“ASHILLA!” #10
“mau pesen apa Shill?” tanya Rio saat mereka sudah berada di
kantin.
“em… bakso sama es jeruk aja deh kak. Simple kan?” jawab +
tanya Shilla. Rio hanya ngangguk-ngangguk.
“bayar sendiri ya.”
“eh?” Shilla langsung bengong.
“haha… biasanya dong Shill. Pake syok segala haha.. gue kan
bercanda” ucap Rio saat melihat ekspresi muka Shilla.
“huh.. syukur deh kalo gitu.” Shilla bernafas lega. Rio
tertawa kecil mendengarnya.
***
“hey… dari mana bro? lo kenapa bro? muka lo kok di tekuk
gitu?” tanya Gabriel.
“heh..” ucapnya lagi.
“gue lagi broken heart
Yel” jawab seorang laki-laki. Cakka.
“ha? Broken heart kenapa lu? Lo di putusin sama pacar lo?
Siapa? Perasaan lo gak punya pacar deh. Atau lo di tolak cewek?” tanya Gabriel
tanpa koma.
“eh ngeborong bu? Ngomong gak usah cepet-cepet gitu dong. Woles bro.” ujar Cakka.
“yaudah lo cerita dong sama gue bro.” Gabriel merangkul
pundak Cakka. Cakka hanya tersenyum tipis.
“Sorry Yel. Untuk kali ini gue gak bisa.” Tolak Cakka dan
berjalan pergi meninggalkan Iyel yang bengong sendiri.
***
“Pricilla…” panggil Sivia.
“tadi lo kenapa?” tanya Sivia lalu duduk di sebelah Pricilla
yang sedang di dalam kelas. Pricilla hanya diam tak menjawab.
“eh si pricill. Gue tanya kok gak di jawab” protes Sivia.
“Via… lo pernah gak ngerasa bertepuk sebelah tangan.?” Tanya
Pricilla dengan serius. Sivia langsung tercengang.
“hahaha…..” Sivia tiba-tiba tertawa dengan kencang.
“lo kok malah ketawa sih?” Pricilla mengembungkan pipinya.
“haha.. abisnya elu. Bertepuk sebelah tangan segala. Ya kalo
bertepuk sebelah tangan, lo minta aja sebelah tangan orang buat bertepuk sama
lo. Jadi’nya kan gak bertepuk sebelah tangan. Iya ga?” jelas Sivia ngaco.
“aduh… Sivia gue serius.” Cerca Pricilla.
“emang kenapa sih? Soal Cakka?” tanya Sivia. Pricilla
mengangguk.
“kenapa emang sama Cakka?” tanya Sivia –lagi-
“tadi Cakka nembak Shilla” jawab Pricilla lalu menundukkan
kepalanya.
“hah? Sumfeh luh?” tanya Sivia dengan nada ALAY’nya. “terus?
Shilla nerima Cakka?” tanya Sivia.
“gue gak tau” jawab Pricilla seadanya. “tadi gue gak denger
jawaban Shilla. Gue malah langsung lari” lanjutnya.
“harusnya lo denger dulu apa jawaban Shilla. Biar semuanya
jelas.” Ujar Sivia.
“tapi gue takut kalo Shilla nerima Cakka. Terus mereka
jadian. Gue gak rela Vi…” jawab Pricilla.
“lo tau kan kalo gue tuh naksir Cakka semenjak Smp. Gue tuh
Sayang dengan tulus sama Cakka. Dan rasanya sakit banget kalo harus nerima
kenyataan itu. kenyataan, kalo sahabat gue yang dapetin dia” lanjutnya.
“gue ngerti kok Priss” Sivia mengusap lembut pundak
Pricilla. #Eh Via, jangan diusap. Nanti keluar jin lho. Halaah.. #abaikan!
‘jadi… Pricilla yang suka sama gue?’ gumam seseorang yang
berada di dekat jendela kelas Sivia Pricilla.
***
Nananana… (bel)
“Shilla….” Panggil Ify sambil berlari menghampiri Shilla.
Shilla menoleh ke arah’nya.
“apa Fy?” tanya Shilla.
“hehe.. enggak kok” jawab Ify. Shilla melengos.
“gue boleh… main ke rumah lo gak Shill?” Pinta Ify. Shilla
mengangguk dengan semangat.
“boleh kok boleh” jawab Shilla.
“hey….” Teriak seseorang. Lalu berlari mendekati Ify dan
Shilla.
“gue ikut” ucapnya.
“biasa aja dong Vi. Semangat betul lo” ucap Ify.
“biarin dong. Gapapa kan Shill kalo gue ikut?” tanya Sivia.
“boleh lah… ntar lo bantuin bi Ijah nyuci ya” jawab Shilla.
Sivia langsung cengo.
“jadi? Gue… ggguu.. gue jadi pembantu lo gitu?” Sivia jadi
gagap.
“haha… enggalah gue bercanda. Udah ayok” jawab +ajak Shilla.
“oiya, Pricill mana?” tanya Shilla.
“dia udah pulang dari tadi” jawab Ify.
****
“Shill…” ucap Ify.
“Ya?” jawab Shilla sambil masih terus focus bermain PlayStation dengan Sivia.
“katanya lo mau bawa puisi dari Alvin itu” ucap Ify. Shilla
langsung menghentikan aktivitasnya sejenak.
“oiya gue lupa. Tuh ambil aja sono di laci meja belajar
gue”. Ify pun mengambil kertas berisi puisi dari Alvin.
Ify membacanya dengan seksama #ceilah—“
Hadirmu adalah hal yang terindah.
Ketidak sengajaan mempertemukan kita
Pertemuan kita memang tidak se-Romatis
Seperti dibanyak Film
Tapi, bagiku
Bertemu denganmu adalah sebuah hal yang terindah untukku.
Mengenalmu, adalah bahagia untukku
Sebenarnya, ada sesuatu yang mengganjal dihatiku
Saat awal kita bertemu.
Sepertinya aku merasakan hal yang berbeda
Dalam hatiku terhadapmu
Mungkin ini aneh..
Tapi ini adalah kenyataan.
Mungkin aku hanya seorang pemimpi
Yang bermimpi bisa memilikimu
Mungkin aku hanya seorang pengharap
Yang mengharapkan balasan Cinta darimu
Andai kau jadi gula
Aku pasti kan jadi semutnya
Andai kau jadi bunga
Aku pasti jadi lebahnya
Andai kau punya rasa yang sama
Aku pasti kan setia.
Alvin
Ify langsung terbelalak seusai membacanya.
“Shilla..” panggilnya histeris. Shilla dan Sivia reflex
menoleh kea rah Ify.
“ini. Baca puisi ini” Ify memberikan surat itu pada Shilla
dan Sivia.
Sivia ikut-ikutan terbelalak saat membacanya. Sedangkan
Shilla masih berkutik dengan kebingungannya.
“nembak apaan sih Fy? Ini kan Cuma puisi biasa” ucap Shilla.
“Shilla, masa lo gak ngerti maksud Puisi itu sih?” protes
Sivia.
“enggak. Maksudnya apaan?” tanya Shilla dengan polosnya.
“Alvin nembak lo” ucap Ify histeris dengan membulatkan kedua
matanya. Shilla dan Sivia sama-sam tercengang.
“nembak gue? Sumfeh?” Shilla tak percaya.
“tapi gak mungkin deh Fy, Via” sergah Shilla.
“gak mungkin apanya?” tanya Ify bingung.
“nih, Alvin bilang gini disini. Sebenarnya, ada sesuatu yang
mengganjal dihatiku. Mungkin itu tuh ada batu yang nge-ganjal di
hatinya. Terus ini..” ucap Shilla sambil menunjuk bacaan di puisi tersebut.
“Andai kau jadi gula. Masa iya gue jadi gula? Gue tau gue manis,
tapi gue gak mau jadi gula. Ntar gimana kalo gue dikocek sama teh manis. Huee…
terus ini. Andai kau jadi bunga.
Masa iya gue jadi bunga? Gue tau gue cantik dan wangi, tapi gue lebih bersyukur
jadi manusia.” Cerocos Shilla dengan polos dan narsisnya, yang langsung membuat
Sivia Ify cengo.
“aduh Shilla… punya pensil gak? Biar lo gak polos gitu” ucap
Sivia.
“apa hubungannya gue sama pensil?” tanya Shilla.
“udah Vi, gak usah di jawab” ujar Ify.
“Shill, maksud kita tuh kata-kata yang dia mengharapkan
punya rasa yang sama. Dan itu artinya dia suka sama lo. Dia nembak lo” jelas
Ify.
“terima gak Shill?” goda Sivia.
“ii…hh.. apaan sih Via. Eh beneran ya Alvin nembak gue?”
Shilla mulai connect dengan ucapan Ify.
Ify dan Via mengangguk.
‘masa iya sih? Huwaaaa….’ Batin Shilla
***
“Yel…”
“eh.. ngagetin aja lo Vin.” Jawab Gabriel.
“hehe… lagi ngapain sih lo? Perasaan dari tadi ngotak-ngatik
gitar mulu sambil nyanyi-nyanyi lagi. Mau ngapain sih lu?” tanya Alvin. Gabriel
Cuma cengengesaan.
“mau tau ya?” Alvin mengangguk.
“mau tau aja lu.” Ledek Gabriel dan mendapat toyoran dari
Alvin.
“dasar lu! Gue kira lo mau ngasih tau gue” Alvin sebel,
Gabriel Cuma cengengesan sambil ngotak-ngatik(?) gitarnya lagi.
“heh! Apaan maksud lo Yo hah!”
“apaan sih lu Kka! Dating-dateng langsung marah-marah
begitu”
Gabriel dan Alvin terkejut saat mendengar suara Rio dan
Cakka di dalam rumah mereka. Sepertinya Rio dan cakka sedang berteman. Eh
bertengkar.
Gabriel dan Alvin segera berlari menghampiri mereka.
“lo tuh penghianat tau gak!” bentak Cakka.
“maksud lo apaan sih cicak! Penghianat apa?” Rio mulai
terpancing emosinya.
“eh apa-apaan sih kalian. Ribut segala!” lerai Alvin.
“diem deh Vin! Ini bukan urusan lo!” jawab Cakka sambil
menunjuk muka Alvin dengan telunjukknya.
Gabriel yang melihat raut wajah Alvin langsung mencoba
memisahkan mereka.
“eh eh! Apaan sih ini.? Ada apa sih ada apa?” tanya Gabriel.
Cakka malah memandang mereka ‘sinis’ dan langsung pergi
begitu saja.
“kenapa sih dia?” tanya Gabriel.
“tau!” jawab Rio ketus dan langsung menyambar ranselnya dan
pulang.
***
“padahal, tadi gue baru di tembak Cakka” gumam Shilla.
“hah? Apa Shill? Cakka nembak lo?” tanya Ify histeris.
Sedangkan Sivia biasa-biasa saja mendengarnya. Karena ia sudah lebih tau lebih
dulu.
“iya. Tadi, seusai pertandingan, Cakka nembak gue” jawab
Shilla.
“tapi gue tolak” lanjutnya. Kali ini Sivia yang histeris.
“jadi lo tolak dia?” tanya Sivia. Shilla mengangguk.
“kenapa?” tanya Sivia dan Ify bersamaan.
“apa? Gara-gara Prissy?” selidik Ify.
“enggak kok bukan… bukan” jawab Shilla gak nyante.
“please deh Shill. Ify kan udah bilang. Lo jangan pernah
bohongin kata hati lo” ucap Sivia.
“tapi… gue gak bohongin hati gue kok” elak Shilla.
“terus? Kenapa lo nolak dia?” tanya Ify. Shilla terdiam.
“……………”
“gue rasa.. bukan Cakka orang yang gue sayang” jawabnya.
“jadi… siapa dong?” tanya Sivia dan diangguki oleh Ify.
“gue juga gak tau” jawab Shilla sambil menggelengkan
kepalanya.
Sivia dan Ify menarik nafasnya panjang.
“diantara CRAG kan?”
tanya Ify.
“maybe” jawab Shilla sekenanya.
“kalo bukan Cakka.. terus siapa dong? Rio? Alvin? Apa
Gabriel?” tanya Sivia.
“gue juga gak tau Via.. gue bingung sama perasaan gue
sendiri”
“jadi… lo mau terima Alvin atau enggak?” tanya Ify.
“gue harus gimana ya?” tanya Shilla pada sahabat-sahabatnya
itu. tanpa menjawab pertanyaan Ify.
“gimana apanya?” tanya Sivia.
“kalo misalnya mereka semua nembak gue.. gue harus gimana?”
Ify dan Sivia saling berpandangan. ;PeDe amat nih anak.
“secara kan… gue itu deket sama mereka semua. Gimana kalo
ternyata mereka semua tuh naksir gue? Gue harus pilih siapaaaaa???” Shilla
berhisteris ria.
“gue puny aide…” ucap Sivia sambil menjentikan jarinya.
“apaan?” tanya Shilla dan Ify kepo.
“jadi gini………………”
***
Cakka sedang duduk sendiri di sebuah kursi taman. Ia
terlihat frustasi.
Frustasi dengan ‘Cinta’ yang dihadapinya saat ini.
“Pricilla suka sama gue? Apa Shilla nolak gue karna dia?”
ucap Cakka.
“terus gue harus gimanaaa?” Cakka mengacak-acak rambutnya.
“kak Cakka…” seseorang tiba-tiba membuyarkan Cakka.
Cakka langsung menoleh ke arahnya.
“Pricilla?” ucapnya tak percaya.
“kakak lagi ngapain disini?” tanya Pricilla ramah.
“gak ngapa-ngapain.” Jawab Cakka dingin. Pricilla hanya ber
‘O’ ria.
“lo sendiri ngapain disini?” tanya balik Cakka.
“hehe… gue emang sering kesini. Ini tuh tempat yang paling
nyaman. Jadi kalo gue lagi ada masalah, gue lagi sedih, gue pasti kesini. buat
nenangin diri” jawab Pricilla diiringi dengan senyumannya.
‘Pricilla cantik juga’ batin Cakka sambil memandangi
Pricilla.
‘kak… coba lo tau perasaan gue yang sebenernya ke elu’ batin
Pricilla.
Mereka-pun mengobrol bersama.
***
“HAH? Yang bener aja lu Via? Jangan gila deh!” teriak
Shilla.
“iya. Lo kalo ngasih ide yang beneran dikit napa” protes
Ify.
“ye… itu juga udah bener kali” elak Sivia.
“bener apanya?” ucap Shilla.
“masa iya gue harus ditaliin dir el kereta api” lanjutnya.
“ih gapapa… itu kan Cuma buat mancing mereka. Siapa yang
bisa nolongin lo, berarti dia yang paling cinta sama lo” jawab Sivia.
“ide lo tuh malah ngebunuh gue tau gak! Sekalian aja suruh
pesawat nabrak gue!” ucap Shilla ngawur.
“lah? Gimana caranya tuh pesawat nabrak lo?” Ify bingung.
“nah itu juga bisa Shill. Ntar lo berdiri di gedung yang
paling tinggi. Terus ntar suruh pesawat buat nabrak lo. Hebat kan gue?” ucap Sivia dengan bangganya.
Sebuah jitakan pun mendarat dengan mulus di kepala Sivia.
“aduh.. sakit Shilla” ringis Sivia.
“abisnya lo gak bisa di ajak serius.” Jawab Shilla.
“tapi idenya Sivia bagus juga tuh yang itu” ucap Ify. Sivia
langsung tersenyum lebar dan membanggakan dirinya.
“otak lo pada udah error nih. Sekalian aja tuh ntar
anak-anak CRAG suruh jadi Superman, Batman, Spiderman sama Hulk. Biar mereka
bisa terbang dan tolongin gue” ucap Shilla jutek.
“hah? Sejak kapan Hulk bisa terbang?” Ify langsung cengo.
“sejak lo berdua LEMOT!” jawab Shilla seadanya.
“idih… sorry ye, gue gak lemot. Gue kan pake SmartFren
Anti lelet. I HATE SLOW…” jawab Sivia sambil berlagak seperti dalam iklan.
“gue juga gak lelet atau lemot kok. Gue kan pake AHA!.
Jadi gak Buffering deh” ucap Ify.
“eh.. perasaan kok lo berdua omongannya ngawur sih? Kok jadi
nyambung ke merk modem?” Shilla jadi bingung sendiri. Ify dan Sivia malah
cengengesan.
“modem itu gorengan yang pake pisang itu ya?” Sivia malah
main tebak-tebakan.
“itu molen neng molen!!!” jawab Shilla yang udah esmosi.
“molen itu buah kan ya?” ify malah ikut-ikutan.
“itu melon neng melon… ah! Melon tuh buat mandi tau” ucap
Shilla jadi ikut-ikutan.
Ify dan Sivia saling berpandangan “hah?”.
“itu GAYUUUUUNGGGGG!!!!!!” jawab Ify dan Sivia langsung
histeris dan geleng-geleng kepala. Api sudah keluar dari hidung, kuping dan
mulut mereka.
Shilla malah ketawa karna liat ekspresi Ify dan Sivia.
***
“aduh… Rio… lo harus ngapain ya?” ucap Rio sambil
bolak-balik kayak setrika di kamarnya.
“gue harus bikin sesuatu yang romantic, dan gak bisa
terlupakan”
“tapi apa ya?” gumamnyaa.
Rio sedang berfikir sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di
dagunya.
“Aha! Gue tau…” Rio mendapatkan ide dan langsung mengerjakan
ide’nya tersebut
***
“lalala…. Jreng jreng jreng” suara merdu dari petikkan gitar
Iel dan lantunan lagu yang ia nyanyikan membuat suasana menjadi suram.
Saya ralat ucapan tadi. Suara merdu? Oh No! itu Fitnah!
“Gabrielll….. berisik tau!” teriak Sion –kakak iyel- dari
dalam rumahnya.
Gabriel tidak memperdulikannya. Ia masih tetap memetik asal
gitarnya.
“heh! Lo tu bisa main gitar gak sih? Masa bunyi’nyi kayak
begitu?!” omel Sion sambil berjalan keluar dan menghampiri Iel.
‘jreng jrong jrang’ iel masih tetap focus pada gitarnya.
“apasih kak? Bawel amat lo kayak cewek!” protes Iel.
“eh enak aja lu. Abisnya lo main gitar gak bener begitu.
Bisa main gak sih?” tanya Sion.
“bisalaaah….” Jawab Iel.
“kalo bisa kok mainnya gitu?”
“gue bingung mau nyanyi apaan” jawab Gabriel.
“ya elah gitu aja bingung”
“eh.. ini tuh bukan buat sembarang bang. Ini tuh buat
sesuatu yang special. Dan gue harus
bisa kasih yang terbaik” jawab Gabriel sambil menganggkat tangannya kayak
seorang Proklamator atau Pahlawan
gitu.
“ah! Gaya lo. Emang buat apaan sih?” cibir Sion.
“mau tau aja lu. Wlee” Gabriel langsung meninggalkan
kakaknya yang cengo.
***
“hah?” Shilla terkejut saat melihat layar handphone’nya.
“kenapa Shill?” tanya Ify.
Shilla melirik kearah Ify dan Sivia.
“kak Alvin nelfon gue” jawab Shilla.
Sivia mengerutkan dahinya. “lah? Emangnya kenapa kalo dia
telfon lo?”
“aduh Sivia… gimana kalo misalnya Alvin tanyain jawaban dari
gue? Jawab apa gueeee???” Shilla mulai kebingungan. Sedangkan handphone’nya masih saja berbunyi.
“ya jawab aja IYA atau ENGGAK” kata Ify dengan entengnya dan
di angguki oleh Sivia.
“eh elo berdua sih enak tinggal ngomong begitu. Lah
gue’nya?” gerutu Shilla.
Sivia dan Ify Cuma cengengesan.
“yaudah… cepet angkat” ujar Ify.
“iya. Kasian lho kak Alvin. Gimana kalo entar pulsanya abis.
Kan kasian dia harus beli lagi” ucap Sivia ngawur.
“ya beliin dong sama lo” jawab Shilla.
“yaudah ah… terus gue harus gimana?” Shilla menggigit bibir
bawahnya.
“angkat dulu” ujar Ify.
Shilla melihat kembali layar handphone’nya.
‘gue kece.. jadi gue harus bisa jawab telfon dari kak Alvin.
Yeay Shilla kece’ batinnya bernarsis—“
Saat shilla akan menekan tombol hijau. Tiba-tiba…
“eh… sialan mati”. Ify dan Sivia langsung bingung.
“mati apanya?” tanya Sivia.
“kak Alvin matiin sambungannya” jawab Shilla.
“ya elu’nya sih. Ketimbang pencet tombol hijau aja susah
banget” kata Ify.
Shilla Cuma cemberut.
“eh… eh… nyala lagi” ucap Shilla saat melihat Alvin
menelfon’nya –lagi-.
“aduh… eh Via via… ambilin sisir dong. Ify ambilin kaca sama
make-up” Shilla menyuruh Ify dan Sivia dengan rempongnya.
“eh buat apa lu touch-up segala Shill?” tanya Ify bingung.
“emangnya lo mau ketemuan apa” tambah Sivia.
“aduh gue lupa. Ini kan Cuma nelfon ya” Shilla menepok
jidatnya.
“bissmillah…” Shilla menekan tombol hijau di handphone’nya.
“Haloo…”
“Halo Shill…”
“iya kak Alvin. Ada apa ya?”
“………………”
***
0 komentar:
Posting Komentar