya sih.
“Enggak! Udah buruan sana!” Ify mendorong tubuh Rio,
sehingga pemuda itu berhasil masuk ke dalam mobil.
Ify sendiri langsung berlari ke arah Gabriel yang ternyata,
baru saja berjalan memasuki area parkir.
Rio memperhatikan mereka berdua.
Lebih tepatnya, memperhatikan Gabriel. Cowok itu jalannya
terlihat tergopoh-gopoh. Dan wajahnya juga... bonyok? Ada apa sih?
Hello… siapapun,
please kasih tau gue, apa yang sebenarnya terjadi!!, Rio membatin sendiri.
“Yo! Cepetan napa!” Shilla jadi keki sendiri melihat Rio.
“Eh, iya, Shill.” Rio memasukkan kunci mobilnya ke dalam lubang
kunci, dan memu--- tunggu! Ada yang aneh!
Rio merasa ada yang aneh di bagian belakang mobilnya.
“Tunggu bentar, Shill.” Rio pamit keluar dulu dari mobilnya,
untuk mengecek keadaan mobilnya itu.
Shilla sendiri harap-harap cemas menunggu Rio.
Rio memperhatikan keadaan mobilnya dengan detail. Lalu ia
beralih ke ban belakangnya yang terlihat aneh.
Rio berjongkok untuk memeriksa ban mobilnya itu.
“Sial! Bannya bocor!” Rio berdecak kesal menyadari hal itu.
Dan sialnya, bukan hanya satu yang bocor. Tapi dua-duanya!
Dua ban bagian belakang bocor!
Dan, yang lebih sialnya lagi, Rio lupa tidak membawa ban
cadangan.
“Shill, bannya bocor.”
Ucap Rio. Lagi-lagi merasa bersalah pada gadis itu.
Shilla geleng-geleng kepala. Merasa apes sekali ia, hari
ini.
Gadis itu segera keluar dari mobil Rio. “Terus gimana dong?”
tanya Shilla.
Rio menggeleng, “Gue juga gak tau. Mana gue gak bawa ban
serep (?). Jadi gue harus nunggu orang
bengkel ke sini.” Jawabnya.
“Ada apa?”
Rio dan Shilla sama-sama menoleh mendengar suara itu.
Ternyata, Gabriel sudah berdiri di balik punggung Shilla.
Bersama Ify juga tentunya.
“Ban mobil Rio bocor, Yel. Dan Rio lupa bawa ban cadangan.”
Jawab Shilla.
Rio dapat melihat Gabriel tersenyum lebar mendengar jawaban
dari Shilla.
“Yaudah, kalo gitu, pulang bareng gue aja. Sama Ify juga.”
Ujar Gabriel.
Shilla melirik Rio sebentar.
“Udah, sana. Bareng dia aja. Emang lo mau nunggu lama?” kata
Rio.
Oh, tentu saja Shilla mau!
Shilla mau kok menunggu lama dengan Rio. Tapi, kenapa
waktunya tidak tepat seperti ini? Di saat dia justru harus pulang secepatnya!
“Sori ya, Yo.” Ucap Shilla. Rio hanya mengangguk.
“Tapi, nanti sore jadi kan?” tanya Rio.
Shilla mengangguk, “Gue duluan..” pamit Shilla, seraya
berjalan beriringan dengan Ify.
Rio hanya mengangguk dan tersenyum.
Rio menatap Gabriel yang masih berdiri di hadapannya.
Gabriel menggeleng-gelengkan kepala, “Gue harap, lo jauhin
Shilla!” tegas Gabriel.
Mata Rio membulat mendengarnya.
“Maksud lo?”
“LO GAK BISA JAGA DIA DENGAN BAIK! Mending lo pergi dari hidup
dia!” tegas Gabriel lagi.
Rio semakin tidak mengerti.
“MAKSUD LO APA?!” tuhkaaan.. Rio jadi emosi.
“Yel.. Ayo cepet!”
Gabriel dan Rio sama-sama menoleh saat mendengar suara
cempreng Shilla.
Gabriel berbalik, dan berjalan menuju mobilnya. meninggalkan
Rio yang masih berdiri mematung dengan kebingungannya.
“HEY! Ada apa ini?”
*
“Gue gak habis pikir sama Cakka..”
Gabriel yang duduk di depan, menoleh pada Shilla yang duduk
di belakang bersama Ify.
“Kenapa anak itu masih aja ngejar gue, ya?” lanjut Shilla.
Gabriel mengangkat bahunya. Kali ini pandangannya mengarah
ke jalan raya di depannya. “Entahlah. Mungkin dia gila.” Jawab Gabriel
sekenanya.
“Hush! Jangan ngomong gitu!” sahut Ify.
“Oya, memangnya, Cakka itu siapa sih?” tanya Ify.
Shilla menatap Gabriel. Gabriel menggeleng-gelengkan
kepalanya. Mengisyaratkan Shilla untuk tidak berkata apa-apa.
“Bukan siapa-siapa kok, Fy.” Jawab Shilla.
“Hey, kalian ini sahabat gue kan?” sahut Ify merasa tidak
puas dengan jawaban Shilla. “Kenapa kalian gak mau ngasih tau? Kalian gak
percaya sama gue, Ha?” lanjut Ify dengan nada yang meninggi.
“Nanti kita pasti cerita kok, Fy. Tapi bukan sekarang.”
Sahut Gabriel.
Shilla mengangguk menyetujui.
“Hhh.. okelah..” Ucap Ify.
*
To be continued!!
0 komentar:
Posting Komentar