Ini cerpen lama yang baru sempet di post di blog saya :D
Maaf kalo gaje dan gak nge-feel ._.V dan maaf kalo gak nyambung sama judul wkwk
*
“Shilla.. ulur lagi dong benangnya..” teriak seorang lelakikepada seorang gadis yang tengah asyik bermain layang-layang.
“ah, Rio, aku gak bisa..” jawab gadis itu sedikit merengek. Shilla.
Lelaki yang di panggil ‘Rio’ itu berjalan menghampirigadisnya.
“bantuin..” pinta Shilla dengan mata yang masih focusmelihat laying-layangnya yang kini mulai terbang dengan tinggi.
“tadi kamu bilang, kamu bisa. Dan gak butuh bantuan aku.”Kata Rio.
Shilla menoleh ke arahnya, lalu memamerkan cengirannya.
Rio mundur ke belakang tubuh Shilla. Ia merenggangkantangannya. Dan.. dia memeluk Shilla dari belakang.
Hush!
Salah ternyata, dia bukan memeluk Shilla. Rio memegangbenang
layang-layang itu. Tapi, tangannya tertumpuk di atas tangan Shilla.
“sini.. aku ajarin, ya..” ucap Rio pada gadisnya itu.
Shilla
tidak bisa menjawab apa-apa. Yang ia tahu saat ini,pasti pipinya sudah
merah karena Rio. Ya, karena Rio memperlakukannya sepertisaat ini.
“aah anginnya kenceng, Yo! Awas layang-layangnya kabur..”seru Shilla.
“Ha? Mana bisa layang-layangnya kabur? Dia kan udah diborgol sama Cinta aku dan kamu.” Sahut Rio.
Deg!
“aah.. Rio gombal!!” seru Shilla yang hatinya udah dag digdug duer gak karuan. Rio hanya terkekeh mendengarnya.
“Ehh
eh.. Shill, layang-layangnya kok tiba-tiba begini sih?Susah di atur!”
kata Rio yang merasa layang-layangnya mulai goyang-goyang itik.Kayaknya
sih mau terjun paying gitu.
“Yo, ada musuh tuh, awas!” seru Shilla, dan Praakk..layang-layangnya terputus!
“Yaaahh..” sahut Rio dan Shilla bersamaan. “putus deh..”sambung Rio.
Mereka memandangi layang-layang berbentuk Pesawat terbangitu.
Shilla menoleh pada Rio yang–sepertinya-masih-nyesel-karena-layang-layangnya-putus-.
“Yo, beli ice cream yuk!” ajak Shilla.
Rio menoleh pada gadisnya itu. Lalu menganggukan kepala.“ayo!” jawabnya.
*
Rio
duduk di sebelah Shilla, “Nih..” Rio mengulurkan salah satuice cream
cokelat di tangannya pada Shilla, yang sedang duduk di sebuah
bangkupanjang di taman itu.
Shilla meraihnya dengan senang hati. “makasih.” Katanya.
Suasana
yang bagus. Mereka duduk di sebuah kursi taman, yangberada pas di bawah
sebuah pohon, dan dengan pemandangan danau di depannya.
“indah ya, Shill.” Ucap Rio.
Shilla
mengangguk setuju. Shilla menyenderkan kepalanya dibahu Rio. Sambil
menatap danau yang kini sedang di penuhi oleh itik-itikberbulu putih
yang lucu.
“aku ingin seperti itik-itik itu. Kemana-mana, mereka
pastiselalu bersama. Jika salah satu diantara mereka berpisah, pasti
mereka merasawas-was.” Ucap Shilla.
Rio terkekeh pelan mendengarnya. “was-was?” tanya Rio.
“iya.” Jawab Shilla.
“aku..
ingin kita seperti itu juga, Shill.” Ucap Rio yangmembuat Shilla
mendongak padanya. “aku ingin, kita selalu bersama. Dan taakanada yang
mampu memisahkan kita, Shill.” Sambungnya.
Shilla terdiam. “aku juga..” jawabnya.
“oh iya, besok pembagian kelulusan, Shill.. jangan lupabangun pagi, ya.” Ujar Rio.
Shilla
sedikit melotot di buatnya. “hah? Besok? Aduuh..malesin banget sih!”
gerutu Shilla. “aku kan masih pengen liburan.. sama kamu.”Lanjutnya.
Rio mencubit hidung tak mancung milik Shilla. “dasarr.. kaloudah libur pasti kamu suka males.” Ejeknya.
“aduuhh..” ringis Shilla. “biarin dong!” jawabnya.
“pokoknya, gak boleh kesiangan. Jangan banting-banting jamweker lagi ya.” Kata Rio sedikit mengejek.
“iiihh Rio ngejek! Jahat! Dasar jelek! Wlee…” balas Shillamenggemaskan.
Rio hanya tertawa melihat tingkah kekasihnya itu.
*
Lapangan sudah mulai di penuhi oleh siswa-siswi yang jugamenunggu pengumuman kelulusan.
Rio
dan Shilla juga sudah berada di sana. Rio sengaja mengambil posisi
yang enak untukberbaris. Lebih tepatnya, berbaris di samping Shilla.
Shilla mendongak untuk melihat kekasihnya itu. Maklumlah,Rio lebih tinggi darinya.
“Yo, aku takut.” Ucapnya.
Rio menoleh, “takut apa?” tanya Rio bingung.
Shilla terdiam. Menundukkan kepala, menatap kakinya yangberpijak di lapangan sekolah ini.
“kamu takut gak Lulus, Shill?” tanya Rio. Shilla hanyaterdiam.
“gak
mungkin lah kamugak Lulus, Shill. Kamu ini kan anak yang pintar,
cerdas, pokoknya the bestbanget deh..” kata Rio sambil sedikit memuji
kekasihnya itu.
Memang, walaupun Shilla ini makhluk turunan ‘Kebo’ aliastukang tidur lamaaaa, tapi dia ini anak yang pintar.
Shilla
sering mendapat juara kelas, maupun juara umum disekolahnya. Selain
itu, dia juga sering mengikuti Olimpiade-Olimpiade yang jugasering
dimenangkannya.
Tapi jangan salah.. Rio juga pintar. Hanya saja,kepintarannya itu dibawah Shilla sedikit. Sedikit lhooo..
“bukan itu, Yo.” Jawab Shilla akhirnya.
“lalu?”
Shilla
tidak menjawab, hanya focus ke depan. Karena kini,pak kepala sekolah
sudah berdiri di hadapan mereka untuk memberikan sambutan.
*
BYUURRR…
Semua
siswa-siswi di lapangan itu langsung sajaberlari-larian meninggalkan
lapangan. Saat kepala sekolah bilang kalaupengumumannya ada di papan
pengumuman. Padahal, kepala sekolah saja belum selesaiberpidatonya.
Tapi? Memang anak-anak tidak sopan!
“Rio tungguuuuu!!!” teriak seorang gadis.
Ah! Rio lupa! Rio membalikkan tubuhnya. “maaf, Shill, tadiaku reflex langsung lari.” Ucapnyadiiringi cengirannya yang khas.
Shilla memajukan bibirnya, membuatnya menjadi terlihatmenggemaskan.
Rio
tertawa geli melihat gadisnya itu. Lalu merangkulnya.“jangan manyun
gitu! Nanti cantiknya ilang.” Kata Rio sambil mencubit hidungShilla
dengan gemas.
Shilla meringis. “aww.. sakit.. dasar pesek!” balas Shillasambil memeletkan lidahnya.
“Eh, ngomong apa kamu? Kayak yang mancung aja tuh idung!”sambar Rio tak terima.
“bodo. Wlee” balas Shilla lalu berlari menuju kerumunansiswa yang ada di depan papan pengumuman.
Rio hanya geleng-geleng kepala melihat gadisnya itu, danberlari kearah yang sama.
Shilla memperhatikan kertas besar nan lebar yang ada didepannya kini, yang dibatasi oleh sebuah kaca.
Tertulis jelas di atas kertas itu, ‘Kelas XII IPA’.
Shilla memperhatikan deretan nama dalam kertas itu. Dan Yap!Dapat!
Dan, Ah! Apa ini beneran?
Dia
LULUS! Dan, kau tau? Dia berada di deretan pertama!Diantara semua murid
kelas XII1-XII12 IPA. Berarti, ini artinya Shilla menjadijuara umum
–lagi-!
Shilla menatap namanya yang tertera paling pertama, nomorsatu, diantara ratusan siswa.
“gimana?” tanya Rio yang tiba-tiba menghampiri Shillawalaupun harus berdesakkan.
Shilla menoleh. Matanya berbinar.
Rio yakin, gadisnya ini sedang sangat berbahagia.
“lihat ini, Rio.” Titah Shilla sambil menunjuk sebuah nama.
“Ah, hebat! Kamu juara umum, Shilla!” ucap Rio bangga.
Shilla tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“sekarang, ayo lihat punya kamu, Rio.” Ajak Shilla sambilmencoba merangkul pundak kekasihnya itu.
Rio
tertawa geli. “gak usah sok coba-coba buat ngerangkulaku. Kamu gak akan
nyampe.” Cibir Rio yang kini sudah keluar dari kerumunan.
Shilla kembali memanyunkan bibirnya itu.
“ayo cepat!!” Rio langsung menarik tangan Shilla, danberlari ke kerumunan sebelahnya.
*
Sekarang, tulisan yang ada di kertas lebar nan besar itu‘Kelas XII IPS’.
Shilla membantu Rio mencari nama kekasihnya itu.
“Shillaaaa” teriakRio kegirangan.
Shilla menghampiri Rio.
“lihat lihat!” seru Rio.
Lagi-lagi mata Shilla berbinar melihat itu. “Rio, kamu jugajuara umum!” seru Shilla heboh.
Rio mengangguk senang.
*
Rio
dan Shilla memutuskan untuk ke kantin dulu. Sebenarnya,sekarang
murid-murid sudah di perbolehkan untuk pulang. Tapi, karena
Shillamerengek minta makan, jadi Rio menemani Shilla dulu ke kantin.
“ternyata penuh, Yo.” Ucap Shilla sambil menengok kanan-kiri,depan-belakang, dan atas-bawah kantin.
Rio juga ikut mencari tempat yang kosong untuk mereka duduk.
“eh, ada Alvin sama Sivia tuh! Bareng mereka aja, yuk!” ajakRio yang melihat sahabatnya sedang duduk bersama sang kekasih.
“ah, Sivia! Ayo!” sahut Shilla semangat.
“Hei..” sapa Rio sambil menepuk pundak lelaki berkulit putihitu.
“Eh, elo, Yo!” sahutnya.
Rio duduk di samping lelaki sipit itu. Alvin.
Sedangkan Shilla, duduk disebelah sahabatnya sekaliguskekasih Alvin, Sivia.
“gimana sama nilai kalian berdua?” tanya Rio.
Alvin dan SIvia tersenyum lebar. “sangat memuaskan..” jawabmereka kompak.
“selamat ya, atas keberhasilan kalian berdua. Menetapsebagai juara umum.” Seru Sivia.
Shilla dan Rio tersenyum. “gaperlu seperti itu, ah..” kataShilla sambil menyenggol lengan Sivia pelan.
“Eh iya, lo mau lanjut study kemana, Yo?” tanya Alvin.
Rio menaikkan bahunya. “gue belum tau. Masih nyariUniversitas yang cocok.” Jawab Rio.
“aduhaayy yang mau jadi Arsitek.” Goda Sivia.
Mereka tertawa mendengarnya.
“Lo sendiri kemana, Vin?” tanya Rio.
“gue? Gue sih mau ngikut yayang Sivia aja.” Jawabnya mantap.
“emang, lo mau kemana, Vi?” tanya Shilla.
“UGM.” Jawab Sivia mantap.
“aseek dah yang kuliahnya barengan lagi.” Ucap Rio.
“oh iya dongg.. kita berdua kan ‘Romantic Couple’.” BalasAlvin bangga.
“Eh, julukan ‘Romantic Couple’ Cuma punya RioShilla, tau!”ucap Rio sengit.
“ceileehh..” balas Alvin dan Sivia meremehkan.
Shilla hanya tertawa geli melihat mereka.
“lo sendiri, gimana Shill? Lo jadi, lanjut study ke London?”tanya Alvin yang langsung membuat Shilla, Sivia, dan Rio terbelalak.
“Apa, Vin? London?” tanya Rio heboh.
Trek!
“AWW!!” Alvin meringis kesakitan saat merasakan kakinyadiinjak seseorang. Sivia ternyata.
Alvin
menatap kekasihnya itu kebingungan. Sivia menataptajam Alvin, dan
matanya seperti
berbicara–jangan-omongin-itu-sama-Rio-nanti-Shilla-marah-.
Alvin
merutuki dirinya sendiri dengan mencubit-cubit bibirceplosnya itu,
merasa bersalah. Sedangkan Shilla sedang sibuk menepuk-nepukjidatnya
karena ucapan Alvin yang keceplosan itu.
“Hei! Ada apa ini? Jawab gue!” kata Rio keras.
Rio menatap satu-persatu tiga makhluk yang ada di hadapannyaitu.
“Shilla, kamu beneran mau ke London?” tanya Rio serius.
Shilla menundukkan kepala. Tak berani menatap mata elang Rioyang kini sedang membara.
“aku dapet beasiswa untuk kuliah disana, Yo.” Jelas Shilla.
“Lalu?” tanya Rio dingin.
“apa kamu.. ngebolehin aku untuk kuliah disana?” tanyaShilla hati-hati.
Sivia dan Alvin hanya mampu menonton (?) sahabat mereka itu.
Rio masih terdiam. Dengan mengalihkan pandangannya, tanpamenatap Shilla.
“aku pengen jadi Dokter, Yo. Dan itu adalah kuliah disanaadalah kesempatan emas buat aku, Yo.” Jelas Shilla.
Kini
Rio beralih menatap Shilla. Rio menatap mata Shilladengan dalam. Rio
memegang pundak Shilla dengan kedua tangannya, dengankencang. “Shilla,
di Indonesia juga banyak Universitas yang bisa membantu kamujadi Dokter.
Kamu ‘kan gak perlu jauh-jauh ke Negara orang.” Kata Rio.
“tapi,
Yo.. aku.. aku gak bisa nolak itu..” bela Shilla.Kini pipinya sudah
mulai terbasahi oleh air yang keluar dari pelupuk matanya.
“Tapi, Shill.. aku tuh gak bisa tanpa kamu! Aku gak bisa!Aku gak mau, kamu jauh-jauh dariku! Enggak, Shill!!” kata Rio tajam.
Alvin dan Sivia meneguk ludah mendengarnya.
“tapi, Yo.. aku—“ kata Shilla menggantung.
Perlahan, Rio mulai mengendorkan cengkramannya di pundakShilla.
Shilla terdengar sedang terisak.
Hening..
“Ekhem..” deheman Alvin mencoba untuk mencairkan suasana.
Rio terhenyak. “kapan kamu berangkat?” tanya Rio dingin.
“L-Lusa.” Jawab Shilla singkat.
Rio tiba-tiba berdiri, dan beranjak dari duduknya.Meninggalkan kantin..
*
2 hari kemudian..
BandaraSoekarno-Hatta, Jakarta. 09.40.
“dua puluh menit lagi, Shill.” Ucap Sivia masih menggenggamtangan Shilla dengan erat.
Shilla hanya tersenyum. tersenyum hambar.
Sekarang, Shilla sudah berada di bandara. Dia diantar olehKeluarga, sahabat, serta teman-temannya.
Shilla mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Tidak ada! Orang yang di harapkannya tidak datang!
Ah, benarkah? Tapi kenapa? Kenapa tidak datang? Ah, mungkindia masih di jalan. Ya! Shilla yakin, Rio pasti akan datang.
Tiba-tiba, Alvin berjalan menghampiri Sivia dan Shilla.
“Rio gimana, Shill?” tanya Alvin pada Shilla.
Shilla menggeleng lemah. “belum ada kabar.” Jawabnya.
Ya.
Sebenarnya, semenjak kejadian di kantin waktu itu, Riojarang, bahkan
belum menghubungi Shilla lagi dan memang susah di hubungi. Entahkenapa.
“Shilla..” panggil Mama. Shilla menoleh.
“ayo cepat. Kamu harus siap-siap.” Ujar Mama.
Shilla mengangguk. Lalu berjalan mendekat pada Mamanya. Dandiikuti oleh Alvin dan Sivia.
Shilla
memeluk ibundanya itu. “Mama, doakan Shilla ya,semoga Shilla baik-baik
aja disana. Dan Shilla bisa jadi orang yang sukses.”Kata Shilla.
Mama
memeluk anak semata wayangnya itu dengan erat. “pastisayang. Mama akan
selalu mendoakan mu. Dan mama dan papa pasti akanmerindukanmu, sayang.”
Jawab Mama Shilla lalu mengecup kening putrinya itu.
Shilla melepaskan pelukannya, dan beralih memeluk papanya.
Alvin
yang melihat pemandangan itu juga ikut-ikutan sedih.Alvin menoleh pada
wanita di sebelahnya. Sivia ternyata lebih parah. Dia sedangmenangis gak
karuan. Pake sesegukan (?) gitu.
Lalu Alvin membawa Sivia ke dalam pelukannya.
Shilla mendekat pada teman-teman sekelas, teman dekat, sertaguru-gurunya.
Tak
sedikit pula yang ikut menangis karena ini. Maklum,Shilla termasuk anak
yang mudah bergaul, cerdas, dan baik hati. Hal itu lahyang membuat ia
disenangi dan di sayangi banyak orang.
Salah satu guru
Shilla berjalan mendekat, dan memelukShilla. Dia bu Winda. Wali kelas
Shilla. Dia lah yang mengajak Shilla untukmengikuti beasiswa itu.
“kamu
harus baik-baik aja disana. Ingat, di sana Negeriorang. Kamu harus
bersikap baik, dan jangan pernah percaya sama orang yangtidak kamu
kenal.” Pesan bu Winda.
Shilla mengangguk dan mengangkat kedua sudut bibirnya.“pasti, Bu.”
“kamu pasti bisa jadi Dokter yang sukses, Shill.” Bu Windatersenyum pada murid kesayangannya itu.
“Amiin.. terima kasih, Bu.” Jawab Shilla.
“Shill, ayo cepat.. sebentar lagi pesawatnya take off.” Ujar Alvin sedikit berteriak.
Shilla mengangguk. Tiba-tiba, Shilla teringat sesuatu.
Rio! Dimana dia?
“Rio mana, Vin?” tanya Shilla lirih.
Alvin Nampak kebingungan dengan pertanyaan Shilla itu.
“RIOOO!!”
Shilla menoleh saat mendengar Sivia memanggil nama itu.
Shilla mengikuti arah pandang Sivia. Dan dia melihat itu!
Seorang lelaki tengah berlarian melewati orang-orang yangsibuk berhilir-mudik di sekitar bandara.
“Rio..” senyum Shilla mengembang saat melihat pujaan hatinyaitu.
“ah.. hhh.. hhh..” kini lelaki itu sudah berada di hadapanShilla. Dengan sesuatu di genggamannnya.
Rio berhambur memeluk Shilla.
“Shilla, maaf..” ucapnya dengan nafas yang masihterengah-engah.
Shilla tersenyum lalu membalas pelukan itu. “untuk apa? Kamugak salah apa-apa, Yo.” Jawab Shilla.
Rio terdiam, dan memejamkan matanya. “aku datang telat.Maafin aku..”
“iya,
Rio.. gak pa-pa. kamu datang aja, aku udah senengbanget!” jawab Shilla.
Tetesan air itu pun tidak bisa di bending lagi olehShilla.
Rio
melepaskan pelukannya itu. Lalu mengusap air yang membasahi pipinya
itu.Jujur saja, sebenarnya itu bukan hanya air keringat, tapi itu juga
air matanyayang memang tidak bisa di tahannya lagi.
Rio mengangkat tangan kanannya. Lalu meremas sebuah bendadalam genggamannya itu. Sebuah syal.
Rio mengalungkan syal itu di leher Shilla.
Shilla menatap syal itu. Syal yang cantik. Warna merahdengan rajutan yang indah.
Shilla beralih menatap kekasihnya.
Rio
tersenyum. “kamu tau? Aku bikin syal ini dua hari penuh,minta bantuan
nenek sih. Hehe..” ucap Rio dengan cengirannya. “Shilla, kamuharus janji
sama aku. Kamu akan selalu pakai syal itu disana. Kamu tau kan,disana
itu dingin?” ujar Rio tak lupa dengan senyumannya.
Shilla menghela nafasnya berat. Lalu kembali memeluk Rio.
Rio mengelus lembut rambut panjang Shilla. Rio bernyanyipelan..
“Pergilah kasih,kejarlah keinginanmu.. Selagi masih ada waktu..
Jangan hiraukandiriku.. aku rela berpisah.. demi untuk dirimu.. semoga tercapai, segalakeinginanmu...”
Shilla terdengar makin terisak setelah mendengar Riobernyanyi.
“kamu
harus janji sama aku. Kamu harus buktiin sama aku,saat kamu pulang
nanti, kamu bisa menjadi Dokter yang terbaik, sukses, dantetap menjadi
Shilla yang seperti ini.” Ujar Rio.
Shilla melepaskan pelukannya. Dan mengangguk. “aku janji.” Jawabnya.
Rio
tersenyum. “dan janji, kamu harus rajin bangun pagi.Jangan
banting-bantingin jam weker kamu!” ujar Rio diiringi tawa kecilnya.
Shilla ikut tertawa kecil. “ah, kamu ini..” Shilla mencubitperut Rio pelan.
“aww..” kata Rio reflex. Shilla hanya tertawa geli melihatnya.
Shilla kembali menatap orang-orang di sekitarnya. “semuanya,aku pergi dulu, ya..” pamit Shilla –dengan berat hati-.
Percayalah.. padasebuah keajaiban Cinta..
Walaupun terpisah,yakinlah.. cinta kita akan tetap bersatu..
Jika kita berjodoh,Yakinlah, bahwa Tuhan pasti akan mempertemukan kita kembali.
Karena, sebuahkeajaiban Cinta.. –Shilla-
*
BRUKK
Rio menjatuhkan tubuhnya setelah sampai di rumah.
Sebelumnya, tadi dia ke rumah Alvin. Untuk mengambilkasetnya yang tertinggal.
“ah, Shilla.. apa aku sanggup LDR sama kamu?” ucap Rio. Riomendesah pelan. “gue kangen lo, Shill..” ucapnya.
Sejurus kemudian, Rio meraih remote Tv yang berada tak jauhdari tempatnya.
“nonton tv aja deh..” ucapnya.
Rio
memencet-mencet (?) tombol di remotenya, Tiba-tiba, Riomengalihkannya
pada Channel yang kebetulan sedang menayangkan sebuah berita.Aneh juga,
ia tiba-tiba menonton berita seperti ini.
“… pesawat yang beberapa jam yang lalu lepas landas itu,kini di beritahukan menghilang…”
Mata Rio membulat saat mendengar si pembaca berita itumembacakan kabar tentang hari ini.
“…
pesawat yang bertujuan ke London, Inggris itu kemungkinansudah berada
di luar Negara Indonesia. Ratusan penumpang di dalam pesawat itudi
perkirakan tidak banyak yang bisa terselamatkan..”
DEG!
“Shilla…”
ucap Rio tak percaya. “Enggak!!! Gak mungkin!!!Gak mungkin Pesawat
Shilla yang menghilang itu. Enggak! Gak mungkin!!!!!” Riomengacak
rambutnya frustasi.
Drttt.. drrttt..
Tiba-tiba handphonenya bergetar. Alvin menelfonnya.
Rio menekan tombol hijau. Dengan tangan yang gemetar.
“Hal..lo..” kata Rio.
“Yo, Shilla, Yo..” kata Alvin. Terdengar gemetar juga.
Rio tak mampu lagi menahan amarah sekaligus tangisnya.
“SHILLAAAA….” Teriaknya frustasi.
*
6 tahun kemudian…
Lelaki
itu masih sibuk dengan kertas-kertas, besertapensilnya, di ruang
kerjanya. Ia sedang membuat sebuah sketsa rumah yang akandirancang
olehnya, untuk konsumennya (?).
Rio. Kini ia telah menjadi seorang Arsitek yang sukses. Iasudah menjadi seorang Arsitek yang handal dan di percayakan.
“hh.. capek.” Ucapnya.
Rio meraih gelas di hadapannya. Lalu meneguk cappucinno didalam gelas itu. “hhh..” Rio menyimpan kembali gelasnya.
Tiba-tiba, matanya terhenti pada sebuah bingkai foto. Bukan!Bukan bingkainya! Tapi foto yang terpampang dalam bingkai itu.
“Shilla..”
lirihnya. Rio menatap fotonya bersama gadis itu.Shilla. Gadis yang
sampai saat ini tidak tergantikan posisinya dalam hati Rio.
Sayang,
sampai saat ini, Shilla belum di temukan. Entahlah~Rio sebenarnya tidak
tau Shilla sudah di temukan atau belum. Ia.. benar-benartidak bisa
mengetahui itu. Karena sesuatu..
Braakk
“Hello Rioo…”
Rio terlonjak kaget saat tiba-tiba seseorang masuk tanpapermisi ke ruangannya.
“Cakka! Gue kan udah bilang, ketuk pintu dulu sebelummasuk!”
Cakka tak menghiraukan sahabatnya itu. Dan malah langsungduduk di bangku yang berhadapan dengan Rio.
“Eh,
Yo. DokterGabriel bilang, dia mau ketemu lo. mau ngomongin soal
pembangunan Rumah sakititu. Katanya sih, sekalian ngenalin sama Dokter
yang punya rumah sakit itu.”Kata Cakka.
Rio menepuk jidatnya. “ah, iya gue lupa!” katanya.“sekarang, Dokter Gabriel dimana?” tanya Rio.
“ada di ruang tamu kantor.” Jawab Cakka.
“oke, makasih, Cak.” Rio menepuk bahu sahabatnya itu.Mengambil jasnya, dan beranjak pergi meninggalkan Cakka di ruang kerjanya.
***
“Selamat siang, Dokter Gabriel.” Sapa Rio pada seoranglelaki yang tengah berdiri memandangi lukisan di dinding rumah sakit.
Lelaki yang di panggil Gabriel itu menoleh. “Ah, iya. PakRio ternyata.” Ucapnya.
Rio tersenyum. “ayo Dok, sambil duduk saja.” Ujarnya.
Gabriel mengangguk. “gak usah panggil ‘Dokter’. Panggil‘Gabriel’ aja. Kita kan seumuran.” Ujar Gabriel diiringi cengirannya.
Rio
ikut tertawa. “jadi, bagaimana soal proyek pembangunanRumah Sakit itu,
Dok? Eh, Yel?” tanya Rio yang masih belum terbiasa rupanya.
Gabriel terkekeh pelan. “soal itu, nanti kita bicarakan samarekan saya.” Jawabnya.
Rio hanya mengangguk. Tiba-tiba, mata Rio menangkap sesuatudi atas meja, di hadapannya kini.
“syal?” gumam Rio bingung. Syal itu kok mirip.. ah! Tapi kan dia udah gak ada! Gak mungkin diabisa hidup lagi!. Batin Rio.
“Maaf, Yel. Teman kamu itu kemana?” tanya Rio.
“tadi sih katanya ke toilet dulu sebentar.” Jawab Gabriel.Rio hanya membulatkan mulutnya.
“Nah.. itu dia!” seru Gabriel saat melihat seorang wanitatengah berjalan ke arahnya.
Mata Rio terbelalak saat melihat wanita itu.
Gabriel berdiri, begitupun dengan Rio.
“Rio, kenalin, ini teman saya.” ujar Gabriel.
Wanita itu tersenyum pada Rio. “perkenalkan, nama sayaAshilla Zahrantiara, tapi cukup panggil saya Shilla.”
DEG!!
“Apah? Nama Kamu Shilla?”
-THE END-
Thanks buat yang udah mau bacaaaaa
Jumat, 14 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kak ini gantung bgt srius-_-
BalasHapus