Blogger Widgets

Minggu, 01 September 2013

“ASHILLA!” #8

^^^PART 8^^^

“ah! Bikin cemas aja deh mereka” ucap Shilla sambil mengeluarkan kepalanya(?) melalui jendela. Shilla kembali resah tapi dilain sisi, ia juga gak kuat nahan sakit di lututnya itu.



**


“disebelah mana yo?” tanya Alvin masih dengan larinya.

“iyanih, kita udah keliling 3x lho” tambah Gabriel.

“aduh dimana ya?” desis Rio.

Cakka menghentikan larinya. “eh sebenernya lo tau gak sih?” tanya Cakka dengan nada yang meninggi. Rio memandang Cakka.
“eh Kka. Denger ya, gue bilang kan gue tau! Tapi gue lupa!” jawab Rio sembari mendorong tubuh Cakka.

“eh biasa aja dong lo! Gausah pake emosi!” kata Cakka yang juga mulai terpancing emosi.

“eh apaan sih kalian, kok malah berantem gini!” lerai Gabriel sambil menghampiri Cakka Rio.

“udah ah ayo cepet cari lagi.” ajak Alvin yang sudah siap dengan gerakan lutut dan ayunan tangannya.

“lagian yang punya mobilnya juga aneh. Masa gak tau nyimpen mobilnya dimana.” gumam Cakka.

“eh! Lo ngomong apa tadi?!” Gabriel yang merasa tersindir langsung menengok kearah Cakka dengan tatapan tajam.

“heh apaan sih kalian ini?! Udah deh! jangan berantem gitu” ucap Alvin yang udah sebel sama sohib-sohibnya itu.

“emang kalian mau babak belur di tinju tuh preman? Enggak kan?” tambahnya.

“eh eh, premannya ada lagi tuh. Ayo cepet lari” ucap Rio sambil menunjuk kearah preman tadi, dan langsung lari ngibrit.



tiba-tiba Gabriel menghentikan larinya.
“kita ngapain lari sih? Kenapa gak kita bayar aja tuh kerusakan motornya” usul Gabriel.

“iya juga ya” jawab Rio. “emang lo bawa duit gak Yel?” tambahnya. Gabriel menggeleng.
“enggak. Duit gue ada dimobil”.
“e dasar..”.
“emang lo bawa duit gak Yo?” tanya Alvin.

“enggak sih. Hehe” Rio malah cengengesan.
“lo bawa kan Vin?” tanya Cakka.
“o jelas dong…” jawab Alvin enteng lalu merogoh sakunya.

“eh.. dompet gue ada di mobil lo Yel”
“ah elah Vin…” semuanya terlihat gelisah.
“emang lo bawa duit kak?” kini Gabriel bertanya pada Cakka.
“nih” Cakka memperhatikan uangnya kepada teman-temannya.


“Hah? SEREBU????”

“haha…” cakka malah ketawa-ketiwi..

***

“aduh, darahnya udah agak kering tapi kok masih tetep sakit ya?” gumam Shilla sambil terus mengusap lukanya menggunakan tisu.



“eh eh itu mobilnya! Ayo cepet masuk!”

“heh mau kemana kalian?!”

Shilla mendengar suara teriakan, lalu ia menengok ke arah belakang. Dan benar! Mereka CRAG.Shilla langsung keluar dari mobil.


“hayo mau lari kemana kalian?” ucap Preman 1 sambil mengepal tangannya.
CRAG keliatan ketakutan dan menyenderkan tubuhnya pada mobil.

“Shill, lo ngapain keluar? Cepet masuk" bisik Rio yang memang dekat dengan Shilla yang berada di pintu mobil.

Preman itu siap melayangkan tinjuannya ke muka Cakka.
Dan....

‘BOUGHT!!!’

“aww…..!!”




“SHILLA….” teriak Cakka,Rio,Alvin,Gabriel.

“kurang ajar!” umpat Gabriel dan langsung menonjok preman tersebut.

“sialan!” Alvin juga ikut-ikutan menonjok preman tersebut dan diikuti oleh Rio dan Cakka.

Muka mereka merah berapi-api(?). Emosinya mulai naik.
Preman itu lalu berlari menghindar.

“heh! Bukan kita yang cemen! Tapi lo yang cemen!” teriak Cakka ke preman-preman tadi.

“Shill, lo gapapa kan?” tanya Rio sambil memegang pipi Shilla.

“aw.. Sakit kak” ringis Shilla.

“eh Kka, coba aja kalo tadi lo gak ngehindar, gak mungkin kena Shilla kan!” ucap Alvin dengan melebarkan matanya sambil menunjuk muka Cakka dengan telunjuknya.


“oh.. Jadi maksud lo biar gue aja gitu yang kena tonjok? Iya? Hah!” Cakka menyingkirkan tangan Alvin dari hadapannya.

“iya, karna lo itu Cowok! Dan Shilla, dia gak pantes dapet tonjokkan gitu!” jawab Alvin dengan nada yang tinggi.

“heh! Apaan sih kalian? Siapa yang mau coba luka kayak begini? Gaada tau gak! Udahlah ayo kita bawa Shilla ke rumah sakit!” ucap Gabriel dan langsung membantu Shilla duduk dan masuk.


***
“Yo. Ambil P3K deh dibelakang” perintah Gabriel. Rio langsung mengambil kotak P3K tersebut.
“sini. Biar gue bantu obtain” Cakka langsung mengambil alih kotak tersebut. Rio melengos lalu membantu megobati.


“kak, kita gak usah ke rumah sakit ya” ucap Shilla memelas.

“lho kenapa Shill? Itu kan harus di obatin” jawab Gabriel sambil melihat Shilla lewat kaca…. (kaca apatuh? Itoloh yang didepan. Pokoknya itu deh ya:D).

“enggak ah, gue gak mau” jawab Shilla.

“ini semua gara-gara lo Kka” ucap Alvin sambil membalikan badannya ke belakang menghadap shilla cakka rio.
(ket: Alvin Iel didepan. Cakka Shilla Rio dibelakang. Shilla ditengah-tengah Rio dan cakka.)

“lho? Kok salahin gue lagi sih?” Cakka telonjak.

“yaiyalah… Lo kan yang bawa dia. Main sepeda’an segala lagi” tambah Rio.
“coba kalo lo gak bawa-bawa Shilla, pasti dia gak bakal kayak gini” timpal Gabriel.
Shilla menatap mereka dengan cemas takut terjadi perang dunia ke 15(?)

“eh kok lo semua salahin gue sih?! ini tuh bukan salah gue kali” bela Cakka dengan nada bicaranya yang mulai meninggi.

“ Apa? bukan salah lo apaan? Jelas-jelas ini semua tuh salah lo!” ucap Rio.
"tapi kan gue…”

“ tapi apa hah? Udah salah gak mau ngaku lagi lo!” timpal Alvin.

“okeh gue ngaku, ini salah gue. Puas kalian?” ucap Cakka.
“Puas? Kita gak puas!” jawab Rio.
“liat tuh Shilla! Dia jadi korban!” kata Gabriel.

“eh ini tuh kecelakaan. Dan Gue gak tau kalo kejadiannya bakal kayak gini!” Cakka masih tetap membela dirinya.

“lo tuh gak bertanggung jawab banget ya Kka! Lo kok gak peduli gitu sama Shilla!” Ungkap Alvin.

Shilla menelan ludahnya.

‘aduh kok jadi gini sih?’ batin Shilla.

“iya, lo tuh egois. Lo cuma mikirin diri lo sendiri.” tambah Rio.

“apa lo bilang yo? Gue Egois?” Cakka mulai emosi.

“iya lo egois Kka” gabriel menjawab dengan santai kayak dipantai, slow kayak di pulau #okeh!abaikan.

“Egois apaan gue? Gue kan masih peduli sama Shilla, sama kalian juga” jawab Cakka.

“peduli lo bilang? Tadi lo bilang apa? Lo bilang kalo lo ngehindar biar gak kena tonjokkan, tapi apa? Malah Shilla kan yang kena!” ketus Alvin
“padahalkan biarin aja lo yang kena” tambahnya.

“heh kalo kalian emang gak niat buat bantuin gue, harusnya kalian gak usah sok-sok ‘an bantuin deh!” umpat Cakka.
“heh Kka, kalo kita gak dateng dan bantuin lo, lo bakal babak belur!” kata Rio.

“dan bukan hanya lo, tapi Shilla” lanjutnya sambil menatap Cakka tajam.
Cakka langsung angkat bicara.
“heh kalian itu kal…”

“STOOOOOPPPPPP!!!!!!!!!!” Shilla yang daritadi diam kini berteriak dan langsung membuat mereka ber4 terdiam.

“kalian apa-apaan sih?” ucap Shilla sambil menatap mereka satu per satu.
“kalian tuh kayak anak kecil tau gak!” tambahnya.

“ini bukan salah kak Cakka, ini bukan salah siapa-siapa. Ini memang udah seharusnya kayak gini. Gue yang kena tonjok. Dan itu kecelakaan!” Shilla menarik nafasnyanya.

1 detik 2 detik Suasana menjadi sunyi.


“dan gue, gue gak suka kalo perSahabatan dipenuhi sama perdebatan! Kalian itu Sahabatan kan? Harusnya kalian gak pake emosi gini dong! Gue gak suka!” Shilla berkata layaknya sang penceramah.
“semuanya bisa diomongin baik baik. Bukan kayak gini” Mereka(Crag) saling menatap.


“kak Iyel, stop. Gue mau turun sekarang.” ketus Shilla sambil menepuk kursi Gabriel.

“tapi Shill, sebentar lagi kan malem” jawab Gabriel.

“biarin! Lebih baik gue jalan aja. Dari pada Gue harus terlibat dalam perdebatan kalian yang menyebalkan ini.” jawab Shilla.

“tapi Shill…”

“please kak.” Shilla mulai memelas. Gabriel menarik panjang nafasnya. Lalu memberhentikan mobilnya. Shilla segera membuka pintu mobil, dan keluar dari mobil. Tak ada yang menyahut, semua terdiam dan merenungi kata-kata Shilla tadi.

“Shill”  gabriel cemas melihat Shilla. Shilla tersenyum.

“gue gakpapa kak” ucap Shilla lalu berlari menjauh.

***

‘BERSAMBUNG’

Eh engga deng. Boongan :D ._.V



shilla berjalan sambil terus memegangi bibirnya yang berdarah lagi. 
“gue pulang pake apa dong? Duit gue kan jatoh pas gue jatoh dari sepeda tadi” ucap Shilla kebingungan. lalu ia duduk di sebuah bangku yang ada di taman.
 


“hei….” tiba-tiba ada yang menepuk pelan pundak Shilla. Shilla menoleh kearahnya. 


“Pricill?” ternyata orang itu adalah Pricilla.
“Shilla? Lo kok ada disini? Ini kan udah malem.” tanya Pricilla lalu duduk disebelah shilla. Shilla malah senyum-senyum gak jelas. Membuat Pricilla ngeri.

“lo juga kok ada disini priss?” tanya balik Shilla.
“rumah gue kan di komplek ini. Dan kebetulan gue lagi lewat sini” jawab Pricilla.

Shilla hanya membulatkan mulutnya.

“Shilla.. bibir lo kenapa?” tanya Pricilla panik. 
Shilla hanya menggeleng.

“gue gapapa kok Priss”  jawabnya sambil tersenyum. Tersenyum terpaksa.

“gapapa apanya, orang bibir lo berdarah dan sobek begini”

“ha? bibir gue sobek? Wah gimana dong? ntar fans-fans gue berkurang dong gara-gara ini” ucap shilla ngawur.
 
“tapi gue masih tetep cantik kan Priss?” lanjutya sambil memainkan alisnya. Prisicilla menghela nafasnya.

“hm… kapanpun dimanapun bagaimana pun keadaan lo, narsis lo masih terus melekat aja ya Shill." ungkap Pricill. Shilla hanya terkekeh kecih.
“aw..” ringisnyanya kesakitan.

“makanya jangan ketawa dulu, bisa gak sih? Ntar sakitnya nambah parah lho” tukas Pricilla kayak emak-emak omelin anaknya—“.

“kok bisa gini sih Shill?” tanya Pricilla sambil membolak-balikan muka Shilla –“

“ceritanya panjang Priss” jawab Shilla.
“ya cerita dong…” Pricilla memelas.

“ciye yang mau tau banget haha…”

“idih… enggak kok biasa aja”

“hm... Yaudah deh lu pulang ke rumah gue dulu yuk. Biar gue obtain” tawar Pricilla.

“eh, enggak enggak. Gak usah Priss, biar gue sendiri aja yang obatin.” tolak Shilla lembut.

“gue kan sahabat lo yang terkece termanis terunyuk-unyuk, masa gak boleh tolongin sih?” ucap Pricill.

“ehaha… hehe.. Iya deh iya. Tapi di rumah gue aja ya gausah ke rumah lo dulu. Gapapa kan?”. Pricilla mengangguk setuju.

“yaudah, ayo berangkat.” ajak Pricilla sambil bangkit dari duduknya.

“eh tunggu Priss” cegah Shilla sambil memegang tangan Pricilla.

“kita jalan kaki? Rumah gue kan jauh Priss. Aduh ntar kalo betis gue gede kayak talas Bogor gimana?” lanjut Shilla ngoceh sendiri.

“aduuh… Ya enggak lah Shilla. Gue kan bawa motor” jawab Pricilla gemes. Shilla hanya ketawa gaje.

“dirumah cerita’in ya” ucap Pricill sambil menaiki motor matic-nya.

“iya iya…”


***


“ha? Jadi lo ditonjok Preman Shilla?” teriak Pricilla kaget.

“aw.. Eh kaget sih kaget Priss, tapi jangan di teken gini dong ngobatinnya” ungkap Shilla.

“aduh Shilla... Kok bisa gini sih? Huh pokoknya gue gak terima sobat gue di giniin.” ungkap Pricilla sambil meremas-remas tangannya yang sedang memegang sapu tangan.

“emang lo berani?” tanya Shilla –mengejek-

“ehehe….” Pricill malah cengengesan.

“lo kok bisa ketemu sama preman itu sih?”

“tadi tuh gue di ajak main sepeda sama kak Cakka. Terus tiba-tiba sepedanya kak Cakka oleng(?) dan tabrakan sama motor……….”.

“ha? Lo sepedaan sama kak Cakka?” belum selesai Shilla menjelaskan Pricilla malah terkejut lagi.
“Pricill lo kenapa sih dari tadi teriak-teriak mulu? Kuping gue bisa budek nih.Untung aja BoNyok gue gaada dirumah” omel Shilla. Pricilla malah memalingkan wajahnya.

‘kenapa harus sama Cakka sih?’ batin Pricilla.


“kenapa Priss?” tanya Shilla yang langsung membuyarkan lamunan Pricilla.

“eh enggak kok gapapa” jawab Pricilla canggung. Shilla menatapnya aneh.

“yaudah, sini biar gue obatin lagi bibir sama lutut lo Shill” ucap Pricilla sambil kembali mengobati luka di bibir Shilla.

“thanks ya Priss..” ucap Shilla sembari tersenyum.
“iya” jawab Pricilla dengan senyum manisnya.


***


“pagi semuaaaaa…..” sapa Shilla pada teman-temannya.

“Shilla?” Ify, Sivia dan Prissy langsung kaget melihat Shilla. Shilla terlihat bingung melihat ekspresi teman-temannya. Pricilla langsung mendekati Shilla.

“Shill, lo kenapa masuk sekolah? Pipi lo kan masih agak memar Shill.” ucap Pricilla cemas.

“haha… Udah gak usah khawatir. Gue udah gakpapa kok” sergah Shilla.

“Shill, lo kenapa bisa kayak gini?” tanya Sivia.
“enggak kenapa-napa” jawab Shilla.

“jangan boong! Ayo cepet ceritain!” suruh Ify sambil menarik tangan Shilla dan menyuruhnya untuk duduk.

“kok pipi lo bisa gitu Shill?” tanya Sivia khawatir.

“aduh muka kalian biasa aja dong. Gak usah khawatir gitu. Gue kan udah bilang, gue masih kece” ucap Shilla gak nyambung. Ify dkk malah cengo.

“serah lo deh, udah cepet ceritain kenapa lo bisa begini.” kata Ify yang udah gregetan. Shilla menarik panjang nafasnya lalu dihembuskan lagi #yaiyalah-_-

“jadi gini, kemarin itu…”


“Shilla…” panggil seseorang dari arah pintu yang memotong ucapan Shilla.

Eh tunggu, bukan seseorang. Tapi beberapa orang.
Mereka berlari menghampiri Shilla.

“Shill, keadaan lo gimana?” tanya salah seorang dari mereka. –Rio-

“udah gakpapa kok kak” jawab Shilla.

“kalo lo gapapa kok pipi lo masih agak memar gitu?” tanya seseorang lagi. –Gabriel-

“hehe…” Shilla hanya tertawa kecil.

“o iya, kak Rio, Iyel, Alvin, sama Cakka ngapain kesini?” tanya Shilla ling-lung—“

“hm.. Ya mau tanyain keadaan lo lah..” jawab Alvin.
“abisnya tadinya sih kita mau nanyain dari semalem. Tapi gue gak punya nomor lo sih” ungkap Gabriel.

“ah modus lo! Bilang aja mau minta nomornya” ucap Rio sambil menoyor Iel. Iel hanya meringis sambil mengelus kepalanya,

“ o iyaa, gue kesini sekalian mau minta maaf sama lo” ucap Cakka sambil menundukkan kepalanya.

“sorry ya Shill” ungkap Cakka sambil mengulurkan tangannya.

“maaf untuk apa kak?” tanya Shilla sambil memperlihatkan raut wajah bingungnya.

“soal kemarin”

“buat apa kakak minta maaf? Lo kan gak salah apa-apa kak” sekali lagi Shilla memamerkan senyuman mautnya.

“gue bersalah Shill.” Jawab Cakka.
“Pliss ya maafin gue”

“oke. aku bakal terima kok permintaan maaf kakak" jawab Shilla sambil membalas uluran tangan Cakka. Cakka tersenyum bahagia saat Shilla mau memaafkannya.

Mereka saling melempar senyuman maut andalan masing-masing.


‘Bruukkk!!!’




“Pricill…”  teriak Sivia saat melihat Pricilla yang pergi begitu saja sambil menggebrakkan meja.

Shilla langsung melepaskan tangannya yang masih menggenggam tangan Cakka.
Semua melirik ke arah pintu dimana Pricill keluar.


“si Pricilla kenapa tuh?” tanya Shilla.

“gak tau tuh” jawab Ify.

“gue kejar dia dulu ya” kata Sivia lalu pergi berlari mengejar Prissy.


***

“Pricilla…” panggil Sivia.

Pricilla malah mempercepat jalannya. Tapi Sivia berhasil menarik tangannya sehingga Pricilla menghentikan langkahnya.


“lo kenapa Priss?” tanya Sivia cemas sambil mengatur nafasnya yang gak karuan. Pricilla langsung memeluk tubuh Sivia.
Dan sepertinya Pricilla sedang terisak.

“Priss, lo nangis?” tanya Sivia sambil mengelus rambut panjang Pricilla.
Pricilla masih ter-isak.

“yaudah ceritainnya jangan disini. Disini rame. Kita duduk ditaman aja yuk” ujar Sivia. Pricilla melepas pelukannya dan menyeka air matanya.

“yaudah, ayo” ajak Sivia.

***


“si Pricill kenapa sih?” tanya Cakka. Semua mengangkat bahunya sambil menggelengkan kepala.


“eh Shill lo kok malah sekolah sih? Keadaan lo kan belom baikan Shill.” ucap Iel kembali ke topic awal.

“hehe… Kan gue takut fans-fans gue kecewa karna gue gak masuk sekolah” jawab Shilla.

“inalillahi…. Yaampun Shilla. Dalam keadaan gini aja penyakit narsis lo masih kambuh aja ya” celoteh Ify sambil meremas pelan rambutnya.

“ya elah Fy.. Ngomongnya gak usah pake ‘Innalillahi’ juga dong. Emang gue udah mati apa” omel Shilla sambil cemberut.

“ahaha… Emang bener sih si Ify. Narsis lo tuh emang terlalu akut banget Shill” kata Rio sambil terkikik. Shilla semakin memajukan bibirnya.

“Pliis deh Shill jangan manyun gitu. Bibir lo minta dicium tau gak.” ledek Alvin sambil tertawa.

“iiih… Kak Alvin!!!” teriak Shilla.
Semuanya tertawa kecuali Shilla yang semakin cemberut dan mukanya semakin kusut.

***

0 komentar:

Posting Komentar

 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template