Blogger Widgets

Sabtu, 14 September 2013

“Malaikat?” #Cerpen Bagian.B

Bagian 2
.
.

BUKK!!
Shilla menutup pintu mobilnya dengan kasar.
Shilla menatap keluar jendela. Dari jauh, ia bisa melihat Rio.
“ngapain Rio disana?” gumamnya.
 “jalan, pak!” ujar Shilla pada pak Darman.
Pak Darman mulai melajukan mobilnya.

***

Keesokan harinyaa….

Shilla berjalan santai, melawati koridor sekolah. Hmm.. Ia menghirup udara pagi yang masih segar ini.
Shilla merasa ada yang aneh pada dirinya. Rasanya, semua beban yang sedang ia hadapi terasa hilang. Entah untuk beberapa saat, atau sudah selesai.
Shilla berjalan menuju lokernya.

KREKK..
Pintu loker terbuka.
Shilla sedikit kaget saat melihat apa yang ada di dalam lokernya.
“mawar?” gumamnya.
Shilla mengambil bunga mawar yang tadi ada di dalam lokernya.
Aneh. Siapa yang memberikan bunga mawar ini? Dan.. kok orang ini bisa membuka pintu loker Shilla, ya?
Shilla jadi bingung sendiri.
Lalu ia tak memperdulikannya, dan melanjutkan niatnya untuk mengambil barangnya yang ia simpan di loker.
Setelah itu, Shilla kembali mentutup lokernya, dan menguncinya.
Shilla membalikan tubuhnya, dan terkejut saat melihat seseorang yang telah berada di depannya.
“RIO?” seru Shilla.
Rio tersenyum manis pada Shilla, sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
“selamat pagi, Shilla.” Ucap Rio.
Shilla menaikkan sebelah alisnya. “sejak kapan lo ada disini?” bukannya menjawab dengan ‘selamat pagi juga’, Shilla malah melemparkan pertanyaan pada Rio.
Rio hanya tersenyum dan tak menjawab.
Shilla mendengus kesal melihatnya. Argghh!! Lagi-lagi dia senyum! Mana mirip banget lagi sama… Ah!, batin Shilla.
“ke kelas bareng, yuk!” ajak Rio.
Shilla mendelik. “OGAH!!” jawabnya dan langsung pergi meninggalkan Rio.

Rio hanya geleng-geleng kepala. “gue gak akan berhenti buat dapetin lo, Shill.” Ucapnya sambil menatap kepergian Shilla.

***

Pak Arya dengan serius menjelaskan pelajaran Fisika di depan kelas.
Begitupun dengan ‘sebagian’ muridnya. Ya. Ada yang ikut serius memperhatikan, ada juga yang malas dan malah memilih tidur atau mengobrol, dan semacamnya. Biasalah, mereka terlalu malas untuk mempelajari tentang rumus-rumus. Pelajaran Matematika aja udah bikin mumet sama tuh angka-angka dan rumus. Kenapa Fisika ngikutin juga sih?, gerutu mereka.
Tapi tidak dengan Shilla dan Sivia. Dengan semangat, mereka berdua memperhatikan pelajaran ini dengan serius. Ini adalah salah satu mata pelajaran favorit mereka.


“hoaamm..” Sivia menutup mulutnya yang menguap. Efek dari tidur terlalu malam karena nonton pertandingan sepak bola semalaman.
Sivia memalingkan kepalanya ke arah kiri. Sivia mengerutkan kening saat melihat seseorang yang kini tengah asik memperhatikan Shilla, yang memang berada di sebelah kiri. #ngertigak?
“Shill.” Panggil Sivia berbisik.
Shilla menoleh pada Sivia. “apa?” tanyanya.
“liat noh. Si Rio ngeliatin lo mulu.” Sivia menunjuk Rio.
Shilla mengikuti arah telunjuk Sivia.
Dan melihat Rio yang masih asik memperhatikan Shilla. Shilla menaikan sebelah alis.
“kenapa, Yo?” tanya Shilla.
Rio langsung tersadar dan hampir saja terjatuh.
“eh.. engg.. enggak kok, Shill. Gak kenapa-napa.” Jawabnya sedikit gugup. Rio tersenyum mencoba senormal mungkin.
Rio langsung memalingkan pandangannya kea rah pak Arya yang sedang mengajar.
Shilla hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

“kayaknya, Rio suka sama lo deh, Shill.” Ucap Sivia yang membuat Shilla terlonjak.
“apaan sih, Via!” tegur Shilla.
Sivia Cuma cengengesan. “abisnya, Rio gitu banget. Pandangannya tuh beda banget kalo ke elo, Shill.” Ucapnya.
Hampir saja Shilla menjitak Sivia. tapi sayang, pak Arya keburu memanggilnya.
“Shilla…” panggil pak Arya.
“eh, iya, pak. Ada apa?”
“tolong kerjakan soal ini ya, di depan.” Ujar pak Arya.
Shilla langsung cengo (?). kerjakan soal?
Shilla berdiri dari tempat duduknya. Siap gak siap, tau gak tau, bisa gak bisa, dia harus tetap mengerjakan soal yang di berikan oleh Pak Arya.

“semangat ya, Shill.” Ujar Rio.
Shilla melirik Rio. Dan menatap cowok itu dengan aneh.

***

“Shill, kantin yuk!” ajak Via saat mendengar bel istirahat yang sudah berbunyi.
“eh, bu Sasa aja belom keluar, noh. Masa kita udah keluar lebih dulu dari dia.” Jawab Shilla.
Sivia langsung merengek seperti anak kecil. “aa.. Shilla, mah.. ayo.. gue udah laper, nih!” kata Sivia melas sambil memegangi perutnya yang terasa keroncongan.
“iya, bentar.” Jawab Shilla pasrah.
Shilla mengeluarkan barang-barangnya yang ia simpan di kolong meja. Dan bermaksud untuk memasukannya ke dalam tas.
“itu apa, Shill?” tanya Sivia saat melihat salah satu dari barang-barang Shilla.
Shilla menoleh pada Sivia. “ahelah.. masa lo gak tau itu apa, Vi?” tanya balik Shilla.
Sivia Cuma cengengesan. “ehehe.. iya, gue tau ini bunga mawar. Tapi mawar dari siapa?” tanya Sivia.
Shilla menggelengkan kepala. “gue juga gak tau. Tadi pagi tiba-tiba ada di loker gue, Vi.” Jawab Shilla.

“LOH! ITU KAN BUNGA MAWAR DARI RIO!” sahut seseorang yang langsung membuat Shilla dan Sivia langsung menoleh ke sumber suara. Alvin ternyata.
“Alvin! Jangan berisik!” Rio mencubit lengan Alvin, Alvin hanya meringis kesakitan.

Shilla dan Sivia langsung menghampiri meja Alvin dan Rio.
“ini mawar dari lo, Yo?” tanya Shilla.
Rio terpatung (?) dan malah menyenggol-nyenggol lengan Alvin.
“Eh, Cina glodok! Dari mana lo tau kalo ini Mawar Rio?” tanya Sivia pada Alvin.
Rio menatap tajam pada Alvin.
Ternyata Rio salah mempercayai Alvin. Rio kira, Alvin dapat di percaya untuk membantunya memberikan mawar itu. tapi dengan tetap MENJAGA RAHASIA.
Rio meminta Alvin untuk membantunya memasukkan mawar itu ke dalam loker Shilla. Karena, Alvin memang selalu bisa membuka pintu walaupun tidak punya kuncinya. Biasalah.. pekerjaan sehari-hari, jadi pencuri di rumah tetangga. Bohong deh! :p

“em.. eu..” Alvin jadi gagap.

“Rio.. Alvin! Kantin nyookk!!” Rio, Alvin, Shilla, dan Sivia langsung menengok ke sumber suara.
CAKKA! Rio dan Alvin langsung sumringah.
“ayo, Cak!” teriak Rio dan Alvin yang langsung berlari menghampiri Cakka di ambang pintu.
“emang malaikat banget lo, Kka.” Kata Rio sambil merangkul pundak Cakka. Alvin mengangguk setuju. Sedangkan Cakka kebingungan sendiri.

Sivia mendengus sebal melihatnya. “nyebelin tuh mereka!” ucapnya.
“eh aneh juga ya. Baru aja dua hari, Rio sekolah disini. tapi udah arab banget sama Alvin dan Cakka. Keren-keren lagi mereka.” Kata Sivia sambil tertawa kecil.
Shilla mengangguk setuju. Tapi aneh. Ada gurat kesedihan di wajah Shilla.
“coba aja kalo Gabriel masih ada.” Sahut Shilla.
“eh..” Sivia langsung melirik sahabatnya itu. lalu merangkulnya.
“jangan sedih lagi….” Ujar Sivia –sedikit merengek-.
Shilla hanya tersenyum.

***

“Shilla. Lo kok gak pesen makanan, sih?” tanya Sivia karena melihat tak ada satupun makanan di hadapan Shilla. Hanya ada jus jeruk.
“gak laper.” Jawab Shilla.
Sivia hanya mengengguk-ngangguk dan kembali melanjutkan makannya.
Shilla mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin.
Penuh sekali. Rasanya sesak banget.
Shilla tiba-tiba melihat kalender yang ada di tembok kantin.
“Sivia..” panggil Shilla.
“hmm.. afua?” tanya Sivia dengan baso yang masih berjejal di mulutnya.
“sekarang tanggal 28 ya, Vi?” tanya Shilla.
Sivia mengangguk.
Shilla menepuk jidatnya. “mampus! Gue lupa balikin Novel ke perpustakaan!” seru Shilla.

“Vi. Lo masih lama ya, makannya? Sorry ya. Gue mau ke Perpustakaan dulu. Boleh, kan?” tanya Shilla.
Sivia memanyunkan bibirnya. Sedikit tak rela sebenarnya. “iya. Gak papa kok, Shill.” Jawab Sivia akhirnya.
“makasih Via, sayaaang..” Shilla mencubit hidung Sivia, dan langsung bangkit dari duduknya.
“SHILLAAAA!!!” teriak Sivia karena kesakitan. Sedangkan Shilla tak perduli dan malah berlari keluar kantin.

***
“selamat siang, bu.” Sapa Shilla pada bu Siti. guru penjaga (?) Perpustakaan sekolahnya.
“selamat siang, Shilla.” Jawab bu Siti. “ada apa?” tanyanya.
Shilla nyegir. “i.. ini bu. Shilla mau ngembaliin Novel yang Shilla pinjam.” Jawab Shilla sambil mengulurkan buku Novelnya.
Bu Siti menerimanya lalu mengecek tanggal kembali buku itu.
“Shilla. Seharusnya, kan, buku ini di kembalikan seminggu yang lalu. Kenapa baru hari ini?” tanya bu Siti.
“ehehe.. maaf bu. Shilla kan minggu kemarin gak masuk.” Jawab Shilla.
Bu Siti terdiam mengingat kenapa Shilla tak masuk seminggu yang lalu.
“yasudah. Tidak apa-apa. tapi lain kali, jangan di ulangi ya.” Ujar bu Siti.
Shilla mengangguk. “jadi, Shilla sekarang boleh pinjem buku lagi kan, bu?” tanya Shilla.
Bu Siti mengangguk dan tersenyum.
“makasih, bu.” Ucap Shilla dan langsung saja ngacir ke rak-rak besar yang berisi banyak buku itu.


Shilla berjalan melewati rak-rak besar ini. Sambil mencari-cari buku yang menarik.
“wah, ada Novel baru tuh!” seru Shilla dan langsung berjalan mendekat, dan menarik buku Novel itu.
Shilla tersenyum lalu membalikkan badannya.
Dan dia di kagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba ada di hadapannya. Seperti tadi pagi.
“Rio? Ngapain lo?” tanya Shilla gak nyante.
Rio hanya tersenyum. “lagi apa, Shill?” tanya Rio.
Shilla mendelik. “lo ngikutin gue, ya?” tanya Shilla.
Rio Cuma garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal itu.
“iih!!” Shilla menghentakkan kakinya dan berjalan cepat menuju meja baca (?).

“yaah.. salah lagi gue.” Rio mendesah pelan.

***

Shilla berjalan dengan kesal.
“Rio apaan sih! Pake ngikutin gue segala!” gerutunya.
Shilla melirik jam dinding yang tertempel di dinding.
Waktu istirahat masih ada 15 menit lagi. Cukuplah untuk membaca buku yang baru saja Shilla ambil ini.
Shilla melangkahkan kakinya ke ruang baca. dimana disana adalah tempat khusus untuk membaca.

Shilla melirik kanan dan kiri. Tak ada siapapun.
Aneh sekali. Akhir-akhir ini, perpustakaan kok jadi sepi ya?, fikir Shilla.
Shilla duduk di sebuah kursi, dan mulai membuka bukunya.

Shilla mendesah pelan. “gak asik banget sih! Kok sepi begini ya?” ucapnya.
Shilla melirik bangku di sebelahnya. Ia tersenyum pahit.
“biasanya, kan.. lo selalu belajar bareng gue, Yel. kita selalu ke Perpustakaan. Lo kemana, Yel? sini, temenin gue. Gue kesepian. Perpusnya juga sepi banget.” Ucap Shilla.
“Yel.. gue kangen sama lo..” suara Shilla kini terdengar serak.
Shilla kembali meneteskan air matanya. Shilla menyimpan kedua tangannya di atas meja, dan menundukkan kepalanya. “Gabriel..” tangisnya pelan.

Rio dapat melihat itu. ia mengintip di balik rak di belakang yang ada di belakang Shilla.
“jangan nangis lagi, Shill. Gue janji akan selalu buat lo tersenyum.” Ucap Rio tanpa mengalihkan pandangannya pada Shilla.

***

Bel pulang kini berbunyi lebih cepat. Karena, guru-guru akan mengadakan rapat.
Jadi, seluruh murid di bolehkan pulang.
Semua murid pastinya sangat senang dengan hal ini. Tak terkecuali Shilla.

“Shill. Gue balik duluan, ya. Gapapa, kan?” kata Sivia saat melihat jemputannya sudah datang.
Shilla menggeleng. “gapapa kok. Gue tungu sendirian aja.” Jawabnya.
Sivia tersenyum. “yaudah, hati-hati, ya. Gue duluan, Shill.” Pamit Sivia.
“oke. Hati-hati, ya, Vi. Bye..” jawab Shilla sedikit berteriak.
“byee..” jawab Sivia dan melaju dengan mobilnya.

Shilla terus menatap gerbang sekolah. Berharap pak Darman segera datang untuk menjemputnya.
“lama banget, sih” ucap Shilla sedikit kesal.

Brmm..
Motor Ninja merah tiba-tiba berhenti di depan Shilla.
Shilla membulatkan matanya karena kaget.

“hai, Shilla.” Sapa orang yang mengendarai motor itu.
Shilla menaikan sebelah alisnya. Seolah berkata, -siapa-lo?-

Orang itu membuka helmnya. Kini terlihat wajahnya yang begitu tampan.
Rio lagi, Rio lagi. Ngapain sih ni, anak. Batin Shilla menggerutu.
“mau balik bareng gue gak?” ajaknya.
Shilla menggeleng. “sorry. Gue mau di jemput.” Jawabnya.
“jemputannya kan belum datang.” Sahut Rio.
“kan gue tunggu dulu. Gimana sih, lo?!” balas Shilla.
Rio terkekeh. “oh iya gue lupa.”
Shilla tersenyum kecil lalu menggeleng-gelengkan kepala.
“jadi bener nih gak mau nebeng gue?” tawar Rio lagi.
Shilla menggeleng. “kan gue di jemput, Rio.” Jawabnya.
“yaah.. rugi lho, Shill. Padahal lo beruntung banget bisa di bonceng sama orang ganteng, baik hati, rajin, pintar, dan kece badai kayak gue.” Ucap Rio narsis.
Shilla melongo. “justru karena gue ini cantik, imut, lucu, pintar, kece, dan baik hati sedunia, gue gak boleh naik motor.” Balasnya sambil tersenyum jahil.
Rio cengo. Ternyata Shilla juga bisa narsis, fikirnya.
“emangnya kenapa kalo lo naik motor?” tanya Rio.
“lah.. motor itu kan terbuka, ntar gimana kalo orang-orang ngeliat kecantikan gue ini? Terus mereka lari-lari, ngerjar-ngejar gue demi dapetin foto dan tanda tangan gue nyampe desek-desekan dan sampai pingsan. gimana…” jawabnya dengan narsis.
“huahahaha…” Rio tertawa mendengarnya.
Shilla mengerutkan kening. “kok ketawa, sih?” rengeknya.
“abisnya.. narsis lo ketulungan. Gue kira lo ini orangnya pendiem dan dingin. Ternyataaa…” jawab Rio.
Shilla langsung terdiam.
Benar juga. Bukannya sikap Shilla dingin dan cuek pada Rio? Kenapa sekarang jadi seperti sahabat sejak dulu, seperti ini?
“ah.. udah ah! Gue mau pulang. Jemputan gue udah dateng. Gue duluan, Rio.” Ucap Shilla dan langsung berlari menghampiri mobilnya.
Rio menatap Shilla, masih dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

***

Shilla menatap keluar jendela, sambil tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi.
“Rio lucu, ya. Ketawanya juga nge-gemesin banget.” Gumam Shilla sambil mengingat-ngingat wajah pria itu.
Sedetik kemudian, Shilla terhenyak.
“gue ngomong apa tadi? Rio?” ucapnya.

“ada apa, non?” sahut pak Darman yang mendengar ucapan Shilla.
“eh.. engga.. ada apa-apa kok, pak.” Jawab Shilla sedikit gelagapan.

Shilla menyenderkan tubuhnya. “pak. Jangan langsung pulang ya. Aku mau danau cantik dulu, ya.”
“oke, non.” Jawab pak Darman.

***

Shilla berlari kecil menuju danau itu. ia langsung duduk di tepi danau, yang ia sebut danau cantik itu.
“danaunya masih cantik, Yel. gak salah kita berdua sebut danau ini, danau cantik.” Ucap Shilla.
Shilla melepas (?) tas punggungnya. Dan mencari sesuatu di dalam tasnya.
“dapat!” serunya sambil memegang sebuah papan jalan dengan kertas HVS yang baru saja di ambil dari dalam tasnya.
Tak lupa, Shilla juga mengambil sebuah pensil dan penghapus dari tempat pensilnya.
“Gabriel.. Rio...” gumam Shilla sambil mulai menggoreskan pensilnya di kertas HVS itu.
Shilla mencoba membayakan wajah kedua pria, yang baru saja Shilla sebut namanya.
“mm.. mereka mirip.” Ucap Shilla diiringi tawa kecilnya.
Shilla membuat sesuatu dengan pensilnya. Ia buat sebagus dan serapih mungkin.
Ya. Shilla sedang melukis. Ia memang mahir dalam melukis. Kali ini, ia sedang melukis kedua pria itu. ya. Keduanya. Gabriel, dan…. Rio.

Beberapa menit kemudian, Shilla telah menyelesaikan lukisannya.
“selesai.” Serunya.
Shilla menatap puas pada lukisannya.
“Lukisan Gabriel udah selesai dibuat. Sekarang.. lukisannya.. Rio.” Ucapnya.
Shilla menyimpan lukisan Gabriel, di sebelahnya. Shilla kembali memainkan pensilnya di atas kertas itu.
Selang beberapa menit, Shilla sudah menyelesaikan tulisannya.
Shilla mengambil lukisan Iel. Ia merendengkan (?) wajah Rio dan Gabriel pada lukisannya.
Ia tertawa geli. “kok gue bikinnya mirip banget, yak? Mereka jadi kayak anak kembar beneran.” Ucapnya.
Shilla tertawa kecil, lalu memeluk kedua lukisannya.
“gue sayang kalian.” Entah mengapa, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Shilla. Shilla-pun tidak menyadarinya.
Tiba-tiba, angin berhembus begitu kencang.
Salah satu kertas yang sedang di pegang Shilla terbawa angin. Dan kini jatuh ke air.
Shilla sangat panic. “itu lukisan Gabriel!!!” pekiknya.
Shilla langsung berjongkok dan mencoba meraih lukisan itu. namun sayang. Kertas itu terlalu jauh untuk di jangkau.
“aaah!!” Shilla masih mencoba meraihnya. Sayangnya dia tidak bisa berenang. Coba kalau bisa. Shilla pasti akan langsung menyebur ke danau itu, dan mengambil lukisannya.
Shilla tiba-tiba kehilangan keseimbangan, dan..
BYURRR!!!

“aaa.. tolong!!! Tolong!!!”

***

Rio menghentikan motornya di depan sebuah tempat.
Rio membuka helm’nya dan turun dari motor besarnya itu.
“danaunya cantik banget..” ucapnya takjub.
Sebenarnya, Rio merasa aneh. Mengapa ia tiba-tiba datang kemari? Padahalkan, Rio belum hafal semua tempat disini. dia kan orang baru.
Tapi, entah mengapa hati Rio menginginkannya untuk datang kesini. Begitupun dengan kakinya yang melangkah tanpa persetujuan Rio. #bahasnyaribet-_-

Rio duduk di tepi danau itu. sambil memainkan airnya. Ia tersenyum senang.
Rio menatap sekelilingnya.
Tiba-tiba, matanya menatap sesuatu.

“SHILLAA!!” pekiknya.

Rio langsung berlari dengan cepat saat melihat Shilla.

***

Lanjut?? :D

0 komentar:

Posting Komentar

 
PiscesLeo? Blogger Template by Ipietoon Blogger Template