Bagian 2
.
.
BUKK!!
Shilla menutup pintu mobilnya dengan kasar.
Shilla menatap keluar jendela. Dari jauh, ia bisa melihat
Rio.
“ngapain Rio disana?” gumamnya.
“jalan, pak!” ujar
Shilla pada pak Darman.
Pak Darman mulai melajukan mobilnya.
***
Keesokan harinyaa….
Shilla berjalan santai, melawati koridor sekolah. Hmm.. Ia menghirup udara pagi yang masih
segar ini.
Shilla merasa ada yang aneh pada dirinya. Rasanya, semua
beban yang sedang ia hadapi terasa hilang. Entah untuk beberapa saat, atau
sudah selesai.
Shilla berjalan menuju lokernya.
KREKK..
Pintu loker terbuka.
Shilla sedikit kaget saat melihat apa yang ada di dalam
lokernya.
“mawar?” gumamnya.
Shilla mengambil bunga mawar yang tadi ada di dalam
lokernya.
Aneh. Siapa yang memberikan bunga mawar ini? Dan.. kok orang
ini bisa membuka pintu loker Shilla, ya?
Shilla jadi bingung sendiri.
Lalu ia tak memperdulikannya, dan melanjutkan niatnya untuk
mengambil barangnya yang ia simpan di loker.
Setelah itu, Shilla kembali mentutup lokernya, dan
menguncinya.
Shilla membalikan tubuhnya, dan terkejut saat melihat
seseorang yang telah berada di depannya.
“RIO?” seru Shilla.
Rio tersenyum manis pada Shilla, sambil memasukkan kedua
tangannya ke dalam saku celana.
“selamat pagi, Shilla.” Ucap Rio.
Shilla menaikkan sebelah alisnya. “sejak kapan lo ada
disini?” bukannya menjawab dengan ‘selamat pagi juga’, Shilla malah melemparkan
pertanyaan pada Rio.
Rio hanya tersenyum dan tak menjawab.
Shilla mendengus kesal melihatnya. Argghh!! Lagi-lagi dia senyum! Mana mirip banget lagi sama… Ah!, batin Shilla.
“ke kelas bareng, yuk!” ajak Rio.
Shilla mendelik. “OGAH!!” jawabnya dan langsung pergi
meninggalkan Rio.
Rio hanya geleng-geleng kepala. “gue gak akan berhenti buat
dapetin lo, Shill.” Ucapnya sambil menatap kepergian Shilla.
***
Pak Arya dengan serius menjelaskan pelajaran Fisika di depan
kelas.
Begitupun dengan ‘sebagian’ muridnya. Ya. Ada yang ikut
serius memperhatikan, ada juga yang malas dan malah memilih tidur atau
mengobrol, dan semacamnya. Biasalah, mereka terlalu malas untuk mempelajari
tentang rumus-rumus. Pelajaran Matematika aja udah bikin mumet sama tuh
angka-angka dan rumus. Kenapa Fisika ngikutin juga sih?, gerutu mereka.
Tapi tidak dengan Shilla dan Sivia. Dengan semangat, mereka
berdua memperhatikan pelajaran ini dengan serius. Ini adalah salah satu mata
pelajaran favorit mereka.
“hoaamm..” Sivia menutup mulutnya yang menguap. Efek dari
tidur terlalu malam karena nonton pertandingan sepak bola semalaman.
Sivia memalingkan kepalanya ke arah kiri. Sivia mengerutkan
kening saat melihat seseorang yang kini tengah asik memperhatikan Shilla, yang
memang berada di sebelah kiri. #ngertigak?
“Shill.” Panggil Sivia berbisik.
Shilla menoleh pada Sivia. “apa?” tanyanya.
“liat noh. Si Rio ngeliatin lo mulu.” Sivia menunjuk Rio.
Shilla mengikuti arah telunjuk Sivia.
Dan melihat Rio yang masih asik memperhatikan Shilla. Shilla
menaikan sebelah alis.
“kenapa, Yo?” tanya Shilla.
Rio langsung tersadar dan hampir saja terjatuh.
“eh.. engg.. enggak kok, Shill. Gak kenapa-napa.” Jawabnya
sedikit gugup. Rio tersenyum mencoba senormal mungkin.
Rio langsung memalingkan pandangannya kea rah pak Arya yang
sedang mengajar.
Shilla hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
“kayaknya, Rio suka sama lo deh, Shill.” Ucap Sivia yang
membuat Shilla terlonjak.
“apaan sih, Via!” tegur Shilla.
Sivia Cuma cengengesan. “abisnya, Rio gitu banget.
Pandangannya tuh beda banget kalo ke elo, Shill.” Ucapnya.
Hampir saja Shilla menjitak Sivia. tapi sayang, pak Arya
keburu memanggilnya.
“Shilla…” panggil pak Arya.
“eh, iya, pak. Ada apa?”
“tolong kerjakan soal ini ya, di depan.” Ujar pak Arya.
Shilla langsung cengo (?). kerjakan soal?
Shilla berdiri dari tempat duduknya. Siap gak siap, tau gak
tau, bisa gak bisa, dia harus tetap mengerjakan soal yang di berikan oleh Pak
Arya.
“semangat ya, Shill.” Ujar Rio.
Shilla melirik Rio. Dan menatap cowok itu dengan aneh.
***
“Shill, kantin yuk!” ajak Via saat mendengar bel istirahat
yang sudah berbunyi.
“eh, bu Sasa aja belom keluar, noh. Masa kita udah keluar
lebih dulu dari dia.” Jawab Shilla.
Sivia langsung merengek seperti anak kecil. “aa.. Shilla,
mah.. ayo.. gue udah laper, nih!” kata Sivia melas sambil memegangi perutnya
yang terasa keroncongan.
“iya, bentar.” Jawab Shilla pasrah.
Shilla mengeluarkan barang-barangnya yang ia simpan di
kolong meja. Dan bermaksud untuk memasukannya ke dalam tas.
“itu apa, Shill?” tanya Sivia saat melihat salah satu dari
barang-barang Shilla.
Shilla menoleh pada Sivia. “ahelah.. masa lo gak tau itu
apa, Vi?” tanya balik Shilla.
Sivia Cuma cengengesan. “ehehe.. iya, gue tau ini bunga
mawar. Tapi mawar dari siapa?” tanya Sivia.
Shilla menggelengkan kepala. “gue juga gak tau. Tadi pagi
tiba-tiba ada di loker gue, Vi.” Jawab Shilla.
“LOH! ITU KAN BUNGA MAWAR DARI RIO!” sahut seseorang yang
langsung membuat Shilla dan Sivia langsung menoleh ke sumber suara. Alvin
ternyata.
“Alvin! Jangan berisik!” Rio mencubit lengan Alvin, Alvin
hanya meringis kesakitan.
Shilla dan Sivia langsung menghampiri meja Alvin dan Rio.
“ini mawar dari lo, Yo?” tanya Shilla.
Rio terpatung (?) dan malah menyenggol-nyenggol lengan
Alvin.
“Eh, Cina glodok! Dari mana lo tau kalo ini Mawar Rio?”
tanya Sivia pada Alvin.
Rio menatap tajam pada Alvin.
Ternyata Rio salah mempercayai Alvin. Rio kira, Alvin dapat
di percaya untuk membantunya memberikan mawar itu. tapi dengan tetap MENJAGA
RAHASIA.
Rio meminta Alvin untuk membantunya memasukkan mawar itu ke
dalam loker Shilla. Karena, Alvin memang selalu bisa membuka pintu walaupun
tidak punya kuncinya. Biasalah.. pekerjaan sehari-hari, jadi pencuri di rumah
tetangga. Bohong deh! :p
“em.. eu..” Alvin jadi gagap.
“Rio.. Alvin! Kantin nyookk!!” Rio, Alvin, Shilla, dan Sivia
langsung menengok ke sumber suara.
CAKKA! Rio dan Alvin langsung sumringah.
“ayo, Cak!” teriak Rio dan Alvin yang langsung berlari
menghampiri Cakka di ambang pintu.
“emang malaikat banget lo, Kka.” Kata Rio sambil merangkul
pundak Cakka. Alvin mengangguk setuju. Sedangkan Cakka kebingungan sendiri.
Sivia mendengus sebal melihatnya. “nyebelin tuh mereka!”
ucapnya.
“eh aneh juga ya. Baru aja dua hari, Rio sekolah disini.
tapi udah arab banget sama Alvin dan Cakka. Keren-keren lagi mereka.” Kata
Sivia sambil tertawa kecil.
Shilla mengangguk setuju. Tapi aneh. Ada gurat kesedihan di
wajah Shilla.
“coba aja kalo Gabriel masih ada.” Sahut Shilla.
“eh..” Sivia langsung melirik sahabatnya itu. lalu
merangkulnya.
“jangan sedih lagi….” Ujar Sivia –sedikit merengek-.
Shilla hanya tersenyum.
***
“Shilla. Lo kok gak pesen makanan, sih?” tanya Sivia karena
melihat tak ada satupun makanan di hadapan Shilla. Hanya ada jus jeruk.
“gak laper.” Jawab Shilla.
Sivia hanya mengengguk-ngangguk dan kembali melanjutkan
makannya.
Shilla mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin.
Penuh sekali. Rasanya sesak banget.
Shilla tiba-tiba melihat kalender yang ada di tembok kantin.
“Sivia..” panggil Shilla.
“hmm.. afua?” tanya Sivia dengan baso yang masih berjejal di
mulutnya.
“sekarang tanggal 28 ya, Vi?” tanya Shilla.
Sivia mengangguk.
Shilla menepuk jidatnya. “mampus! Gue lupa balikin Novel ke
perpustakaan!” seru Shilla.
“Vi. Lo masih lama ya, makannya? Sorry ya. Gue mau ke
Perpustakaan dulu. Boleh, kan?” tanya Shilla.
Sivia memanyunkan bibirnya. Sedikit tak rela sebenarnya.
“iya. Gak papa kok, Shill.” Jawab Sivia akhirnya.
“makasih Via, sayaaang..” Shilla mencubit hidung Sivia, dan
langsung bangkit dari duduknya.
“SHILLAAAA!!!” teriak Sivia karena kesakitan. Sedangkan
Shilla tak perduli dan malah berlari keluar kantin.
***
“selamat siang, bu.” Sapa Shilla pada bu Siti. guru penjaga
(?) Perpustakaan sekolahnya.
“selamat siang, Shilla.” Jawab bu Siti. “ada apa?” tanyanya.
Shilla nyegir. “i.. ini bu. Shilla mau ngembaliin Novel yang
Shilla pinjam.” Jawab Shilla sambil mengulurkan buku Novelnya.
Bu Siti menerimanya lalu mengecek tanggal kembali buku itu.
“Shilla. Seharusnya, kan, buku ini di kembalikan seminggu
yang lalu. Kenapa baru hari ini?” tanya bu Siti.
“ehehe.. maaf bu. Shilla kan minggu kemarin gak masuk.”
Jawab Shilla.
Bu Siti terdiam mengingat kenapa Shilla tak masuk seminggu
yang lalu.
“yasudah. Tidak apa-apa. tapi lain kali, jangan di ulangi
ya.” Ujar bu Siti.
Shilla mengangguk. “jadi, Shilla sekarang boleh pinjem buku
lagi kan, bu?” tanya Shilla.
Bu Siti mengangguk dan tersenyum.
“makasih, bu.” Ucap Shilla dan langsung saja ngacir ke
rak-rak besar yang berisi banyak buku itu.
Shilla berjalan melewati rak-rak besar ini. Sambil
mencari-cari buku yang menarik.
“wah, ada Novel baru tuh!” seru Shilla dan langsung berjalan
mendekat, dan menarik buku Novel itu.
Shilla tersenyum lalu membalikkan badannya.
Dan dia di kagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba ada di
hadapannya. Seperti tadi pagi.
“Rio? Ngapain lo?” tanya Shilla gak nyante.
Rio hanya tersenyum. “lagi apa, Shill?” tanya Rio.
Shilla mendelik. “lo ngikutin gue, ya?” tanya Shilla.
Rio Cuma garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal itu.
“iih!!” Shilla menghentakkan kakinya dan berjalan cepat menuju
meja baca (?).
“yaah.. salah lagi gue.” Rio mendesah pelan.
***
Shilla berjalan dengan kesal.
“Rio apaan sih! Pake ngikutin gue segala!” gerutunya.
Shilla melirik jam dinding yang tertempel di dinding.
Waktu istirahat masih ada 15 menit lagi. Cukuplah untuk
membaca buku yang baru saja Shilla ambil ini.
Shilla melangkahkan kakinya ke ruang baca. dimana disana
adalah tempat khusus untuk membaca.
Shilla melirik kanan dan kiri. Tak ada siapapun.
Aneh sekali. Akhir-akhir ini, perpustakaan kok jadi sepi
ya?, fikir Shilla.
Shilla duduk di sebuah kursi, dan mulai membuka bukunya.
Shilla mendesah pelan. “gak asik banget sih! Kok sepi begini
ya?” ucapnya.
Shilla melirik bangku di sebelahnya. Ia tersenyum pahit.
“biasanya, kan.. lo selalu belajar bareng gue, Yel. kita
selalu ke Perpustakaan. Lo kemana, Yel? sini, temenin gue. Gue kesepian.
Perpusnya juga sepi banget.” Ucap Shilla.
“Yel.. gue kangen sama lo..” suara Shilla kini terdengar
serak.
Shilla kembali meneteskan air matanya. Shilla menyimpan
kedua tangannya di atas meja, dan menundukkan kepalanya. “Gabriel..” tangisnya
pelan.
Rio dapat melihat itu. ia mengintip di balik rak di belakang
yang ada di belakang Shilla.
“jangan nangis lagi, Shill. Gue janji akan selalu buat lo
tersenyum.” Ucap Rio tanpa mengalihkan pandangannya pada Shilla.
***
Bel pulang kini berbunyi lebih cepat. Karena, guru-guru akan
mengadakan rapat.
Jadi, seluruh murid di bolehkan pulang.
Semua murid pastinya sangat senang dengan hal ini. Tak
terkecuali Shilla.
“Shill. Gue balik duluan, ya. Gapapa, kan?” kata Sivia saat
melihat jemputannya sudah datang.
Shilla menggeleng. “gapapa kok. Gue tungu sendirian aja.”
Jawabnya.
Sivia tersenyum. “yaudah, hati-hati, ya. Gue duluan, Shill.”
Pamit Sivia.
“oke. Hati-hati, ya, Vi. Bye..” jawab Shilla sedikit
berteriak.
“byee..” jawab Sivia dan melaju dengan mobilnya.
Shilla terus menatap gerbang sekolah. Berharap pak Darman
segera datang untuk menjemputnya.
“lama banget, sih” ucap Shilla sedikit kesal.
Brmm..
Motor Ninja merah tiba-tiba berhenti di depan Shilla.
Shilla membulatkan matanya karena kaget.
“hai, Shilla.” Sapa orang yang mengendarai motor itu.
Shilla menaikan sebelah alisnya. Seolah berkata, -siapa-lo?-
Orang itu membuka helmnya. Kini terlihat wajahnya yang
begitu tampan.
Rio lagi, Rio lagi.
Ngapain sih ni, anak. Batin Shilla menggerutu.
“mau balik bareng gue gak?” ajaknya.
Shilla menggeleng. “sorry. Gue mau di jemput.” Jawabnya.
“jemputannya kan belum datang.” Sahut Rio.
“kan gue tunggu dulu. Gimana sih, lo?!” balas Shilla.
Rio terkekeh. “oh iya gue lupa.”
Shilla tersenyum kecil lalu menggeleng-gelengkan kepala.
“jadi bener nih gak mau nebeng gue?” tawar Rio lagi.
Shilla menggeleng. “kan gue di jemput, Rio.” Jawabnya.
“yaah.. rugi lho, Shill. Padahal lo beruntung banget bisa di
bonceng sama orang ganteng, baik hati, rajin, pintar, dan kece badai kayak
gue.” Ucap Rio narsis.
Shilla melongo. “justru karena gue ini cantik, imut, lucu,
pintar, kece, dan baik hati sedunia, gue gak boleh naik motor.” Balasnya sambil
tersenyum jahil.
Rio cengo. Ternyata Shilla juga bisa narsis, fikirnya.
“emangnya kenapa kalo lo naik motor?” tanya Rio.
“lah.. motor itu kan terbuka, ntar gimana kalo orang-orang
ngeliat kecantikan gue ini? Terus mereka lari-lari, ngerjar-ngejar gue demi
dapetin foto dan tanda tangan gue nyampe desek-desekan dan sampai pingsan.
gimana…” jawabnya dengan narsis.
“huahahaha…” Rio tertawa mendengarnya.
Shilla mengerutkan kening. “kok ketawa, sih?” rengeknya.
“abisnya.. narsis lo ketulungan. Gue kira lo ini orangnya
pendiem dan dingin. Ternyataaa…” jawab Rio.
Shilla langsung terdiam.
Benar juga. Bukannya sikap Shilla dingin dan cuek pada Rio?
Kenapa sekarang jadi seperti sahabat sejak dulu, seperti ini?
“ah.. udah ah! Gue mau pulang. Jemputan gue udah dateng. Gue
duluan, Rio.” Ucap Shilla dan langsung berlari menghampiri mobilnya.
Rio menatap Shilla, masih dengan senyum yang mengembang di
bibirnya.
***
Shilla menatap keluar jendela, sambil tersenyum sendiri
mengingat kejadian tadi.
“Rio lucu, ya. Ketawanya juga nge-gemesin banget.” Gumam
Shilla sambil mengingat-ngingat wajah pria itu.
Sedetik kemudian, Shilla terhenyak.
“gue ngomong apa tadi? Rio?” ucapnya.
“ada apa, non?” sahut pak Darman yang mendengar ucapan
Shilla.
“eh.. engga.. ada apa-apa kok, pak.” Jawab Shilla sedikit gelagapan.
Shilla menyenderkan tubuhnya. “pak. Jangan langsung pulang
ya. Aku mau danau cantik dulu, ya.”
“oke, non.” Jawab pak Darman.
***
Shilla berlari kecil menuju danau itu. ia langsung duduk di
tepi danau, yang ia sebut danau cantik itu.
“danaunya masih cantik, Yel. gak salah kita berdua sebut
danau ini, danau cantik.” Ucap Shilla.
Shilla melepas (?) tas punggungnya. Dan mencari sesuatu di
dalam tasnya.
“dapat!” serunya sambil memegang sebuah papan jalan dengan
kertas HVS yang baru saja di ambil dari dalam tasnya.
Tak lupa, Shilla juga mengambil sebuah pensil dan penghapus
dari tempat pensilnya.
“Gabriel.. Rio...” gumam Shilla sambil mulai menggoreskan
pensilnya di kertas HVS itu.
Shilla mencoba membayakan wajah kedua pria, yang baru saja
Shilla sebut namanya.
“mm.. mereka mirip.” Ucap Shilla diiringi tawa kecilnya.
Shilla membuat sesuatu dengan pensilnya. Ia buat sebagus dan
serapih mungkin.
Ya. Shilla sedang melukis. Ia memang mahir dalam melukis.
Kali ini, ia sedang melukis kedua pria itu. ya. Keduanya. Gabriel, dan…. Rio.
Beberapa menit kemudian, Shilla telah menyelesaikan
lukisannya.
“selesai.” Serunya.
Shilla menatap puas pada lukisannya.
“Lukisan Gabriel udah selesai dibuat. Sekarang..
lukisannya.. Rio.” Ucapnya.
Shilla menyimpan lukisan Gabriel, di sebelahnya. Shilla
kembali memainkan pensilnya di atas kertas itu.
Selang beberapa menit, Shilla sudah menyelesaikan
tulisannya.
Shilla mengambil lukisan Iel. Ia merendengkan (?) wajah Rio
dan Gabriel pada lukisannya.
Ia tertawa geli. “kok gue bikinnya mirip banget, yak? Mereka
jadi kayak anak kembar beneran.” Ucapnya.
Shilla tertawa kecil, lalu memeluk kedua lukisannya.
“gue sayang kalian.” Entah mengapa, kata-kata itu keluar
begitu saja dari mulut Shilla. Shilla-pun tidak menyadarinya.
Tiba-tiba, angin berhembus begitu kencang.
Salah satu kertas yang sedang di pegang Shilla terbawa
angin. Dan kini jatuh ke air.
Shilla sangat panic. “itu lukisan Gabriel!!!” pekiknya.
Shilla langsung berjongkok dan mencoba meraih lukisan itu.
namun sayang. Kertas itu terlalu jauh untuk di jangkau.
“aaah!!” Shilla masih mencoba meraihnya. Sayangnya dia tidak
bisa berenang. Coba kalau bisa. Shilla pasti akan langsung menyebur ke danau
itu, dan mengambil lukisannya.
Shilla tiba-tiba kehilangan keseimbangan, dan..
BYURRR!!!
“aaa.. tolong!!! Tolong!!!”
***
Rio menghentikan motornya di depan sebuah tempat.
Rio membuka helm’nya dan turun dari motor besarnya itu.
“danaunya cantik banget..” ucapnya takjub.
Sebenarnya, Rio merasa aneh. Mengapa ia tiba-tiba datang
kemari? Padahalkan, Rio belum hafal semua tempat disini. dia kan orang baru.
Tapi, entah mengapa hati Rio menginginkannya untuk datang
kesini. Begitupun dengan kakinya yang melangkah tanpa persetujuan Rio.
#bahasnyaribet-_-
Rio duduk di tepi danau itu. sambil memainkan airnya. Ia
tersenyum senang.
Rio menatap sekelilingnya.
Tiba-tiba, matanya menatap sesuatu.
“SHILLAA!!” pekiknya.
Rio langsung berlari dengan cepat saat melihat Shilla.
***
Lanjut?? :D
0 komentar:
Posting Komentar