Blogger Widgets

Senin, 16 Juni 2014

"Love is Ours" #ShortStory #Shiel


Hallo apa kabar kaliaaan? Masih inget aku? Itulho, kembarannya Shilla dan Ify, adiknya Taylor Swift, pacarnya Riostevadit, tunangannya Mario Maurer, dan Istrinya Gabrielstev :*

Aku bawa cerita baru. Tapi serius, INI JELEK BANGET! GAK NGEFEEL. AKU CUMA NEKAT AJA BUAT POST INI. Maklumi ya, aku kan vacuum terlalu lama, jadi begitulha.
ini terinspirasi dari lagunya my sister, Taylor Swift yang judulnya "Ours". hoho

Selamat membaca!

*

Tap... Tap... Tap...
Seorang gadis melangkahkan kakinya dengan tenang pagi ini. Seperti biasa, hari ini Ia harus bersekolah. Dengan mantap, ia terus melangkah meninggalkan parkiran untuk menuju gedung sekolah.

Ashilla Tiara. Gadis berparas cantik dengan senyum yang manis yang selalu terukir di wajahnya.

Drrtt... Drrtt...

Shilla segera merogoh kantung baju seragamnya.
Senyum Shilla langsung mengembang ketika membaca sebuah nama di layar handphonenya.
“Hallo, sayang. Kamu udah berangkat sekolah? Udah sarapan belum? Udah ngerjain pr kan?”

Shilla tertawa geli mendengar ocehan seseorang disebrang sana itu, “Hai, sayang. Aku nyampe sekolah nih. Semua pr aku udah beres kok.” jawab Shilla. Ia kembali melangkahkan kakinya menuju gedung sekolahnya itu.

“Bagus kalo gitu. Tapi kamu kok belum jawab pertanyaan aku yang satunya sih?”

“Pertanyaan yang mana?”. Shilla telah memasuki gedung sekolahnya. Seperti biasa, banyak mata yang memandangnya tak suka.

“Kamu Udah sarapan kan, sayang?”

“Aku gak sempet, hehe. Nanti aja deh istirahat aku makan.” Jawab Shilla. Lama-kelamaan Shilla muak dengan tatapan orang-orang disekitarnya.

“Kamu ini, ya, bandel dasar! Pokoknya aku gak mau tau, kamu harus makan!”

“Iya sayang, iya." jawab Shilla. Orang-orang disekitarnya terlihat ingin muntah. Tapi Shilla tetap tak perduli. 

“Yaudah, awas kalo sampe gak makan! Udah dulu, aku ada pekerjaan lagi nih. Jaga diri baik-baik, sayang. I love you, mwah.”
“Iya, sayang. Love you too.”

Sambungan telepon terputus.

Shilla menyimpan kembali handphonenya di saku seragamnya. 

“Pagi-pagi udah bikin orang lain enek aja. Jijik.”

Shilla hanya dapat tersenyum menanggapi ocehan-ocehan dari orang-orang seperti mereka.

’mereka mungkin merasa hidupmu terlalu menarik, Shill. Jangan pedulikan ocehan mereka’, batin Shilla berucap.

Shilla telah sampai di depan lift. Sekolah Shilla memang terdiri dari beberapa lantai. Dan kebetulan, kelasnya ada di lantai ke-empat. Jadi Shilla lebih memilih menaiki lift daripada tangga.

Tapi sejujurnya, lebih baik naik tangga. Ia bisa berjalan sendirian. Tidak dengan berada di dalam lift yang harus berdesak bersama orang-orang yang selalu berbusa-busa mengoceh tentang hidupnya.

Apa kalian bertanya-tanya mengenai hal demikian? Mengenai Shilla yang dibenci oleh teman-teman di sekolahnya?

Shilla adalah gadis yang beruntung. Ia memiliki seorang kekasih yang sangat menyayangi, dan setia kepada Shilla. Kekasihnya ini lah yang menjadi bahan omongan setiap orang di sekolahnya.

Gabriel Stevent. Siapa yang tak mengenal pemuda ini di sekolah Shilla? Jangankan di sekolah Shilla, di seluruh Indonesia saja mungkin mengenalnya.
Gabriel adalah seorang penyanyi muda berbakat yang kini tengah naik daun. Namu bukan naik daun sambil bilang ‘Pucuk-pucuk’.
Dan Gabriel ini adalah kekasih Shilla.
Hal inilah yang membuat Shilla jadi bahan omongan orang-orang disekolahnya. Menyebalkan!

Ting!

Pintu lift terbuka.
Siswa-siswi yang juga menunggu lift seperti Shilla, segera membrudul masuk ke dalam. Shilla tak seperti meraka yang brutal. Malah ia menjadi korban kebrutalan mereka masuk lift, karena mereka masuk dengan berdorong-dorong sehingga mengenai Shilla.

Shilla hanya dapat menarik nafasnya. Lalu ia pun memasuki lift tersebut.

Pintu lift tertutup, dan siap mengantarkan orang-orang yang ada di dalamnya. 

“Sepi banget. Tumben gak bikin telingaku panas.” ucap Shilla pelan.
Ia melihat ke sekelilingnya.
Pandangan orang-orang itu terlihat kosong. Aneh. Tak seperti biasanya yang membicarakan Shilla.


Shilla jadi tertawa geli.

Coba ada kamu disini, Yel. Pasti kita udah ketawa bareng deh lihat mereka. ucapnya dalam hati.

Shilla melirik ke sebelahnya, pandangan kosong itu berubah menjadi tatapan mata membulat. Ia melirik ke sekelilingnya. Bukan hanya membulat, tapi mendelik pada Shilla.
Menyeramkan. Shilla ingin sekali berteriak untuk keluar dari lift ini. 

“Sepertinya aku tarik lagi ucapan aku tadi, Yel. Waktu ini milik mereka sekarang, aku tak bisa berbuat apa-apa.” ucap Shilla pelan.

Ting!

Akhirnya penantian Shilla terkabulkan. Ia telah sampai di lantai empat, tempat kelasnya berada.
Pintu lift terbuka. Dan lagi, orang-orang itu berdesak-desakan keluar. Shilla hanya dapat pasrah dan tetap tersenyum. Lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari lift, dan menuju kelasnya.

***

Shilla memasuki kelasnya, lalu menghampiri bangkunya, dan duduk.

Shilla tersenyum pada beberapa teman sekelasnya yang kini sedang menatap ke arahnya. Bukannya dibalas dengan senyuman lagi, ia malah mendapan tatapan menyakitkan dengan delikan yang dahsyat. Tapi ia tak peduli. Toh, ia sudah berusaha bersikap baik pada mereka.

“Shilla!” Shilla mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang tak asing lagi baginya itu.

“Hei, aku denger hari ini Gabriel pulang, ya? Cie pasti kamu seneng banget deh.”

Gadis ini! Berbicara hal seperti itu hanya akan menambah tatapan membunuh dari teman-teman sekelasnya. Untuk saja kata 'tatapan membunuh' itu hanya sebuah pribahasa. Kalo benar, bisa-bisa Shilla sudah berdarah-darah dan wassalam sekarang.

“Ify! Kecilin suara kamu dong.” ucap Shilla.
Ify, sahabat Shilla sejak SD ini adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengannya disekolah.

“Apa sih? Biasa aja lagi. Aku emang bener kan? Gabriel mau pulang hari ini?” Ify semakin sengaja mengeraskan suaranya, dengan tujuan agar orang-orang mendengarnya. Benar saja, bola mata mereka rasanya seperti ingin keluar dan Ify dengan senang hati mau menjadikan bola mata itu sebagai bola golf.

Shilla menepuk jidatnya. Memang kelakuan sahabatnya ini selalu saja begitu.

“Terus, emang tournya udah selesai, ya?” Ify duduk disebelah Shilla dengan memangku ransel ringannya.

Shilla tersenyum, lalu menanggukkan kepalanya. "Iya, dan hari ini dia pulang. Rasanya seneeeeng banget." ucap Shilla. Tersirat jelas kebahagiaan di wajahnya.

Gabriel sedang melakukan tour dibeberapa kota besar di Indonesia beberapa minggu ini. Tepatnya sih selama 4 minggu lebih. Sekitar sebulanan lah. Hal ini membuatnya menjadi lebih sibuk dari biasanya. Namun hal ini tak menyurutkan pemuda tampan yang berbeda tiga tahun dengan Shilla itu, untuk selalu berbagi kabar dengan gadisnya.

Berbeda tiga tahun? Ya, Gabriel kini sudah duduk di bangku kuliah. Kenapa Shilla dan Gabriel dapat menjadi sepasang kekasih? Ceritanya panjang. Pertemuan tak terduga itu yang mempertemukan mereka. Dan cinta itupun tumbuh, dan bertahan sampai hampir dua tahun ini, dan semoga seterusnya.

“Aku juga ikut seneng kalo kamu seneng, Shill.” ucap Ify. Lalu ia memeluk sahabatnya itu.

***

“Gabriel...”

“Iya, Ma. Ada apa?” Gabriel menoleh pada sumber suara yang memanggilnya tadi.

“Semua barang-barang udah kamu masukin kan ke koper?” tanya wanita paruh baya yang tak lain lagi adalah Ibunda Gabriel, sekaligus manajernya.

“Udah Mama, sayang. Semua udah aku masukin kok.” jawab Gabriel. “Yaudah, cepet siap-siap, ya. Bentar lagi kita ke bandara.”

“Iya, Ma.”
Gabriel menatap pintu kamar hotelnya yang telah ditutup oleh mamanya. Lalu ia merebahkan diri diatas tempat tidur itu.

Gabriel menatap langit-langit kamar hotel itu.

“Aku kangen banget sama kamu, Shill. Gimana kabar kamu? Apa mereka masih menghakimi kamu?” Ucap Gabriel.
Matanya masih menatap langit-langit kamar. Ia seakan akan melihat wajah gadisnya disana.

“Ah, aku rindu berat, Shill!” Gabriel bangun dari tidurnya, lalu mengacak frustasi rambutnya.

Gabriel sangat mengkhawatirkan Shilla. Ia sudah tau cerita tentang teman-teman di sekolah kekasihnya itu. Bukan dari Shilla. Shilla tak pernah mengatakan hal itu pada Gabriel. Tapi dari sahabatnya, Ify. Gabriel sangat mengagumi Shilla. Ia selalu tetap sabar dan tegar menghadapi teman-teman sekolahnya itu.

Rasanya, Gabriel jadi semakin ingin bertemu dengan gadisnya itu. Memeluknya, dan mengelus lembut rambut panjang gadisnya itu.

Gabriel langsung menuju tasnya yang ia simpan dikursi. Lalu mengambil sebuah laptop.

Gabriel segera menyalakannya, lalu ia membuka Skype di laptopnya itu.

**

“Yeay, guru-guru lagi mau rapat Shill! Asik seneng banget!”
Ify yang baru datang dari ruang guru untuk mengantarkan beberapa buku ke meja Pak Anton, tiba-tiba saja mengagetkan Shilla.
Untungnya, yang diucapkan Ify itu berita yang menyenangkan. Kalau tidak, sudah Shilla cakar-cakar wajah sahabatnya itu.

“Yaudah, berarti aku bebas dong buat mikirin Gabriel sepanjang jam.” tanggap Shilla yang masih sibuk dengan benda ditangannya.

“Yee, daripada harus mikirin Gabriel, mending juga ngerumpi sama gue, eh, aku!” Ify menggembungkan pipinya dengan lucu.

Shilla hanya tertawa kecil melihatnya. Ify juga terkadang keceplosan berbicara gue-elo pada Shilla. Sedangkan Shilla sendiri selalu bicara aku-kamu gitu.

PLUK!

“Aww!” Shilla meringis pelan ketika merasa sesuatu mendarat di kepalanya.

“Kenapa, Shill?” tanya Ify khawatir.

“Enggak kok, Fy. Gak apa-apa.” jawab Shilla. Lalu ia melirik ke belakang. Ia tau siapa yang melakukan ini.

“Itu apaan sih, Shill?” Ify melirik ke sebuah benda yang sejak tadi dimainkan Shilla.

Shilla ikut menatap ke benda yang ada di genggamannya, "Ini kalung pemberian Gabriel sebelum dia berangkat tour, Fy." jelas Shilla sembari menatap kalung pemberian kekasihnya itu.

“Wah, so sweet banget di kasih begituan!”

Shilla hanya tersenyum mendengar ucapan sahabatnya itu.

“Ify!” Ify maupun Shilla menoleh ke sumber suara yang memanggil Ify.
“Apaan?”
“Kata Rio, sekarang rapat OSIS.” jawab seorang murid lelaki bernama Ray itu.
“Hah? Kok mendadak sih?” Ify jadi kesal sendiri.
“Mana gue tau. Udah buruan!” Ray langsung nyelonong dan berjalan mendahului Ify.
“Ih, dasar ketos pesek!” Ify jadi mengomel sebal.

“Udah, sana. Itu tanggung jawab kamu lho, Fy. Kamu kan anggota OSIS.” ujar Shilla.
“Hmm, iya deh. Maaf, ya, Shill, aku gak bisa temenin kamu.” jawab Ify.
“Gak papa.” jawab Shilla.
“Kalo ada yang gangguin kamu, kamu harus bilang sama aku pokoknya!”
“Iya iyaaa...”

Ify selalu saja berkata seperti itu. Ia selalu membela sahabatnya kalau ada yang membicarakan atau berbuat tak seharusnya pada Shilla. Bukannya Shilla tak bisa membela diri. Ia hanya tak mau masalah menjadi runyam.

Shilla kembali memainkan kalung itu, dengan menggunakan pulpennya.

PLUK!

Lagi-lagi Shilla merasa sesuatu menubruk kepalanya. Shilla melirik ke arah belakang. Orang-orang yang ada disana seperti pura-pura sibuk. Seperti sedang bermain laptop, game, atau mengobrol. Seolah tak berbuat apa-apa.

PLUK!


Sesuatu kembali mendarat. Kali tidak mengenai kepalanya. Tapi mendarat di mejanya. Bukan berupa gumpalan kertas seperti sebelum-sebelumnya. Namun berbentuk pesawat kertas.

Shilla melirik ke sebelahnya, kepada teman di sebrang bangkunya. Teman lelakinya itu hanya menatap Shilla dengan datar. Entah apa maksudnya. Shilla membuka lipatan pesawat kertas itu.

“Masih bertahan buat dibenci warga sekolah lo? Gak niat buat putus sama si artis itu? Haha” Shilla membaca tulisan di kertas itu. Tapi ia tak mau memperdulikannya.

Shilla merogoh isi tasnya. Dan mengambil laptopnya. Lalu ia berjalan keluar kelas dengan membawa laptopnya.
Ia berjalan dengan santai. Tanpa memperdulikan tatapan jijik dan bisikan-bisikan dari teman-temannya, yang mungkin kini lebih pantas disebut penggemarnya.
Kenapa penggemar Shilla? Lha, buktinya mereka selalu memperhatikan gerak-gerik Shilla, dan selalu membicarakan tentang Shilla.
Lalu itu namanya penggemar kan?

***


Shilla duduk di sebuah kursi panjang yang ada di bawah pohon rindang, di halaman belakang sekolah. Yang sebelumnya, ia harus turun dulu ke lantai dasar untuk menuju kesana.

Shilla membuka laptopnya. Lalu menyalakannya.

"Kadang aku benci sama argumen orang-orang tentang aku dan kamu, Yel." Shilla berkata sambil memandangi laptopnya yang mulai menyala.

"Mereka sok mengerti tentang kita. Mereka sok tau!" Shilla menggerakkan pointernya ke folder pribadinya.

Ia memperhatikan foto-foto yang ada di folder tersebut. Foto-fotonya bersama Gabriel.
Saat bermain di taman, makan popcorn dan eskrim, cover lagu, bahkan foto saat mereka hunting ke sebuah gunung.
Indah. Sangat Indah.

Shilla menutup foto-foto tersebut. Lalu beralih ke sebuah aplikasi di laptopnya.

Skype. Inilah yang membuat Shilla dan Gabriel masih dapat berkomunikasi dengan tatap muka, meskipun mereka berjauhan.

“Shilla!”

Shilla terkejut, dan hampir saja menjatuhkan laptopnya.

"Iel!"
Shilla terkejut karena melihat wajah Gabriel yang sudah nongol di Skypenya.

"Aku ngagetin kamu, ya? Duh, maaf, ya." Shilla tersenyum melihat wajah khawatir Gabriel.

“Enggak kok. Kok bisa sih kamu juga lagi buka Skype?”

“Hehe mungkin kita memang jodoh.”

“Haha apaan sih gak nyambung.”

“Hehe, aku kangeeen banget sama kamu, Shill.”

“Aku juga kangen banget, Yel."

Gabriel merasa ada yang tak beres dengan gadisnya. Kenapa gadisnya itu menjawab dengan tidak semangat seperti biasanya?

“Kamu kenapa? Kamu abis nangis?” tanyanya.

Shilla terhenyak, "Eh apa? Enggak kok, aku gak kenapa-napa." elaknya.

"Jadi kamu udah mulai berani bohong sama aku, Shill?" Gabriel berusaha memojokkan Shilla agar gadisnya itu mau bercerita.

"Bu-bukan gitu. Aku gak nangis kok. Ini aku cuma kelilipan aja, tadi ada debu yang masuk deh kayaknya, pas angin." jelas Shilla masih mengelak.
Padahal dimatanya terlihat jelas bendungan air yang siap meluncur menuruni pipinya.

Shilla terhenyak saat tiba-tiba Gabriel menjulurkan jemarinya, seperti meraba layar laptopnya.

"Kamu jangan nangis, Shill. Apapun masalah kamu, kamu harus cerita sama aku. Aku janji bakal bantu semua masalah kamu. Kamu gak sendiri kok, sayang."

Shilla tersenyum terharu. Air matanya kini sudah meluncur dengan sukses. Jadi begini ya, rasanya LDR?

“Ayo cerita sama aku.” ujar Gabriel dengan lembut. “Apa kamu nangis gara-gara temen-temen sekolah kamu yang sering ngomongin kamu itu?”

Shilla tersentak kaget. Darimana Iel tau?, batinnya.

"Aku udah tau itu kok. Ayo kamu cerita." Gabriel tersenyum dengan manis hingga mampu membuat Shilla lebih tenang dari sebelumnya.

“Aku... Aku kadang kesel, Yel. Aku lelah sama mereka semua. Mereka bisanya cuma menghakimi kita! Seolah-olah mereka itu tau semua tentang kita. Aku sebel! Kesel!” Shilla mulai menceritakannya. Ia tak sanggup lagi memendam semuanya.

Gabriel hanya memandangi gadisnya itu, sambil mendengarkan ceritanya dengan seksama.

“..... Kenapa sih dengan mereka semua? Apa aku memang gak pantes buat kamu, Yel?” Shilla menatap tepat pada mata Gabriel. Meminta penjelasan di akhir ceritanya.

Gabriel jadi kikuk, “Shill, kamu ngomong apaan sih, ah?”

“Mungkin aku emang gak pantes buat kamu, ya, Yel.” ucap Shilla lagi dengan suara bergetar.

“Shilla, kamu harus denger aku. Setiap orang bebas berargumen. Tetapi, bukan berarti semua argumen yang mereka berikan harus kita taati dan lakukan.” Gabriel menghela nafasnya, “Kamu begitu pantas buat aku, Shill. Malah mungkin, aku yang gak pantas buat kamu, karena aku gak sesempurna kamu.”

“Di dunia ini gak ada yang sempurna, Yel.” Sanggah Shilla.

“Tuh kamu tau!” Gabriel tertawa kecil karena berhasil memancing Shilla, "Kita berdua itu gak sempurna. Makanya kita harus bersama, supaya kita dapat lebih sempurna." Gabriel mengembangkan senyum manisnya.

Shilla jadi dibuat tertawa, "Kamu ini, Yel, ada-ada aja!"
Gabriel juga jadi ikut tertawa.

PLUK!

“Aww!” Shilla memekik cukup keras.

“Shilla, kamu kenapa!” Gabriel jadi panik sendiri melihat gadisnya yang meringis kesakitan.

“Enggak, gapapa kok.” Jawab Shilla.

“Shill...”

Shilla tersenyum, "Kamu inget gak, aku pernah bilang, kalau aku punya lagu favorit yang bisa bikin aku sabar buat pertahanin hubungan kita?"

Gabriel mengangguk, “Ya, aku inget itu.”

Shilla tersenyum, lalu melantunkan sebuah lagu,
“Don't you worry your pretty little mind
People throw rocks at things that shine
And life makes love look hard
The stakes are high, the water's rough
But this love is ours”


Gabriel tersenyum haru mendengar apa yang dinyanyikan Shilla.

“Aku percaya, kita bisa menghadapi semuanya. Terlebih kamu. Aku sayang kamu.” ucap Gabriel dengan tulus.

“Aku juga sangaaaat sayang kamu.”

***

Bel istirahat telah berbunyi.

Ify yang sudah selesai mengikuti rapat OSIS kembali ke kelasnya, dan menghampiri sahabatnya yang sedang sibuk membereskan buku-buku yang ada di atas mejanya.

"Ayo, Shill, ke kantin. Aku laper nih udah gak kuat." ajak Ify dengan lebaynya.

"Yaampun, rapat OSIS bisa menyebabkan orang kelaparan ternyata." komentar Shilla yang langsung mendapat delikan mata dari Ify.

Shilla dan Ify pun berjalan keluar kelas, dan menuju ke kantin.

***

“Hari ini, Gabriel pulang ke Jakarta, lho!!”
kumpulan cewek-cewek centil yang duduk di tak jauh dengan meja Shilla di kantin, sedang heboh membicarakan kepulangan Gabriel.

Shilla hanya diam saja tak menanggapi mereka. Begitu pula dengan Ify. Mereka masih asik melahap baksonya.
Lagipula, wajar saja jika mereka membicarakan kepulangan Gabriel. Mereka kan termasuk penggemarnya. Dan pastinya, pembenci hubungan Gabriel dengan Shilla.

“Gue pengen jemput dia di bandara! Oh my God! Diapasti makin ganteng. Dan so pasti butuh gue yang cantik jelita ini.”
“Wooo! Ngayal lo!”

Shilla dan Ify hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar celotehan mereka.

“Ya, tapi mendingan elo sedikit lha daripada pacarnya itu.” Sahut salah seorang dari mereka. Yang Shilla ketahui bernama Angel.

“Yaiyalah, dari Dhea aja udah kalah, apalagi sama lo, Ngel. Menurut gue sih Gabriel lebih pantes sama lo daripada Shilla.”

Sial! Mereka membuat nafsu makan Shilla maupun Ify jadi hilang!

“Haha! Ya iyalah, apa bagusnya sih si Shilla? Mungkin dia pake pelet biar Gabriel jadi suka sama dia.”

“Pelet apa? Pelet ikan? Hahaha.”

Tawa renyah dari mereka membuat amarah Ify memuncak.

“Wajar, sih, dia kan gak ada apa-apanya sama kita. Hahaha!”

Ify tak sabar lagi. Ia langsung bangkit berdiri dan menghampiri kerumunan geng Angel itu.

BRAKKK!!

Ify menggebrak meja mereka dengan keras.

Shilla langsung berlari menghampiri Ify. “Aduh, Ify.” Ucapnya.

“Maksud kalian apa, hah? Jelek-jelekin sahabat gue seenaknya.” Kata Ify dengan menggebu-gebu.

“Apaan sih, lo, dateng-dateng marah-marah gitu.” Sahut Zevana.

“Gue gak akan marah-marah kalo lo gak ngomong macem-macem tentang sahabat gue!” bela Ify.

Shilla menghela nafasnya, “Udah, Fy, udah. Biarin aja.”

Namun Ify tak memperdulikan ucapan Shilla.

“Gue ngomong fakta. Gue jauh lebih baik daripada temen lo itu.” Bela Angel.

“Ngomong sama tangan, nih!” Ify memperlihatkan telapak tangannya. “Gabriel juga gak bakal milih Shilla kalo dia gak punya suatu kelebihan. Lagian, itukan pendapat lo sendiri kalo lo lebih cantik daripada Shilla. Padahal, Shilla jauuuuh lebih cantik daripada lo! Bahkan dia bukan Cuma cantik rupa. Tapi juga cantik hati. Beda sama lo!” Ify menghela nafasnya setelah berkata ukup panjang seperti itu.

“Alah, sok-sokan belain dia lo! Lagian, kayak hidup lo udah bener aja, Fy! Ngaca dong ngaca!” sahut Dhea membela temannya.

“Mungkin Ify sama Shilla gak punya cermin dirumahnya. Mereka pikir mereka baik apa.”

Hampir saja Ify melayangkan tamparannya di wajah Angel. Untung saja ada tangan yang mencegahnya.

“Seharusnya kalian yang berkaca.”

Semua mata mengarah pada seseorang yang berbicara tersebut.

Shilla menatap tajam pada Angel dan Dhea, “Kalian bilang, Ify harus berkaca? Apa kalian gak sadar kalo seharusnya kalian yang berkaca. Kalian seenaknya menjudges orang lain, merasa diri kalian udah sempurna?”

Angel, Dhea, maupun konco-konconya yang lain menatap Shilla tak suka. Berani-beraninya dia.

“Kalian boleh jelek-jelekin aku. Tapi enggak untuk sahabat aku. Kalian gak berhak buat lakuin itu!” Shilla menatap Ify, Ify membalas dengan tatapan haru.

“Kalian juga boleh berargumen tentang hubungan aku dengan Gabriel. Kalian bebas bicara apa saja. Tapi, apapun ucapan kalian, itu gak akan pernah ngubah semuanya.” Jelas Shilla. Shilla berbicara dengan tenang dan santai. Tidak pakai emosi.

“Tapi sayangnya, gue gak yakin kalau hubungan lo sama dia bakal bertahan lama. Paling, sebentar lagi Gabriel bakal lebih milih cewek lain.”

Shilla hanya tersenyum menanggapi ucapannya, “Gabriel itu lelaki yang setia. Jadi, Gabriel gak mungkin ngelakuin hal itu.”

“Haha iya gue lupa! Dia kan pasti gak bias berpaling sama lo, karena lo pake pelet. Haha.”

Lagi-lagi Shilla hanya tersenyum. Menanggapi orang-orang seperti ini tak perlu pake emosi dan tenaga. Nanti malah capek.
Shilla menahan Ify yang akan menyemburkan ocehan amarahnya.

“Terserah kalian mau bilang apa tentang aku. Aku gak peduli. Lagipula, untuk apa pakai pelet? Kalian masih hidup di jaman purba?” jawab Shilla.

Ify dan beberapa orang yang mendengarnya sontak tertawa.

“Apa sih salah aku? Sampe kalian terus-menerus ngomongin aku?” Tanya Shilla. Ucapannya jadi lebih dingin dari sebelumnya.

“Salah lo? Lo itu sok kecantikan tau gak!” sahut Dhea.

“Shilla memang cantik dari sononya kali.” Bela Ify.

“Dan kesalahan terbesar lo, lo berani-beraninya pacaran sama Gabriel!” sahut Angel.

Shilla menaikkan alisnya, “Emang, apa salahnya kalo aku pacaran sama dia, ha? Rio aja setuju-setuju aja tuh.”

Rio… Rio… itu sih karena dia mau aja lo bodohi.”

Shilla mengusap dadanya. “Kenapa sih kalian selalu menghakimi hubungan aku sama Gabriel? Kalian tuh seolah-olah juri dihidup aku, yang komentar seenaknya.”

Angel tertawa licik, “Jelas lah gue dan hampir seluruh murid di sekolah ini komentarin hubungan kalian. Kalian tuh gak cocok. Gak!”

Shilla menghela nafasnya. Emosinya bisa saja meledak jika ia tak ingat, kalau itu hanya buang-buang tenaga saja. “Terserah kalian mau ngomong apa aja. Yang jelas,aku udah milih Gabriel. Dan Gabriel juga udah memilih aku.”

“Aku tegasin sekali lagi. Apapun yang kalian omongin tentang hubungan kami,itu gak akan berpengaruh buat hubungan kami. Karena gak ada yang bisa memisahkan kami, kecuali kematian. Jadi kalian gak usah capek-capek urusin hubungan aku dan Gabriel.” Tegas Shilla.

“Ayo, Fy, kita ke kelas.” Ajak Shilla. Menyudahi perdebatan ini.

Angel dan kawan-kawan hanya menatapnya dengan tak suka.

Ify tertawa puas melihat wajah mereka. Lalu ia berlalu bersama Shilla.

“Sialan lo, Shill.”

***

“Shilla, kamu pulang duluan aja. Aku masih ada kegiatan nih buat nyiapin pensi besok.” Ucap Ify ketika mereka bersiap untuk pulang.

Shilla mengangguk, “Yaudah, hati-hati, ya.”

“Kamu yang harusnya hati-hati.” Balas Ify yang diiringi cengirannya.

“Hehe, ya udah, aku duluan, ya, Fy. Daaahh.” Ucap Shilla seraya berlalu keluar kelas. Sedangkan Ify pergi ke kelas sebelah dulu, untuk menemui teman sesame OSISnya.


Shilla memasuki lift dengan hati yang tenang. Sejak kejadian di kantin tadi, ia merasa menjadi Shilla yang baru. Shilla yang tidak hanya diam diperlakukan tak enak oleh teman-teman sekolahnya.

“Hai, Shill.” Seseorang yang juga memasuki lift bersama Shilla menyapanya.

Shilla tersenyum heran. Baru kali ini Shilla mendapat sapaan lagi dari teman-temannya.

“Aku salut sama kamu. Kamu bisa ngelawan tuh si Angel, sampe dia diem kayak batu.” Orang itu tertawa. Shilla jadi ikut tertawa kecil.

“Nova, bukannya kamu juga benci sama aku, kayak mereka?” Tanya Shilla.

Nova tersenyum, “Mungkin aku salah nilai kamu waktu dulu, Shill. Maafin aku, ya.”

Shilla tersenyum ragu. Bukannya ragu dengan permintaan maaf Nova. Tapi... ia merasa aneh dengan semua ini.

“Sebenernya gak semuanya orang-orang yang benci kamu tuh bener-bener membenci kamu, Shill. Mereka, dan termasuk aku, jadi kayak dipengaruhi oleh Angel gitu deh.” Jelas Nova.
“Oh, ya?” Tanya Shilla.
Nova mengangguk. Tapi yaudahlah, ngapain ngurusin orang kayak mereka. Iya, kan?” ucap Nova.
Shilla tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Nova ikut tersenyum. “Aku percaya kok, kamu itu orang yang sangaaaat baik.”
Shilla tertawa kecil, “Amin. Makasih.”

TING!!

Mereka telah sampai di lantai dasar. Lalu keluar bersama.

“Aku duluan, ya, Nova!” Shilla melambaikan tangannya pada Nova.

Novapun membalas lambaian tangannya, “hati-hati, ya, Shill.”

Shilla mengangguk. Ah! Rasanya senang sekali.

***


Shilla mengayun-ayunkan kakinya sembari duduk di sebuah halte dekat sekolah. Ia sedang menunggu bus untuk menuju ke bandara. Untuk menjemput kekasihnya.

“Ternyata, hal yang aku lakukan tadi, bisa merubah sikap orang-orang terhadap aku.” Ucapnya.
Ia merasa senang akan sikap teman-teman sekolahnya yang kini mulai lebih baik terhadapnya. Jika saja ia melakukan ini dari dahulu, mungkin ia tak akan sakit hati lebih lama. Tapi yasudah lah, yang penting, sekarang semuanya telah baik-baik saja.

Shilla segera bangkit dari duduknya ketika sebuah bus datang.

Shilla duduk di kursi yang dekat dengan jendela. Ia menatap keluar dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya.

Lalu ia beralih ke tasnya. Dan mengambil sebuah tab. Kemudian ia menonton sebuah video dirinya dan Gabriel.

Ia jadi tertawa kecil saat melihat video tersebut.
Shilla tau, seberat apapun, dan setinggi apapun tantangan yang menghadang hubungannya dengan Gabriel, ia dan Gabriel pasti bisa menghadapinya. Karena ini adalah cinta mereka. Dan mereka pasti dapat menghadapinya.


Shilla telah sampai di bandara.
Ia segera turun dari bus, dan berjalan masuk.

Shilla memperhatikan sekelilingnya. Mencari seseorang yang telah lama tak ia jumpai.
Sampai matanya menangkap sosok yang tak asing lagi.

“Shilla!”

Shilla langsung saja berlari dan berhambur ke pelukan Gabriel. Gabriel memeluk kekasihnya dengan erat. Seakan-akan tak ingin melepasnya lagi.

“Akhirnya, kamu pulang juga, Yel.” Ucap Shilla.

Gabriel dengan terpaksa melepas pelukannya, “Kamu baik-baik aja, Shill?” ia mengelus pipi gadisnya dengan lembut. Rasanya ia lama sekali tidak melakukan ini. Gabriel sangat focus menatap wajah gadisnya. Ia tak mau pergi dari wajah cantik itu.

Shilla mengangguk lucu.

“Kamu enggak…”
“Syut!” Shilla meletakkan jarinya di depan bibir manis Gabriel. “Semua udah baik-baik aja, Yel.”

Gabriel tersenyum senang. Lalu ia kembali memeluk gadisnya lagi.

“But this love is ours.” Ucap keduanya.


***

THE END

***

Gak perlu Tanya-tanya tentang cerbung-cerbung aku kapan dilanjut. Karena aku Cuma bisa jawab, “Entahlah...”

Thanks udah bacaaaaaaaaaa mwah :*
Sampai jumpa di next story ku yaaaa

@murfinurh_

 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template