#Chapter 7
“Ngomong apa sih, lo!” Shilla tertawa kecil sembari menonjok
pelan lengan Gabriel.
Gabriel meringis, “Yakali aja, begitu.” Ucapnya seraya
memaerkan senyumannya.
Shilla ikut tersenyum. lalu kembali menekuni aktivitasnya;
makan bubur.
Gabriel sendiri hanya tersenyum melihat Shilla yang asik
dengan buburnya.
BRAKKK!!
“HEY! AWAS LO!!!”
Shilla dan Gabriel sama-sama menoleh kea rah suara yang
terdengar bising itu.
“GUE MAU DUDUK DISITU!”
Astaga! Shilla menganga saat melihat siapa orang yang
tiba-tiba datang dan menggebrak meja dengan seenaknya itu.
“Shill..” Gabriel menatap Shilla khawatir.
“Cakka, Yel..” ucap Shilla masih tak berhenti menatap
laki-laki yang kini tengah duduk di kursi yang mejanya ia gebrak tadi.
Cakka. Anak Fakultas Ekonomi.
Tampan. Tapi... Sifat dan Sikapnya gak banget!
Shilla buru-buru meminum the botolnya. Lalu beranjak dari
duduknya.
“Gue duluan, Yel..” ucapnya, seraya berjalan cepat
meninggalkan kantin.
Gabriel masih tercengang di tempatnya.
Sedetik kemudian, dia mengangkat bahu. Lalu ikut beranjak
pula dari tempat duduknya.
Gabriel membalikan tubuhnya, tapi..
“Hello, GABRIEL STEVENT DAMANIK!” oh! Tidak! Cakka tiba-tiba
ada di hadapannya!
“Masih inget gue, tuan?” Cakka menarik ujung bibir kanannya.
Tersenyum remeh pada Gabriel.
Gabriel ikut tersenyum remeh. “Tentu saja, CAKKA KAWEKAS
NURAGA!”
*
Shilla berjalan cepat menuju kelasnya. Sampai-sampai,
beberapa kali ia menabrak beberapa mahasiswa.
“Sial! Ngapain si Cakka kesini? Gedung Ekonomi kan cukup
jauh dari Gedung Kedokteran!” Shilla menggerutu sendiri.
“Awas aja, kalo sampe dia…”
BRAKKK!!
“Aw!”
“Waduh..” Shilla menatap buku-buku yang berserakan di
hadapannya. Lalu beralih menatap seseorang yang di-tabraknya-itu.
“Eh.. Miss. Della.” Shilla nyengir-nyengir aneh di hadapan
dosennya, yang kini terlihat berapi-api itu.
“Kamu punya mata ‘kan? Jalan tuh pake mata!” ujar Miss.
Della.
“Jalan pake kaki, Miss. Bukan pake mata.” Balas Shilla yang
langsung mendapat pelototan dari Miss. Della.
“Sudah cepat! Bantu bereskan!” ujar Miss. Della.
“Iya, bu.” Dengan pasrah, Shilla berjongkok, lalu
membereskan buku-buku yang berserakan itu.
“Shillaaaa...” Shilla mendongak saat mendengar namanya di
panggil seseorang.
“Ada apa, Yel?” tanya Shilla pada seseorang yang
memanggilnya tadi. Ternyata Gabriel.
“Sebaiknya, lo cepet masuk kelas sana!” ujar Gabriel.
Shilla hanya mengangguk, lalu bangkit berdiri. “Ini, Miss.
Bukunya.” Shilla menyerahkan buku-buku itu pada Miss. Della yang menatapnya dan
Gabriel dengan bingung.
“Em, oke terima kasih.” Ucap Miss. Della seraya pergi.
Shilla mengangguk, lalu berjalan cepat –lagi-. Meninggalkan
Gabriel yang masih sibuk mengatur nafasnya. Oh, pasti tadi Gabriel berlari!
Sesampainya di kelas, Shilla langsung duduk di sebelah kursi
Ify.
Ify yang sedang membaca Novel itu, mendongak, menyadari
kedatangan sahabatnya.
“Kenapa, Shill?” tanya Ify.
“Gawat, Fy! Cakka tadi kesini!”
Ify mengrenyit tak mengerti. “Cakka? Siapa?” tanyanya.
Shilla menepuk jidatnya. Lupa kalau ia dan Ify bersahabat
belum terlalu lama.
*
Rio menggaruk kepalanya saat melihat isi tasnya.
Alvin. Sahabatnya, memperhatikan Rio yang bertingkah aneh
itu.
“Kenapa, Yo?” tanyanya.
Rio menoleh. “Jam ke-tiga nanti bagian Mr. Ibram, ya?” Rio
malah tanya balik.
Alvin berfikir sejenak. Lalu mengangguk.
“Kenapa?” tanyanya.
“Hehe..” Rio tertawa garing, “Gue lupa bawa tugas, Vin.”
PUK!
Alvin menepuk jidatnya sendiri. “Mati lo, Yo!” ucapnya.
Rio meringis, “sekarang baru jam pertama kan? Gampang. Nanti
tinggal balik aja.” Rio tersenyum lebar.
Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya, “Kenapa sekarang lo
jadi suka bolos sih, Yo?” tanya Alvin.
Rio membulatkan matanya. Pura-pura kaget.
“Emang gue belum cerita ya, Vin?” tanya Rio. Yang dibalas
dengan gelengan kepala oleh Alvin.
“Gue punya kecengan, Vin!”
Alvin melongo parah mendengar ucapan Rio. “E-elo.. punya
kecengan?” tanyanya tak percaya.
“Kok... lo kayaknya gak percaya gitu sih, Vin?” kata Rio
sembari menaikan sebelah alisnya.
“Gapapa sih. Gue Cuma bersyukur aja.” Jawab Alvin,
“Akhirnyaaa.. Sohib gue yang lama menjomblo ini punya gebetan juga!” sambungnya.
“Sial!”
*
Shilla merapatkan cardigan yang baru saja dipakainya.
Air alam yang tadinya hanya turun sedikit demi sedikit, kini
tengah berubah menjadi hujan yang datang deras tanpa ampun.
Shilla menarik ujung bibirnya ketika mendengar sang dosen –yang
memang terkenal humoris itu- melontarkan sebuah lelucon. Kelas juga menjadi
riuh seketika.
“Baiklah, selesai untuk hari ini.” Ucap Pak Rian. “Minggu
yang akan datang kita akan bertemu kembali. Jangan lupa kerjakan tugas kalian.
Daaaan.. tidak usah merindukan saya selama seminggu itu, ya” lanjutnya seraya
memberikan senyuman jahil.
Sebagian anak tertawa, sebagiannya lagi mencibir. Haha.
“Shilla…” Shilla mengalihkan pandangannya pada pak Rian yang
kini sudah berjalan keluar dengan cengiran yang masih mengembang dibibir dosen
narsis itu.
“Fy, kantin, yuk!” ajak Shilla. Pada Ify yang memanggilnya
tadi.
Ify mengangguk. Lalu beranjak dari duduknya. “Yuk..”
ajaknya.
Shilla menguap sebentar. Hujan memang bikin suasana jadi
kantuk.
“Gue mau beli bakso ah. Yang pedeees bangets! Biar gak
ngantuk lagi.” Ucap Shilla seraya berjalan beriringan bersama Ify.
“Terserah elo..” jawab Ify.
Shilla manyun, “Jawaban lo gitu banget, Fy.” Katanya.
Ify melirik sahabatnya itu, lalu tersenyum dan merangkulnya,
“Terus gue harus jawab apa, dong?” katanya.
Shilla Cuma nyengir, “jangan rangkul-rangkulan begini, ah.
Ntar disangkanya kita pacaran lagi.”
“Idih..” Ify langsung komat-kamit gak jelas.
Hujan belum juga menghentikan aktivitasnya.
Untungnya, jarak dari kelas Shilla ke kantin tidak jauh dan
tinggal melewati beberapa lorong saja.
Jadi, tak perlu khawatir terkena hujan.
Sesampainya di kantin, Shilla dan Ify sibuk mencari tempat
duduk yang kosong.
“Dimana ya, Shill?” tanya Ify.
Shilla menggeleng dan masih mencari tempat yang kosong.
Dapat!
“Disana aja, Fy.” Shilla menunjuk sebuah meja yang ada di
dekat penjual nasi goreng dan sebagainya.
Shilla dan Ify berjalan menuju tempat yang ditunjuk Shilla
barusan.
Baru saja Shilla dan Ify melangkahkan kakinya, tiba-tiba..
“SHILLAAAA…”
Mata Shilla membulat sempurna saat melihat siapa yang
memanggilnya.
Orang itu tersenyum sambil melambai-lambaikan tangannya pada
Shilla yang malah mematung karena kebingungan.
“Shill..” Ify menyenggol lengan Shilla dengan sikunya. Lalu
tersenyum jahil pada Shilla.
“Dasar gila!”
Shilla berjalan dengan cepat menuju meja yang di duduki
orang tadi. Tidak jadi ke meja yang di tunjuknya.
“Rio! Ngapain lo disini?!” Shilla menatap Rio menyelidik.
Rio menyeruput jus Alpukatnya, “Mau makan bareng lo.”
Jawabnya.
“Waaa.. lo pesen makanan banyak amat, Yo.” Shilla dan Rio
sama-sama melirik pada Ify yang ternyata sudah duduk di depannya.
“Kalo lo mau, silahkan aja mau pilih yang mana, Fy. Gue baru
pesen tadi tuh. Masih anget-anget kok.” Ucap Rio.
Ify hanya mengangguk lalu mengambil semangkuk mie ayam.
Shilla mengalihkan pandangannya dari Ify, pada Rio, “Gue
tanya! Ngapain lo disini?”
“Gue udah jawab, ‘Gue mau makan bareng lo’.” Jawab Rio.
“Emang kenapa sih?” tanyanya.
“Kenapa harus disini?” sahut Shilla.
“Kenapa lo kayak Bunglon sih, Shill?”
Shilla melotot kaget mendengar ucapan Rio.
“Kadang lo baik, kadang galak. Kadang lo nyebelin. Tapi
selalu ngangenin dan bikin gue kena penyakit rindu berat sama lo. Eh..” Rio
tersentak mendengar ucapannnya sendiri. Shilla sendiri langsung melongo. Ify
juga.
“Em eu..” Rio jadi salah tingkah. “udah, cepet duduk.”
Rio memegang kedua pundak Shilla. Dan menuntunnya untuk
duduk di sebelahnya. Oh ya, Ify ada duduk di hadapan mereka.
Shilla masih tercengang dengan ucapan Rio barusan.
“Gak usah bengong juga dong, Shill.” Sahut Ify sambil
cekikikan.
Rio malah salting gak jelas.
“Gue mau bakso.” Sahut Shilla akhirnya.
Rio tersenyum, “Nih, a—“ ucapan Rio terhenti ketika melihat
bakso yang seingatnya ada di meja, kini telah tiada. Lalu dia melirik Ify.
Ah dasar! Badan kecil tapi makannya banyak *eh
“Gue pesenin deh..” ucap Rio.
*
Gabriel memainkan handphone sambil bersiul-siul ria saat
berjalan menuju kantin.
Matanya terus menatap layar handphonenya itu.
sampai tak sadar, ternyata ia sudah sampai di pintu utama
kantin.
Gabriel mendongak, beralih dari handphonenya.
“Eh..” mata Gabriel menangkap sesuatu!
Ada seorang cowok sedang membawa dua mangkuk bakso. Dan
berjalan menuju...
HAH? GAK MUNGKIN!
Gabriel buru-buru berjalan menuju tempat tujuan cowok itu
juga.
“Shill, ini…”
HAP!
Hampir saja Gabriel kalah cepat dengan Rio.
Gabriel langsung duduk di sebelah Shilla saat Rio juga akan
duduk di sebelah gadis itu.
“Hello Ashilla Zahrantiara, Hello Alyssa Saufika..” Gabriel
menyapa sambil memberikan senyumannya pada kedua gadis di depannya.
Rio udah mencak-mencak sendiri melihatnya.
“HEY! Ngapain lo disini?” Ucap Rio sembari menyimpan baki
–yang berisi dua mangkuk bakso- di mejanya dengan kasar.
Gabriel menoleh sebentar, lalu kemabali mengalihkan pada
Shilla, “Dia ngapain disini, Shill?” tanya pada Shilla.
Shilla melirik Ify. Oh my God!
Si Ify malah tetep asik makan. Padahal, Shilla tau, tadi Ify
sempet kaget juga sama kedatangan Gabriel yang tiba-tiba itu.
“Tanya aja sendiri.” Jawab Shilla sembari mengangkat
bahunya.
Ify bisa melihat dari sudut matanya. Shilla tadi seperti
emm.. tidak enak mungkin gara-gara Shilla dekat dengan Gabriel?
Tapi.. Ify juga bertanya. Memang dia harus apa?
Cemburu? Oh. Ify merasa ia tidak berhak.
Eh? Tidak berhak? Bukankah Ify itu calon…
Sudahlah, Ify merasa, kalau Gabriel tidak mencintainya.
Gabriel mencintai Shilla. Bukan dirinya.
Jadi, biarkan saja..
“duduk sini, bro, jangan sungkan..” Gabriel memegang sebelah
pundak Rio dan mendudukannya di sebelahnya.
“Eh, tapi gue maunya deket Shilla.”
“Tapi kan udah keduluan gue.” Balas Gabriel.
“Sial!” Rio melirik Shilla. “Nih Shill, Baksonya.” Rio
menyodorkan semangkuk bakso pesanan Shilla.
“Oh, iya. Makasih, Yo.” Ucap Shilla seraya tersenyum.
Rio balas tersenyum. lalu melirik pada Gabriel yang terlihat
jealous itu. “Wleee” Rio memeletkan lidahnya.
“Duh..” Gabriel tiba-tiba memegang perutnya yang terasa
terkoyak-koyak.
“Kenapa, Yel?” tanya Ify. Ow ow ow.. ternyata Ify
memperhatikannya!
YES!, Rio tertawa dalam hati (?)
“Lo lapar, yaaaa??” tanya Rio. Sedikit menggoda sebenarnya.
“Enggak!” jawab Gabriel. Rio melengos.
“Kalo lapar, pesen makanan aja sana, Yel.” Ujar Ify lalu
kembali menyantap baksonya yang tinggal seperempat.
“Terpaksa deh…” Gabriel berdecak. Terpaksa deh, dia harus
beli makanan dulu. Biar perutnya gak kelaparan lagi. Terpaksa deh, dia harus
merelakan tempat duduknya pada Rio. Terpaksa deh, terpaksa deh, terpaksa deh...
“Eh, nanti sore nonton yuk, Shill.” Ucap Rio.
Shilla menoleh. Tapi dengan memasang wajah anehnya. Wajah
orang yang kepedesan gak karuan.
“Nanti gue jemput jam 5 oke?” kata Rio.
“Teh botol lo buat gue, ya?” tanya Shilla yang sepertinya
tak memperdulikan ucapan Rio barusan.
Rio melengos. Dasar, cewek ini!!!
“Gue mau beli makanan ringan dulu, ya, Shill, Yo.” Ify
berdiri dari kursinya.
BAGUS!!!
Ternyata Ify mengerti keadaan. Dia membiarkan Rio berduaan
dengan Shilla.
Rio tersenyum lebar saat Ify beranjak dari duduknya, dia
berucap pelan; thanks pengertiannya, Fy.
Ify mengangguk-ngangguk kikuk.
Ha. Sebenarnya, Ify memang mau membeli makanan ringan. Bukan
alasan untuk membiarkan Rio bersama Shilla.
Tapi, biarlah kalau Rio memang malah menganggap seperti itu.
“Emang mau nonton film apa, Yo?” tanya Shilla.
Rio menggeleng, “Gak tau. Gimana nanti aja.” Jawabnya.
Matanya tak lepas dari siluet wajah cantik gadis di hadapannya itu.
Shilla tiba-tiba menoleh. Membuat matanya dengan mata Rio
saling bertatapan.
Mata Rio membulat kaget karena melihat Shilla yang kini
menatap tepat pada bola matanya.
Shilla, I love you!!!, batin Rio.
Glek! Shilla menelan ludahnya.
Em, I love you too Rio, batinnya menjawab.
Lho? Kok Shilla bisa tau apa yang ada di fikiran Rio sih?
Jangan-jangan mereka memang...
Jodoh?
*
“Yo. Gue masih ada kelas. Lo pulang aja sana.”
“Wah, jadi lo ngusir nih?”
“Enggak gitu. Maksudnya..”
“Apa?” Rio melipat kedua tangannya di depan dada.
Shilla melengos. “Yaudah. Terserah lo.” Ucap Shilla lalu
mulai berjalan masuk ke kelasnya.
“Terserah apanih?” teriak Rio yang tidak mengerti dengan
kata ‘terserah’ dari Shilla.
“Terserah lo mau ngapain ajaaa..” balas Shilla dari dalam
sana.
Rio mengangkat bahunya.
Gak tau juga sih, abis ini dia mau ngapain.
Ikut masuk bareng Shilla?
Hellooo harga diri lo mau di taruh dimana?
Itu bukan kelas lo. Jangan kan kelasnya. Kampusnya aja
bukan.
BRAK!
Saat Rio berbalik, ternyata ada seseorang dibelakangnya.
“Eh, sori, Yel.” Ucap Rio pada Gabriel.
Gabriel menatap Rio dengan tajam. Lalu kembali melanjutkan
jalannya.
“Semua orang sikap dan sifatnya emang kayak bunglon ya. Bisa
berubah sewaktu-waktu.” Rio nyengir. Lalu berjalan menuju parkiran.
Ia sudah putuskan.
Mau menunggu di dalam mobilnya saja.
Rio berjalan dengan santai. Tanpa menyadari ada yang
memperhatikannya sedari tadi.
“Dia siapa?”
“Gak tau, bos.”
“Bego! Cari tau dia secepatnya!”
*
To be continued!!
0 komentar:
Posting Komentar